Jaga Jati Diri Budaya Sunda di Ciamis, CIE Diskusi Bareng Keturunan Raja Panjalu

Dalam diskusi dengan pembahasan 'Menggali Sejarah Panjalu dan Budayanya yang Dilupakan' ini bukan sekadar nostalgia masa lalu,

Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: Dedy Herdiana
Dok. Ketua CIE/Maojan Ali Dzulfakor
DISKUSI BUDAYA SUNDA - Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Ciamis Intellectual Education (CIE) Divisi Seni dan Budaya melakukan diskusi sejarah bersama Rd. Asep Endang, seorang tokoh sekaligus keturunan Kerajaan Panjalu, di kediamannya di Desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Rabu (5/2/2025). CIE berusaha menggali kembali jejak sejarah dan budaya Sunda. 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Ai Sani Nuraini

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Di tengah arus modernisasi yang kian deras, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Ciamis Intellectual Education (CIE) Divisi Seni dan Budaya berusaha menggali kembali jejak sejarah dan budaya Sunda

Mereka mengadakan diskusi sejarah bersama Rd. Asep Endang, seorang tokoh sekaligus keturunan Kerajaan Panjalu, di kediamannya di Desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis, Rabu (5/2/2025).

Dalam diskusi dengan pembahasan 'Menggali Sejarah Panjalu dan Budayanya yang Dilupakan' ini bukan sekadar nostalgia masa lalu, tetapi juga upaya membangun kesadaran akan pentingnya menjaga jati diri budaya Sunda

Ketua CIE, Maojan Ali Dzulfakor, menekankan bahwa diskusi ini adalah bentuk kepedulian terhadap budaya yang semakin terpinggirkan.

"Kami merasa senang melihat masih ada masyarakat Sunda yang peduli terhadap sejarah dan budayanya. Ini bukti bahwa warisan leluhur kita masih hidup," ujar Maojan.

Baca juga: Jejak Sejarah Makam Eyang Jayaraksa di Puncak Pencut Joho Ciamis, Penuh Mitos dan Misteri

Maojan menyebut bahwa warisan sejarah Sunda tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk di Perpustakaan Bodleian, Oxford, dan Leiden, Belanda.

"Banyak naskah Sunda kuno yang masih tersimpan di luar negeri. Ini menunjukkan bahwa sejarah kita begitu kaya, namun sayangnya masih belum banyak yang peduli," tambahnya.

Di samping itu, Riyan Fariza, anggota CIE yang aktif di divisi Seni dan Budaya memandang bahwa acara ini bukan sekadar pertemuan, tetapi juga langkah nyata dalam merawat identitas budaya.

"Kami mengapresiasi kepedulian mereka terhadap sejarah kebudayaan Sunda. Ini tugas kami untuk mewadahi semangat tersebut," kata Riyan.

Sementara itu, Rd. Asep Endang mengungkapkan keprihatinannya terhadap generasi muda yang mulai melupakan akar sejarah mereka.

 Ia merasa senang bahwa masih ada komunitas yang mau mengangkat kembali sejarah Panjalu.

"Anak muda zaman sekarang banyak yang lupa akan asal-usulnya. Padahal Panjalu memiliki sejarah besar di masa lalu," ucapnya.

Salah satu poin menarik dalam diskusi ini adalah pembahasan naskah-naskah Sunda kuno, termasuk Carita Parahyangan, Bujangga Manik, dan Babad Panjalu. 

Rd. Asep Endang menegaskan bahwa budaya yang kuat akan memperkokoh bangsa.

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved