Kisah Bocah Muiz Asal Garut

Bocah Muiz Bangung Jam 3 Subuh Bikin Adonan Kue Untuk Dijual di Sekolah

Viral kisah seorang bocah bernama Muizatul Halim (12) asal Garut yang berjuang keras membantu kedua orangtuanya

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/sidqi al ghifari
Viral kisah seorang bocah bernama Muizatul Halim (12) asal Garut yang berjuang keras membantu kedua orangtuanya 

Laporan Kontributor TribunPriangan.com Garut, Sidqi Al Ghifari

TRIBUNPRIANGAN.COM, GARUT - Viral kisah seorang bocah bernama Muizatul Halim (12) asal Garut yang berjuang keras membantu kedua orangtuanya untuk menghidupi dan merawat 7 orang adiknya. 

Kisahnya pertama kali dibagikan oleh seorang konten kreator asal Garut bernama Sri Pujawati (28) atau Desrigemoy di akun Tiktoknya, hingga didatangi YouTuber Ncepbilal. 

Dari penelusuran Tribun, Muiz merupakan warga Kampung Siderang Datar, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Muiz yang masih duduk di bangku kelas enam sekolah dasar rela menghabiskan masa kecilnya dengan berjualan cakue demi membantu kebutuhan sehari-hari kedua orangtuanya. 

Bahkan, ia rela bangun dini hari untuk meracik adonan cakue yang nantinya akan ia jual di sekolahnya sebelum masuk kelas. 

"Jam tiga subuh Muiz memang sudah bangun, membantu saya membuat adonan cakue, sampai subuh baru digoreng dan disiapkan untuk dijual," ujar Erin (35) ibunda dari Muiz saat ditemui Tribunjabar.id di kediamannya, Minggu (24/11/2024). 

Ia menuturkan, cakue buatan anaknya itu dijual seribu rupiah per 10 buah. Uang hasil dari jualan itu kemudian dipakai untuk kebutuhan sehari-hari termasuk untuk menghidupi adik-adik Muiz. 

Jika cakuenya tidak habis ungkap Erin, maka anaknya itu akan kembali berjualan di sekolah agama sepulang dari sekolah dasar. 

"Bapaknya Muiz memang pulangnya tiga atau empat bulan sekali, pekerjaannya melaut, kalau pulang ada bekal ya di awet-awet saja," ungkapnya. 

Pantauan Tribun, rumah Muiz dibangun dengan bangunan bambu, tidak ada wc di dalamnya. Dapur dan ruang tengah menyatu. 

Di sisi lain terdapat satu kamar berhadapan dengan dapur. Dari keterangan Erin, anak-anaknya setiap malam harus tidur di kamar dan berbagi tempat di ruang tengah. 

Di ruang tengah tersebut terdapat satu buah ranjang, satu lemari dan sisanya terdapat ayunan kain yang tergantung. 

Sementara itu, baju-baju dan perlengkapan lainnya tergeletak begitu saja di setiap sudut rumah. 

"Kalau mau ke WC ya ikut ke sodara ke tetangga, untuk mandi dan lain-lain," ungkapnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved