Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Muhasabah untuk Berubah di Tahun Baru Hijriah

Berikut Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Muhasabah untuk Berubah di Tahun Baru Hijriah

Tribunpriangan.com/Dedy Herdiana
NASKAH KHUTBAH JUMAT - Sejumlah jamaah saat mendengar khutbah Jumat di Masjid Agung Trans Studio Bandung, Jumat (21/2/2025). Berikut Naskah Khutbah Jumat 27 Juni 2025: Muhasabah untuk Berubah di Tahun Baru Hijriah 

TRIBUNPRIANGAN.COM – Tribuners, hanya tinggal hitungan hari saja, umat muslim akan segera menyambut bulan Muharram 1447 Hijriah.

Pada tahun 2025, 1 Muharram 1447 H jatuh pada tanggal 27 Juni.

Tahun Baru Islam menandai awal tahun dalam kalender Hijriah, yang didasarkan pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah.

Tentunya, di momen Tahun Baru Islam ini kita sebagai umat muslim saatnya untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap perjalanan selama ini dan berubah dalam menghadapi perjalanan di waktu yang akan datang.

Berbicara perihal Jumat lusa nanti, tepatnya di hari Jumat tanggal 27 Juni 2025, kita selaku laki-laki beragama muslim akan melaksanakan ibadah Salat Jumat.

Hari Jumat yang merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari pun diyakini oleh kaum muslimin sebagai hari yang penuh keberkahan.

Khusus untuk khutbah pada Jumat lusa nanti, berikut merupakan naskah khutbah Jumat yang sudah TribunPriangan.com lansir dari Nu Online untuk tanggal 27 Juni 2025 bertemakan "Muhasabah untuk Berubah di Tahun Baru Hijriah".

Baca juga: 5 Naskah Khutbah Jumat 20 Juni 2025, Penuh Makna Kehidupan

Khutbah 1

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 20 Juni 2025: 4 Hambatan yang Menghalangi Hamba Dekat dengan Allah

Maasyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Menjadi sebuah kewajiban bagi kita sebagai hamba Allah untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur kita biqauli Alhamdulillahirabbilalamin atas anugerah berbagai kenikmatan yang tak bisa kita hitung satu persatu ini. Nikmat yang telah kita nikmati dalam kehidupan selama ini harus menjadikan kita pribadi yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih. Dengan sikap ini, insyaallah nikmat ini akan terus bisa kita nikmati dan lebih dari itu akan senantiasa ditambah oleh Allah. Sebagaimana firmannya:

 لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS Ibrahim: 7)

Sebelum mengawali pemaparan materi khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah Jumat untuk senantiasa meningkatkan, menguatkan, dan mengimplementasikan ketakwaan kepada Allah swt dalam setiap detik kehidupan ini. Wasiat takwa ini menjadi kewajiban untuk disampaikan oleh khatib kepada jamaah dan menjadi salah satu rukun khutbah yang jika tidak disampaikan, maka tidak sempurnalah khutbah Jumat yang dilakukan dan berdampak pada ketidakabsahannya rangkaian ibadah shalat Jumat.

Adapun tolok ukur, apakah kita termasuk orang yang bertakwa atau tidak, adalah kemampuan kita untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketakwaan ini bukan hanya ada di lisan saja namun terukur dari kesesuaian mulut dan perbuatan. Bisa saja kita tahu sesuatu itu dilarang olah Allah. Bisa saja kita fasih mengatakan hal itu tidak sesuai dengan ajaran agama. Namun jika ternyata lain di mulut lain, lain di hati, dan lain di kenyataan, maka ketakwaan kita patut diragukan.

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 20 Juni 2025: Bahaya Perselingkuhan dalam Rumah Tangga

Halaman
123
Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved