Hom Sen, Generasi Kedua Penerus Kue Keranjang Nyonya Sim yang Telah Ada Sejak 1950
Kue keranjang menjadi salah satu olahan kuliner khas yang identik dengan perayaan Imlek.
Penulis: Jaenal Abidin | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Laporan Wartawan Tribunpriangan.com, Jaenal Abidin
TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA TASIKMALAYA - Kue keranjang atau dodol China merupakan makanan khas masyarakat Tionghoa saat perayaan Imlek.
Kue keranjang menjadi salah satu olahan kuliner khas yang identik dengan perayaan Imlek.
Kue keranjang ini memang hanya ada saat Imlek atau bisa disebut sebagai kue musiman.
Namun meskipun dijuluki kue musiman, kue keranjang ini nyatanya sudah melekat di hati para pelanggan baik masyarakat non Tionghoa biasa maupun warga Tionghoa.
Baca juga: Plaza Asia Mal Tasikmalaya Meriahkan Imlek dengan Barongsai dan Lomba-lomba, Siap Tebar Angpao
Pembuat kue keranjang sudah ada sejak tahun 1950, salah satunya adalah Hom Sen berada di Jalan Selakaso, Kelurahan Yudanagara, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.
Hom Sen adalah generasi kedua Nyonya Sim, neneknya yang merintis usaha produksi kue keranjang sejak tahun 1950.
Resep kue keranjang ini cukup sederhana, sebatas campuran antara ketan dengan gula.
Baca juga: Tradisi Cuci Dewa di Kelenteng Hok Tek Bio Ciamis Jelang Imlek, Doa agar Hidup Sejahtera dan Aman
Sebagai penerus, Hom Sen tetap mempertahankan cita rasa dan pengembangan usaha yang sudah turun-temurun tersebut.
Jelang perayaan tahun baru Imlek yang jatuh pada 29 Januari 2025 Hom Sen mulai kebanjiran pesanan. Kapasitas produksi pun ditambah seiring peningkatan permintaan.
"Biasanya sebulan sebelum Imlek pemesan sudah banyak, dalam sehari saja 100 kilogram bahan untuk kue keranjang disiapkan," ungkap perajin sekaligus pemilik usaha kue keranjang Hom Sen (60) ketika ditemui wartawan TribunPriangan.com, Minggu (26/1/2025).
Hom Sen mengatakan, kini kue keranjang buatannya dijual dengan harga Rp40 ribu per kilogram.
"Resepnya dapat dari nenek moyang saya, kami jualan kue keranjang di sini sejak tahun 50-an," ungkap Hom Sen.
Setiap harinya Hom Sen membuat kue keranjang dibantu dengan beberapa pegawai.
"Pembuatannya juga masih pakai kayu bakar, jadi kue ini ketika dibikin adonan dimasukkan wadah sesuai ukuran ke dalam wajan panas," jelasnya.
Hom Se menambahkan, waktu pembuatan pun sekitar satu malam hingga terbentuk kue keranjang dengan cita rasa manis.
Untuk bahan-bahan sendiri, dijelaskan Ko Hom Sen, hanya tepung ketang sama gula putih dipadukan di wadah besar sebelum dituangkan ke tempat takarannya.
"Tak ada bahan pengawet, asal diolahnya benar, bisa awet berbulan-bulan bahkan sampai setahun," tuturnya.
Pembelinya beragam sesuai selera, ada yang suka kue berbulan-bulan dan ada juga suka kue keranjang baru.
Hom Sen mengaku, pembeli tidak hanya berasal dari Kota Tasikmalaya, melainkan dari Kota Bandung hingga Jakarta ada memesan kue keranjang miliknya.
"Warga sekitar pun banyak yang beli, ada pembeli dari Kota Bandung, bahkan dari Jakarta juga ada sebagai oleh-oleh," pungkasnya.
dIA menambahkan, bahwa pesanan sudah mulai berdatangan sebulan yang lalu, tapi kebanyakan pelanggan tetap.
"Kue keranjang memang sudah kebudayaan, tradisi yang pastinya, yang selalu ada untuk jamuan," cetusnya.
Namun, dia mengaku harga kue keranjang kini ada kenaikan karena bahan baku ikut naik.
"Kalau tahun kemarin harga per kilo Rp35 ribu, jadi sekarang hanya naik Rp5 ribu saja menjadi Rp40 ribu per kilo," jelasnya. (*)
Fraksi PPP DPRD Kota Tasikmalaya Merespons Rencana Pembentukan Satgas Pontren |
![]() |
---|
Jembatan Peninggalan Belanda di Kota Tasik yang Ambruk, Mulai Diperbaiki |
![]() |
---|
15 Kelurahan dan 4 Kecamatan di Kota Tasikmalaya Terbelah Tol Geta, Ini Daftarnya |
![]() |
---|
DPRD Kota Tasikmalaya Sebut Gerakan Rereongan Sapoe Sarebu Berpotensi Jadi Pungutan Liar |
![]() |
---|
1 dari 69 Dapur MBG di Kota Tasikmalaya Sudah Miliki SLHS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.