Kepemimpinan Dony Ahmad Munir di Sumedang, Mantapkan Mitigasi Bencana

Tak ada yang bisa menerka kapan bencana terjadi. Manusia hanya bisa menaksir upaya penyelamatan diri

Penulis: Kiki Andriana | Editor: ferri amiril
Tribun Priangan.com/Kiki Andriana
Tak ada yang bisa menerka kapan bencana terjadi. Manusia hanya bisa menaksir upaya penyelamatan diri 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Sumedang, Kiki Andriana


TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Tak ada yang bisa menerka kapan bencana terjadi. Manusia hanya bisa menaksir upaya penyelamatan diri jika terjadi bencana. Mitigasi bencana yang baik akan membawa keselamatan. 

Kabupaten Sumedang termasuk wilayah yang rawan bencana, terutama bencana hidrometereologi seperti banjir dan longsor. Dala upaya mitigasi bencana itu, pemerintah telah menerapkan beragam aturan agar alam tidak 'mengamuk'. 

Di antaranya dengan membatasi pembangunan kompleks perumahan di lahan-lahan curam. Jika ada galian, maka wajib untuk reklamasi. 

Aturan-aturan itu diterapkan ketika Dony Ahmad Munir menjabat Bupati Sumedang periode 2018-2023. Kini, steleha terpilih kembali untuk periode 2024-2029, Dony kembali memperhatikan lingkungan agar tidak menjadi bencana

"Sumedang ini memang daerah yang potensi bencana sedang di Jawa Barat, hidrometereologi. Bencananya banjir, longsor, erosi, dan sebagainya," 

"Ada beberapa tahap pencegahan, mitigasi, kalaupun terjadi ada rehabilitasi, rekonstruksi. Ke depan, bagaimana memperhatikan pembangunan," 

"Di zaman saya ada moratorium, kemiringannya berapa, terutama agar tidak terganggu daerah resapan air. Ini untuk menjaga alam," kata Dony kepada TribunJabar.id, Senin (23/12/2024).  

Dony berbicara soal lahan tutupan (hutan tutupan) yang harus dijaga, sungai yang harus dirawat dengan pengerukan dan penanaman pohon di area Daerah Aliran Sungai (DAS). 

"Di Sumedang, daerah longsor juga sudah dipetakan, serta adanya Desa Siaga Bencana. Jadi responsif kalau terjadi bencana," 

"Saya dulu setiap hari mantau ramalan cuaca, dan saya kirim ke grup camat, camat kirim ke desa dan harus standby. Kalau debit sungai tinggi, ungsi sementara," katanya.  

Dalam hal kegempaan, seperti telah terjadi di Sumedang sebuah gempa dangkal yang dahsyat dampak dari pergerakan Sesar Sumedang, Dony menyebutkan untuk meniykapi hal itu perlu kajian mendalam sehingga ada data valid. 

"Harus berdasarkan data ilmiah, harus ada rencana pembangunan yang dimitigasi risikonya. Kalau kita menghadapi seperti ini, kemungkinan gempa, kita bersiap,"

"Berharap yang terbaik tapi siap untuk hadapi kondisi terburuk. Harus ada regulasinya," 

"Saya sampaikan ke Pak Pj, daerah sesar itu, dari kajian geologi daerah mana yang rawan gempa, dibuatkan prototipe (rumah tahan gempa), seperti apa perlindungannya, agar bisa menyelamatkan diri," kata Dony.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved