Nera Dipanggil KDM ke Gedung Pakuan, Dijanjikan Jembatan untuk Akses Sekolah di Saguling

Nera Nur Puspista dipanggil ke Gedung Pakuan oleh Gubernur Jabar Kang Dedi Mulyadi, dijanjikan akan dibangun jembatan akses ke sekolah di Saguling

Editor: Machmud Mubarok
TribunJabar.id/Rahmat Kurniawan
NAIK RAKIT - Nera Nur Puspista, Pelajar SMAN 1 Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) saat menyebrangi perairan Waduk Saguling dengan menaiki rakit untuk menuju ke sekolah, Rabu (14/5/2025). 

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Nera Nur Puspista (16), siswi SMAN 1 Saguling Kabupaten Bandung Barat (KBB), dipanggil ke Gedung Pakuan oleh Gubernur Jabar

Dalam pertemuan itu, Nera berbincang soal perjuangannya berangkat sekolah berjalan kaki hingga menyeberangi sungai Citarum menggunakan rakit. 

Kepada Dedi Mulyadi, Nera bercerita jika menyeberangi sungai menggunakan rakit waktu dan jarak tempuhnya lebih singkat, ketimbang menggunakan sepeda motor. 

"Bisa pakai motor, tapi muter pak," ujar Nera. 

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi pun langsung meminta Kepala Dinas Binamarga dan Penataan Ruang (DBMPR) untuk meninjau ke lokasi untuk dibuatkan jembatan gantung.

"Nanti kalau bisa dibikin jembatan gantung, dibikinkan. Jadi tidak naik rakit lagi. Hari ini kepala PU saya suruh lihat, kalau memungkinkan bisa dibangunkan jembatan gantung," ujar Dedi Mulyadi.

Sebelumnya, Nera berjalan kaki untuk bisa sampai ke sekolah. Perjalanan yang harus ditempuh terbilang cukup ekstrem dan berbahaya.

Nera harus menyusuri jalan setapak di perbukitan hingga menyeberangi perairan Waduk Saguling dengan sebuah rakit.

Baca juga: Dedi Mulyadi Bakal Terapkan Jam Malam untuk Pelajar di Jabar, Tak Ada Nongkrong di Atas Jam 8 Malam 

Baca juga: Ini Isi Pidato Dedi Mulyadi di Musrenbang di Cirebon yang Bikin Fraksi PDIP Walkout Sidang Paripurna

Nera atau akrab disapa Neng Ara itu tinggal di Kampung Cipeundeuy RT 3 RW 5, Desa Jati, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Perjalanan ekstrem nan berbahaya itu sudah Nera lakukan sejak duduk di bangku SMP.

"Dari awal masuk SMP, SMP kan di situ juga, jadi sudah 4 tahun sampe sekarang. Tiap hari naik rakit," kata Ida Trisnawati (34) ibunda dari Nera saat ditemui, Rabu (14/5/2025).

Bukan tanpa alasan, Nera terpaksa menempuh jalur perbukitan hingga menaiki rakit demi memotong jarak dari rumah ke sekolah. Jalan utama menuju sekolah dinilai terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki.

Agar tak terlambat tiba di sekolah, Nera harus berangkat dari rumah sejak pukul 05.00 WIB.

"Ada akses (jalan) lain, kalau naik motor setengah jam, kalau dari sini (motong) sekitar 20 menit juga nyampe. Tapi kan saya tidak ada kendaraan," ujarnya.

Ida mengaku tak dapat berbuat banyak meski kerap diselimuti rasa was-was khususnya saat Nera terlambat pulang ke rumah. Biasanya Nera kembali ke rumah dengan rute yang sama pada pukul 3 sore.

"Kalau pulang (sekolah) kadang nge WA juga, ini tidak ada yang nyebrangin udah satu jam teteh (Nera) udah nungguin. Saya langsung ke sana (tempat naik rakit) nyusulin," tuturnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved