Kisah Sukses UMKM

Kisah Epi Siti Mudrikah Merintis Usaha Bordir di Tasikmalaya, Kini Produknya Dipajang di Qatar

Epi Siti Mudrikah mempertahankan bordir manual dengan motif-motif khas Tasikmalaya yang membuat produknya lebih berharga dan bahkan dipajang di Qatar

|
Penulis: Jaenal Abidin | Editor: Machmud Mubarok
Tangkapan layar Video
Epi Siti Mudrikah (51), seniman bordir Tasikmalaya sekaligus pemilik usaha Rumah Kayu Bordir di Jalan Pesantren Al Misbah RT 04/07 Kelurahan Argasari, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. 

Pengembangan pola dan design milik Epi pun sudah tidak terhitung, karena meskipun masih menggunakan mesin jahit, tapi dirinya tetap meningkatkan potensi bordir jahit.

Pada tahun 2023 Epi bisa berkolaborasi dengan ITB dengan negara Qatar untuk membuat hasil karya yang bisa disimpan dan dipajang di Museum Qatar.

"Saya sudah sampai di titik seperti ini sangat terharu, karena perjuangan selama ini ada hasil buat keluarga dan anak," tambahnya.

Epi pun berpesan untuk para UMKM yang ada di Tasikmalaya atau seluruh Indonesia jangan putus asa dan terus kembangkan potensi daerah dengan tekun.

"Cintai produk dalam negeri kembangkan terus usahanya sukses dan berkah melimpah Insya Allah," ujarnya. 

Kolaborasi dengan Desainer Asal Jakarta dan Bandung 

Bordir di Museum Nasional Qatar
Bordir sulaman produk Epi Siti Mudrikah yang dipajang di Museum Nasional Qatar.

Tentunya kerja sama ini bukan semata-mata untuk hasil tapi memperlihatkan perpaduan karya dari tiga orang berbeda disatukan menjadi satu.

"Jadi kalau siapapun ke Qatar ya mampirlah ke museum Qatar ada karya rupa dan UKM milik Indonesia," ungkapnya.

Kini Epi merasakan kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Ruma Kayu Bordir bisa memproduksi beragam variasi border, seperti mukena, baju border, outer blazer, baju muslim kemeja dan blouse.

Harga termurah produknya mulai Rp350 ribu sampai termahal seharga Rp 2.5 juta. Harga ini sebanding dengan cara pembuatan yang masih mempertahankan mesin jahit. 

Dalam sebulan, omzet Rumah Kayu Bordir mencapai sekitar Rp 90 juta sampai Rp130 juta.

"Konsep rumah kayu modern tapi tidak meninggalkan motif-motif khas Tasik yang sudah ada sejak dulu karena, kita tetep mengedepankan khas bordir manualnya dengan menambah kreasi dan inovasi yang kekinian," ujarnya. (*)

Rumah Kayu Bordir Jadi Lokomotif Penggerak Bordir Manual Tasikmalaya

Rumah Kayu Bordir milik Epi Siti Mudrikah (51) tidak hanya memiliki sejumlah produk dengan memadukan modernisasi, namun tetap mempertahankan ciri khas motif Tasikmalaya.

Rumah dengan ukuran keseluruhan 150 meter persegi ini ternyata tak hanya untuk workshop, namun digunakan sebagai showroom dan belakangnya dipakai untuk hunian keluarganya. 

Keseriusan dan ketekunan mempertahankan bordir manual dengan motif khas Tasikmalaya inilah yang jarang dimiliki perajin lainnya, sehingga Rumah Kayu Bordir bisa disebut sebagai lokomotif penggerak bordir manual Tasikmalaya.

Terlihat berbagai motif bordir terpajang di showroom milik Epi tersebut. Bahkan ornamen rumahnya pun sangat unik dipadukan dengan tampilkan valet berwarna cokelat membuat rumah tersebut seperti menyatu dengan alam.

Rumah Kayu Bordir
Rumah Kayu Bordir menjadi etalase bordir manual khas Tasikmalaya.

Karena dari luar sampai dalam, dihiasi dengan bahan kayu, sehingga konsep klasik dipadukan dengan modernisasi membuat rumah tersebut sangat elegan dan mempunyai nilai.

"Saat ini karyawan tetap Rumah Kayu Bordir ada 10 orang yang tidak tetap jumlahnya bisa berubah-berubah sesuai kebutuhan, jika memang ada pekerjaan yang dituntut harus selesai cepat dan banyak," kata Epi.

Tak hanya perjuangan saja yang diperlihatkan seorang Epi, namun berkat kerja kerasnya dia membuat semua pelanggan pun terharu dan menjadi inspirasi.

"Saya jadi pelanggan di sini bukan hanya pelanggan seni tapi pelanggan emosional karena perjuangannya naikin bordir oleh Bu Epi luar biasa," ucap Wini Nurasih Kurniasari,  pelanggan setia karya Epi ketika ditemui saat berkunjung ke Rumah Kayu Bordir, Rabu (30/11/2024).

Jadi sebenarnya ada sisi penjualan emosional di sini dan susah diceritakan, karena berkat perjuangannya keberadaan rumah kayu semakin berkembang.

"Terakhir saya juga lagi bikin seragam murah di sini di sini. Kenapa karena ya nyaman semau-maunya, karena permintaan desain pun ga harus ngasih gambar, tinggal ngomong pasti sudah tergambar dan hasilnya sangat bagus," ucap Wini.

Ia pun berharap Rumah Kayu tetap ada dan terus berkembang karena sudah memiliki ciri khas bordir Kota Tasikmalaya.

"Saya penginnya bordir Rumah Kayu ada generasi penerusnya dan tetap nice itu bordir manual yang memang jual seni dan emosional," ungkapnya.

Rumah Kayu Bordir_3
Rumah Kayu Bordir menjadi etalase bordir manual khas Tasikmalaya.

Di tempat terpisah,  Kepala Dinas KUMKM Perindag Kota Tasikmalaya Apep Yosa Firmansyah, mengatakan, potensi yang dikembangkan oleh Rumah Kayu Bordir ini menjadi daya tarik tak hanya Daerah tapi sudah merambah ke mancanegara.

"Kota Tasikmalaya dikenal sebagai perajin bordir malah itu sudah terkenal ke macan negara, Abu Dhabi, UEA, lalu di skala nasional pun para bordir lain sudah biasa berjualan di pasar Tanah Abang," ucap Apep kepada TribunPriangan.com, Kamis (14/11/2024).

Menurut Apep, Rumah Kayu Bordir juga membuat inovasi untuk lebih meningkatkan dari sisi kualitas dan kuantitas. Karena itu dinas pun melatih para perajin bordir di kota Tasikmalaya untuk juga memadukan batik dengan nuansa bordir.

"Keberadaan Rumah Kayu milik Bu Epi juga salah satu contoh yang bisa dikembangkan sekaligus menaikkan minat pangsa pasar," tuturnya.

Tak berhenti di produksi, Apep mengatakan, dinas membuka pelatihan desain dan branding produk bordir. Rumah Kayu Bordir pun sudah dikenal di masyarakat dan menjadi bagian dari Dekranasda Kota Tasikmalaya

"Para perajin berada di bawah naungan Dekranasda pun ikut serta mempromosikan dan menjual produk Rumah Kayu tersebut. Dan produk Bu Epi ini banyak permintaan pasarnya," ucapnya.

Pihaknya pun memfasilitasi bagaimana para perajin itu bisa berkreasi berinovasi juga membuka pasar yang lebih besar

Belum lama ini pihaknya sempat diundang Atase Kedutaan Besar Qatar untuk mempromosikan produk Tasikmalaya khususnya bordir.

"Artinya produk bordir ini bisa meningkat kualitas baik sisi volume dan sisi kualitas ke pangsa mancanagera. Meskipun banyak bordir di daerah lain, dan Kota Tasik menjadi kota sentra bordir yang pertama di Indonesia," ujar Apep. (*)

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved