Dekan FE UNIGAL Dorong Diversifikasi Ekspor dan Desak WTO Bertindak

Kebijakan resiprokal tarif yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, menjadi sorotan dunia akademik

Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/ai sani nuraini
KEBIJAKAN RESIPROKAL - Kebijakan resiprokal tarif yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, menjadi sorotan dunia akademik. 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Ai Sani Nuraini


TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Kebijakan resiprokal tarif yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, menjadi sorotan dunia akademik. 

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Galuh (UNIGAL) Ciamis, Dr. Nurdiana Mulyatini, S.E., M.M., menegaskan pentingnya langkah strategis nasional untuk mengurangi dampak kebijakan tersebut, sekaligus mendesak World Trade Organization (WTO) untuk lebih aktif dalam penyelesaian sengketa perdagangan global.

Nurdiana menjelaskan bahwa kebijakan AS berakar dari ketidakpuasan mereka terhadap neraca perdagangan internasional.

"Indonesia termasuk salah satu negara yang terkena dampak cukup besar, terutama untuk sektor ekspor seperti fashion dan garmen," ungkapnya, Sabtu (26/4/2025).

Ia menyebutkan, peningkatan tarif dari sebelumnya 32 persen menjadi 42 persen memaksa eksportir Indonesia menghadapi dua pilihan sulit, menaikkan harga barang di pasar AS atau melakukan efisiensi biaya produksi, yang berpotensi berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya.

Sebagai solusi, Nurdiana mendorong pemerintah untuk segera memperkuat diplomasi ekonomi dan membuka pasar-pasar baru di luar AS, khususnya di kawasan Eropa dan Asia.

"Diversifikasi pasar menjadi kunci. Kita harus mengurangi ketergantungan terhadap satu negara dan memperluas jangkauan ekspor," tuturnya.

Dia juga mengingatkan bahwa strategi ini memang memerlukan waktu, tetapi harus dijalankan secara bertahap dan selektif untuk sektor-sektor yang paling potensial.

Lebih jauh, Dr. Nurdiana menyoroti pentingnya peran WTO dalam menjaga keadilan perdagangan internasional. Menurutnya, WTO tidak boleh hanya menjadi penonton.

"WTO harus lebih aktif menjembatani dan melakukan pendampingan terhadap negara-negara terdampak. Ini penting agar perdagangan global tetap adil dan tidak timpang," tegasnya.

Dengan langkah konkret di tingkat nasional dan dukungan internasional, Nurdiana optimistis Indonesia dapat bertahan dan bahkan mengambil peluang baru di tengah tantangan resiprokal tarif ini.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved