Stunting di Kota Tasikmalaya Naik, Dinkes Sebut Anggaran Belum Bisa Mendukung Secara Menyeluruh

Stunting di Kota Tasikmalaya Naik, Dinkes Sebut Anggaran Belum Bisa Mendukung Secara Menyeluruh

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/aldi m perdana
Stunting di Kota Tasikmalaya Naik, Dinkes Sebut Anggaran Belum Bisa Mendukung Secara Menyeluruh 

Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana

TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA TASIKMALAYA - Sistem elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) menunjukan terjadinya kenaikan angka stunting di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat pada 2024 ini.

Data tersebut menunjukan kenaikan sebesar 1,03 persen dari 2023 lalu, sehingga saat ini angka stunting di Kota Tasikmalaya berada di angka 11,78 persen.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Tasikmalaya, dr Uus Supangat mengakui, anggaran yang ada belum mampu mendukung pengentasan stunting di Kota Tasikmalaya secara menyeluruh.

"Kalau jumlah persisnya saya harus cek dulu ya, yang jelas peruntukannya Insya Allah ada. Cuma memang belum bisa menyeluruh," jelasnya kepada TribunPriangan.com saat ditemui pada Selasa (6/8/2024).

Hal tersebut lantaran Uus menduga, kenaikan angka stunting sebesar 1,03 persen tersebut merupakan kasus baru, sehingga pihaknya perlu melakukan intervensi dari hulu ke hilir.

"Untuk intervensi dari hulu ke hilir ini 'kan arealnya jadi semakin besar, yang stuntingnya juga hari ini bertambah (karena kasus baru). Nah, itu 'kan anak yang sudah stunting, yang underweight (red: di bawah berat badan rata-rata), yang gizi buruk, bayi yang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), lalu Ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK), itu 'kan harapan kami sebetulnya harus secara serempak dan komprehensif ini ditangani," paparnya.

Oleh sebab itu, tambah Uus, penanganan dari hulu ke hilir tidak bisa ditunda-tunda.

"Karena kita semua ketahui, kalau sudah terlanjur stunting, itu 'kan mengoreksinya susah dan lama, kalaupun terkoreksi, itu persentasenya juga tidak besar," tutur dia.

"Kalau yang betul-betul stunting hingga mengalami gangguan kognitif, karena 'kan stunting yang ditakutkan ini gangguan kognitifnya. Nah, kalau sudah mengalami gangguan perhatian, gangguan kognitif, dan sudah terlanjur seperti itu, dari total yang ada yang seperti itu, yang dapat terkoreksi itu paling 25 persen," lanjut Uus.

Jika sudah terlanjur seperti itu, katanya, maka pihaknya akan melihat anak tersebut.

"Tinggal kita lihat, bisa jadi belum tentu disabilitas atau kebutuhan khusus, tapi memang tingkat intelejensinya menurun, intelejensi question-nya menurun. Tapi tidak harus selalu menjadi disabilitas," ucap Uus.

"Hanya saja, itu 'kan akan melemahkan intelejensi, akan mengganggu ketika bersekolah, mengembangkan keahlian, akhirnya kemampuan bekerjanya terganggu, pengembangan karakter terganggu, yang akhirnya 'kan kesempatan untuk meraih yang lebih besar tidak bisa. Jadi kualitas SDM-nya akan terganggu. Kalau yang seperti itu banyak, 'kan berbahaya. Itu yang kami khawatirkan," lanjutnya.

Di tingkat posyandu sendiri, Uus mengungkap, melalui amggran yang ada, pihaknya melakukan pemberian bantuan gizi dengan klasifikasi yang berbeda.

"Yang pertama, yang khusus anak stunting. Nah, khusus stunting ini 'kan istilahnya makanan oral cair khusus. Jadi bentuknya kayak susu. Kemudian untuk yang gizi buruk, kami ada juga khusus untuk susu itu, tapi tidak sama dengan yang untuk anak stunting. Itu pun kami berikan juga sama, tapi itu bukan makanan oral cair, tapi susu khusus," jelasnya.

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved