Sosok Janur Kuning Maksudi, Hampir Ada di Setiap Hajatan dan Pernikahan Warga Pangandaran
Sosok Janur Kuning Maksudi, Hampir Ada di Setiap Hajatan dan Pernikahan Warga Pangandaran
Penulis: Padna | Editor: ferri amiril
Laporan Kontributor TribunPriangan.com Pangandaran, Padna
TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Mengenal sosok Maksudi, seorang pria berusia 65 tahun di Pangandaran eksis menjadi pengrajin janur sejak tahun 1970.
Maksudi merupakan seorang warga di Dusun Legok, Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran.
Maksudi yang seorang pengrajin ini selalu aktif di setiap perayaan tradisi seperti hajat laut, resepsi pernikahan dan acara lainnya.
Maksudi terampil merangkai janur kuning sedemikian rupa hingga tampak indah. Janur kuning itu berasal daun kelapa muda.
Maksudi juga sering membuat janur kuning itu untuk dipasang di titik-titik tertentu sebagai penanda para tamu di lokasi pernikahan.
Tentu dalam membuat kerajinan dari janur kuning harus butuh ketelitian serta keahlian untuk merangkainya hingga berbentuk indah.
Meski sudah tidak aneh lagi, ternyata pria tua tersebut pernah dapat penghargaan pada tahun 1982 saat lomba antar Kecamatan.
"Itu dulu, saya ikut lomba kesenian antar Kecamatan, alhamdulillah dapat juara pertama," ujar Maksudi berbincang bincang dengan wartawan, Minggu (21/7/2024) sore.
Dulu pada tahun 1981, Ia mengaku pernah belajar menghias di Parigi. Pertama terjun ke dunia seni rangkai janur, yaitu di Desa Legokjawa berada di Distrik Cijulang yang dulu masih masuk Lingkup Pemerintah Kabupaten Ciamis.
"Jadi, dulu masih Distrik Cijulang belum ada Kecamatan Cimerak dan belum menjadi Kabupaten Pangandaran," katanya.
Ia bersyukur, dari dulu sampai sekarang sering mendapat pesanan dari warga yang akan melaksanakan acara pernikahan atau acara tasyakuran.
"Alhamdulillah, sekarang kami sedang membuat kerajinan di acara tasyakuran juga," ucap Maksudi.
Menurutnya, pembuatan janur kuning itu membutuhkan keterampilan dan berbagai peralatan mulai pelepah daun kelapa muda, pisau cuter dan steples.
"Dulu itu tidak memakai steples tapi pakai batang daun kelapa. Jadi, terlihat alami, kalau sekarang pakai steples dan prosesnya jelas semakin cepat," ujarnya.
Untuk jasa membuat kerajinan dari janur kuning, Ia mengaku tidak mematok harga. Tergantung dikasih dari pemesan, tapi kadang si pemesan memberi uang Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu.
"Saya tidak mematok harga karena tujuannya untuk melestarikan budaya dan memberi contoh kepada anak-anak. Ya, minimal kalau saya enggak ada, sudah ada generasi penerus di lingkungan ini," ucapnya.(*)
Ojek Online dan Polres Pangandaran Pilih Gelar Shatal Ghaib dan Doa Bersama Untuk Almarhum Afan |
![]() |
---|
Bak Adegan Film, Pencuri Motor di Pangandaran yang Bawa Grand Max Terperosok ke Jurang Saat Dikejar |
![]() |
---|
Susi Pudjiastuti Puji Arena Pacuan Kuda Legokjawa, Bisa Jadi Wisata Internasional |
![]() |
---|
Rayakan HUT ke-80 RI, Warga Cijulang Botram Salembur Sepanjang 1 Km, Sekaligus Belanja Pangan Murah |
![]() |
---|
Tokoh Penggagas Pangandaran Soal Polemik: Harus Malu Disebut Sekarat, Sinergi Akademisi dan Nelayan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.