Naskah Khutbah Jumat
3 Khutbah Jumat 27 Juni 2025 Sambut 1 Muharram 1447 H: Penuh Perubahan dan Iman yang Tebal
Berikut disajikan 3 Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025 Sambut 1 Muharram 1447: Penuh Perubahan dan Iman yang Tebal
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Dedy Herdiana
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jemaah Jumat rahimakumullah...
Tahun baru Islam segera datang. Kita meninggalkan banyak kenangan di masa lalu. Apa pun hal yang sudah terjadi pada kita, mari kita akhiri dengan membaca hamdalah, alhamdulillah.
Kenangan baik-buruk, suka-duka, semua pasti membawa hikmah. Jika kita mengingat ada sejumput masa lalu yang dipenuhi kemaksiatan, hendaknya disesali sembari meminta ampunan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Pergantian tahun hijriah ini sebaiknya kita isi dengan berbagai aktivitas penuh kebaikan. Jauhkan diri dan keluarga kita dari beragam kegiatan penuh kesia-siaan. Di luar sana mungkin ada sebagian orang memilih untuk hura-hura merayakan pergantian tahun, tetapi buat kita, mari diisi perenungan dan komitmen menjadi lebih baik di masa mendatang.
Jemaah rahimakumullah...
Ada berbagai langkah kebaikan yang bisa kita terapkan dalam menyambut tahun baru hijriah.
Pertama, mari kita berkomitmen untuk selalu bertobat dan memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas segala kekhilafan yang telah dilakukan. Setiap manusia memang tidak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Oleh sebab itu, memohon ampun pada Allah adalah hal yang sepantasnya kita lakukan agar senantiasa mendapatkan rida-Nya.
Apalagi, di akhirat nanti akan ada hari pembalasan atas amal-amal kita. Jika kita tidak bertobat dan penuh dosa, apakah yakin bisa lolos dari timbangan Allah yang memasukkan manusia antara berakhir di surga atau neraka?
Allah berfirman:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِيْنَ
“Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami akan mendatangkan(pahala)-nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)
Inilah pentingnya kita bertobat dan memohon ampunan pada Allah. Di akhirat kelak, Allah akan menimbang pahala dan dosa kita secara adil. Semoga dengan pertobatan ini, kita termasuk hamba yang beruntung mendapatkan surga Allah.
Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah...
Kedua, mari sambut tahun baru Islam ini dengan bermuhasabah. Muhasabah artinya mengoreksi diri atas segala perbuatan yang sudah dilakukan pada masa lalu.
Dari situ kita akan mendapati seberapa baikkah diri ini di asa lalu Apakah kita dominan mengerjakan kebaikan? Ataukah dulu masih memenuhi waktu dengan berbuat dosa dan kemaksiatan? Na'udzubillahi min dzalik.
Manfaat muhasabah yaitu kita dapat melihat berbagai kekurangan diri sendiri. Dengan modal itu, kita berkomitmen untuk meninggalkan segala kekurangan dan memperbaiki dengan berbagai hal baik di hari-hari selanjutnya.
Allah mengingatkan pada kita untuk melakukan muhasabah setelah menjalankan amalan. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: Al-Hasyr : 18)
Muhammad bin Wasi` Al Azdi adalah seorang tabiin yang juga murid dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu. Ia adalah sosok yang mengisi harinya dengan bermuhasabah. Ia sangat takut dengan dosa-dosanya kendati hatinya rindu berjumpa Allah.
Saat beliau ditanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi hari ini?” Ia menjawab, “Di pagi hari ini, aku merasa kematianku semakin dekat, semakin jauh dari cita-citaku, dan aku merasa amalku hanya berisi keburukan.”
Mari kita bersama-sama melakukan muhasabah melalui perbaikan pada niat, amal, dan menjauhi perbuatan dosa. Kita hadirkan muhasabah melalui salat tobat hingga meminta ampunan pada Allah.
Karenanya, apakah layak dan pantas kita lepas tahun yang lama dan sambut tahun yang baru dengan maksiat, sementara amal kita masih dari jauh dari kesempurnaan dan ajal kita semakin dekat?
Hadirin hafidzakumullah
Terakhir, kita manfaatkan sisa umur ini dengan melakukan amal kebaikan di jalan Allah. Lakukan perbuatan pada hal yang bermanfaat saja dan jauhi amalan yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah.
Nabi Muhammad shallallahu wa alaihi wa sallam memberikan nasihat:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR: Al-Hakim)
Untuk itulah, kita jadikan momentum tahun baru Islam dengan memperbarui niat dan tekad kuat bahwa sepanjang hari-hari selanjutnya mesti lebih baik dari masa lalu dan sekarang. Kita akhiri aktivitas yang tidak mendatangkan manfaat dan selalu memohon ampun kepada Allah dengan beristigfar.
ببَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah kedua (doa)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Hal yang Harus Direnungi di Awal Tahun Baru Hijriah
Naskah Khutbah Bagian 3
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Tahun baru hijriah telah tiba. Artinya, kita melangkah menuju babak baru dalam kehidupan. Apa yang akan kita lakukan di masa mendatang, haruslah lebih baik dari waktu lalu atau pun hari ini.
Salah satu perbaikan yang bisa kita lakukan menyambut tahun baru hijriah adalah mengendalikan lisan dan tangan dari perbuatan zalim. Tahukah jemaah, lisan dan tangan ini kadang dengan sengaja atau tanpa sengaja telah melukai saudara kita. Luka tersebut bisa berupa lara hati hingga fisik.
Lisan dan tangan merupakan anugerah dari Allah kepada kita untuk digunakan sebagai penunjang kegiatan sehari-hari. Kita bisa bicara dan bekerja menggunakan keduanya.
Namun, di sisi lain, lisan dan tangan juga dapat menjadi pintu awal dari bertambahnya dosa. Hal ini dapat dipahami dari hadis Abdullah bin Amr bin Ash, ia berkata, bahwa ada seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah:
“Muslim yang manakah yang terbaik?” Maka beliau menjawab :
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.”
Hadis ini menarik untuk kita kaji tentang siapa muslim terbaik.
Berdasarkan hadis tersebut dijelaskan bahwa sosok muslim terbaik yaitu mereka yang tidak menyakiti saudaranya sesama muslim dengan perkataan atau perbuatan.
Pemakaian kata "lisan" dan "tangan" maknanya luas. Dari lisan saja, perbuatan menyakiti berbentuk perkataan biasa sampai serangan non-verbal seperti ejekan dan omongan yang merendahkan martabat orang lain.
Adapun tangan seseorang bisa menyakiti sesamanya dengan beragam cara. Misalnya ia melakukan tindakan yang menyakiti orang lain. Tangan juga bisa dipakai menimbulkan fitnah melalui tulisan penuh kebohongan yang dapat mempengaruhi khalayak.
Jemaah rahimakumullah...
Dari sini kita bisa mengambil hikmah bahwa lisan dan tangan yang tidak terkendali bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Jika salah menggunakannya maka akan banyak dosa yang kita perbuat. Di sisi lain, lisan dan tangan yang dipakai untuk perbuatan dosa dapat pula merugikan orang lain.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dengan lisan dan tangan:
Pertama, mari kita jaga lisan dan tangan dari berbagai perbuatan dosa. Kita jauhkan diri ini dari penyakit hati seperti ghibah, namimah (adu domba), dusta, umpatan, dan makian. Jaga pula tangan kita dari tindakan menyakiti dalam wujud apa pun seperti memukul, merampas hak, atau mencuri.
Kedua, jadikan hadis ini sebagai tolak ukur kesempurnaan Islam kita. Artinya, seorang muslim yang baik keimanannya akan berusaha menyelamatkan saudaranya sesama muslim, dari ulah lisan dan tangannya sendiri. Hal ini menunjukkan Islam tidak hanya mementingkan ritual ibadah, tetapi juga menjaga hak-hak orang lain.
Ketiga, lisan dan tangan yang terkendali menjadi hakikat muslim sejati. Muslim yang sejati memiliki tutur kata dan tindakan terukur dan senantiasa berusaha memberikan manfaat untuk saudara-saudaranya sesama muslim.
Oleh karena itu, seorang muslim mesti mencegah tangan dan lisannya agar tidak sampai mengganggu kenyamanan saudaranya. Ia tidak ingin menjadi pemicu penderitaan bagi mereka.
Jemaah Jumat rahimakumullah...
Selanjutnya yang keempat, hadis ini menjadi sebuah bukti konkret adanya ukhuwah islamiah. Konsep ukhuwah tersebut hadir dengan tindakan berupa menjaga keselamatan dan hak-hak saudaranya.
Hadis tersebut turut mendorong seorang muslim untuk selalu berkhidmat untuk saudaranya sesama muslim. Ia mengusahakan agar bisa memberikan manfaat, mencegah gangguan dari mereka hingga menjadikan lisan dan tangannya selalu dalam kebenaran atau pun kebaikan.
Semoga Allah menjaga lisan dan tangan kita dari berbagai perbuatan yang dapat menyakiti orang lain. Mari kita awali perubahan dalam tahun baru hijriah ini dengan mencegah lisan dan tangan dari hal-hal berbau kezaliman. Dengan begitu, kita turut membantu terciptanya masyarakat aman, damai, dan harmonis.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah kedua (doa)
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Baca juga: 5 Naskah Khutbah Jumat 20 Juni 2025, Penuh Makna Kehidupan
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 20 Juni 2025: Bahaya Perselingkuhan dalam Rumah Tangga
(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.