Stunting di Kota Tasikmalaya Naik

Anggota DPR RI Minta Pemkot Tasikmalaya Bangun Infrastruktur Sanitasi Layak untuk Kurangi Stunting

Anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi mengatakan, salah satu penyebab stunting adalah faktor lingkungan.

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi mengatakan, salah satu penyebab stunting adalah faktor lingkungan. 

Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana

TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA TASIKMALAYA -  Anggota Komisi IX DPR RI Nurhayati Effendi mengatakan, salah satu penyebab stunting adalah faktor lingkungan.

Dalam hal faktor lingkungan ini, kata Nurhayati Effendi, perilaku buang air besar (BAB) sembarangan berkontribusi cukup besar. Sementara di Kota Tasikmalaya, wilayah yang bebas dari perilaku BAB sembarangan atau  Open Defecation Free (ODF) baru 15 kelurahan. Kota Tasikmalaya sendiri terdiri atas 69 kelurahan. 

"ODF itu 100 persen wajib hukumnya. Kota Tasikmalaya sendiri yang ODF itu 'kan baru 15 kelurahan, sisanya masih ada beberapa persen yang belum bebas," ucapnya kepada TribunPriangan.com melalui sambungan telepon pada Senin (5/8/2024).

Menurut Nurhayati, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya harus membangun infrastruktur berupa sanitasi yang layak dan penyediaan air minum.

"Lalu membersihkan daerah-daerah atau menyelesaikan daerah-daerah kumuh, memindahkan masyarakat yang berada di daerah kumuh ke lingkungan yang lebih sehat lagi," tambahnya.

"Kalau memang (kasus stunting ini) dikarenakan dari hal yang sensitif seperti faktor lingkungan, tentunya kita harus memberikan anggaran yang cukup untuk pembangunan infrastruktur, khususnya sanitasi ya," lanjut Nurhayati.

Baca juga: Akademisi Sebut Angka Stunting di Kota Tasikmalaya Naik, Kemungkinan Kasus Baru

Baca juga: Angka Stunting di Kota Tasikmalaya Naik, Pengamat Anak Sebut Suami Perlu Dilibatkan Dalam Pencegahan

Sistem elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) mencatat data stunting tertinggi di Kota Tasikmalaya terjadi pada 2020 lalu dengan angka sebesar 17,58 persen dan terus menurun sampai di angka 10,75 persen pada 2023.

Akan tetapi, pada 2024, angka stunting di Kota Tasikmalaya justru kembali naik sebesar 1,03 persen, sehingga saat jni angka stunting di Kota Tasikmalaya sebesar 11,78 persen.

Terkait data kenaikan angka stunting tersebut, Nurhayati mengatakan bahwa data tersebut merupakan hasil penghitungan Dinkes Kota Tasikmalaya.

"Itu kan datanya dari Dinkes Pemkot Kota Tasikmalaya yang 11,78 persen, tapi kan kalau data yang dari Sustainable Development Goals (SDGs) itu 'kan angkanya di 27,1 persen hari ini, naik 4,7 persen dari 2022. Jadi, kalau data nasionalnya itu 27,1 persen, tapi kalau dari data Pemkot Tasikmalaya saja yang tadi 11,78 persen," ucapnya.

SDGs atau dalam Bahasa Indonesia berarti Tujuan Pembangunan Bekelanjutan, merupakan kesepakatan global dan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Tentunya, kita kan ketahui, bahwa stunting itu dipengaruhi 70 persennya dari masalah yang sensitif, seperti masalah sanitasi, lingkungan tidak layak, rumah tidak layak huni, tidak adanya air bersih, tidak adanya WC yang ada septictank-nya, lingkungan yang kotor, banyak sampah. Nah, itu kan yang paling mempengaruhi terhadap anak-anak menjadi stunting," terang Nurhayati.

"Jadi, lingkungan itu mempengaruhi 70 persen daripada yang spesifiknya, yaitu masalah kesehatan maupun akses terhadap kesehatan tersebut," lanjut dia.

Nurhayati pun menilai, bahwa sekarang ini kemiskinan pun meningkat di Kota Tasikmalaya lantaran banyaknya pengangguran.

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved