Libur Sekolah

Libur Sekolah, Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu Sepi Pengunjung, Padahal Indah dan Banyak Manfaat

Selama ini pengunjung Situ Lengkong Panjalu bisa ramai itu karena dikunjungi untuk kegiatan ziarah, yang datangnya santri atau ibu-ibu pengajian.

Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: Dedy Herdiana
Tribunpriangan.com/Ai Sani Nuraini
Suasana di obyek wisata Situ Lengkong Panjalu yang justru nampak sepi pengunjung di hari libur sekolah ini, Jumat (12/7/2024) 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Ai Sani Nuraini

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Momen hari libur sekolah biasanya dimanfaatkan keluarga untuk mengunjungi obyek-obyek wisata air, sejarah, religi, dan wisata alam.

Namun berbeda halnya dengan obyek wisata Situ Lengkong Panjalu yang justru nampak sepi pengunjung di hari libur sekolah ini.

Baca juga: Libur Sekolah Kunjungan Wisata di Pangandaran Meningkat, Seorang Wisatawan Keluhkan Lalin Semrawut

Hal itu juga diperkuat dengan informasi yang diungkapkan oleh Kepala Desa Panjalu, Yuyus Surya Adinegara saat ditemui di kantornya, Jumat (12/7/2024).

Menurutnya, obyek wisata Situ Lengkong Panjalu ini peminatnya sangat sedikit meskipun di momen libur sekolah.

"Kenapa sedikit sekali yang berkunjung, karena untuk sarana dan prasarana pendukungnya belum memadai, coba lihat faktanya, bandingkan dengan obyek wisata lainnya seperti Situ Wangi, sangat jauh beda dengan di sini," katanya.

Diakui Yuyus, selama ini pengunjung Situ Lengkong Panjalu bisa ramai itu karena dikunjungi untuk kegiatan ziarah, yang datangnya santri atau ibu-ibu pengajian.

"Wisatawan umumnya itu jarang orang datang," sambungnya.

Dia merasa kecewa karena menurutnya untuk membangun segala sesuatu itu harus melihat dari skala prioritasnya.

Berdasarkan fakta, potensi-potensi wisata itu memang lebih banyak di area Utara Ciamis termasuk wilayah Panjalu.

"Saya harap pemerintah Kabupaten Ciamis dalam hal ini dinas terkait untuk memperhatikan potensi besar yang ada di Panjalu," tambahnya.

Jika tidak dibenahi, Yuyus berpendapat bahwa potensi yang ada saat ini akan hilang dan potensi yang belum ada akan muncul.

"Bukan tidak mungkin Situ Lengkong ini akan menjadi daratan, bukan tidak mungkin Situ Lengkong dari sejengkal akan menjadi satu senti, itulah kondisi wisatanya sangat tidak terasa," pungkasnya.

Dari pantauan di lapangan, hari ini memang kondisi Situ Lengkong Panjalu itu nampak sepi, hanya ada sekitar empat perahu yang beroprasi itupun hanya sebatas mengantar jemput para peziarah di Pulau Nusa Gede yang berada d itengah-tengah Situ Lengkong tersebut. 

Mengenal lebih dekat keindahan Situ Lengkong dan Kisah di Baliknya

Situ Lengkong merupakan objek wisata yang terletak di kaki gunung Sawal termasuk dalam wilayah Desa Panjalu Kecamatan Panjalu dengan jarak ± 41 Km dari Kota Ciamis ke arah Utara. Selain menawarkan pesona keindahan alamnya, juga merupakan salah satu cagar budaya yang dilindungi.

Situ Lengkong Panjalu
Situ Lengkong Panjalu (ciamiskab.go.id)

Dilansir dari laman pemkab Ciamis, di obyek wisata ini kita bisa menyaksikan indahnya situ (danau) seluas 57,95 ha dimana ditengah situ tersebut terdapat sebuah pulau (nusa) kecil seluas 9,25 ha yang disebut Nusa Gede atau juga biasa disebut Nusa Larang dengan hamparan hutannya yang lebat dan perawan.

Selain sebagai tempat dikeramatkan, Nusa Gede adalah hutan lindung yang ditetapkan sejak zaman Belanda pada tanggal 21 Februari 1919, dengan surat keputusan gubernur Jendral Hindia Belanda (Besluit van den Gouverneur Genreaal van nederlandsch indie) nomor 6 tahun 1919, oleh karena itu, Nusa Gede pun senantiasa alami sepanjang zaman.

Setidaknya ada 30 jenis pohon berdiri kokoh mengabadikan nusa gede dengan beberapa jenis margasatwanya sebagai penghuni selama berabad-abad.

Di tengah kelebatan hutan Nusa Gede terdapat makam Hariang Kencana atau Sayyid Ali bin Muhammad bin Umar atau Mbah Panjalu, putera dari Hariang Borosngora dan makam keluarga Kerajaan Panjalu lainnya.

Prabu Borosngora adalah Raja Panjalu yang membuat Situ Lengkong Panjalu pada masa beliau menjadi Raja Panjalu. Dulunya, Nusa Gede merupakan Pusat Pemerintahan Kerajaan Panjalu.

Untuk menghormati jasa Para Leluhur Panjalu, setiap bulan Maulud dilaksanakan semacam upacara adat kirab pusaka Kerajaan Panjalu yang disimpan di dalam museum yang diberi nama “Bumi Alit “.

Pusaka-pusaka ini dikeluarkan untuk dimandikan (dibersihkan) dalam satu Upacara yang diberi nama “Nyangku”. Pada acara “Nyangku” inilah biasanya puncak kunjungan Wisata ke Situ Lengkong Panjalu.

Aksesbilitas : dari barat, terutama dari Bandung, berjarak sekitar 100 km, melalui Ciawi terus ke Panumbangan dan sampai di Panjalu.

Sedangkan dari timur, yaitu dari Ciamis , berjarak sekitar 41 km melalui Buniseuri, Kawali dan sampai Panjalu.

Fasilitas Wisata: Pintu Gerbang (Loket karcis), tempat parkir,Kios makanan dan Cinderamata, Sarana Perahu wisata, Dermaga Perahu, Puskesmas, MCK, dan sekarang sedang dibuat (proses pembuatan) Mesjid yang cukup besar.

Bumi Alit Panjalu, yaitu sejenis museum tempat menyimpan benda bersejarah peninggalan Panjalu.

Di Bumi Alit ini, bisa ditemui pedang pusaka yang diberikan Sayyidina Ali R.A kepada Prabu Sanghyang Borosngora. Terdapat juga pusaka lain seperti cis semacam dwisula, keris, kujang,dll.

Pintu gerbang, menuju makam dengan prasasti bertulisan bahasa Sunda dikedua sisi tembok gapura itu.

Tampak ada dua patung harimau di gapura, seakan-akan merekalah penjaga gerbang Nusa Gede.

Konon, Harimau ini memiliki kaitannya dengan sejarah Panjalu.

Keduanya dikenal sebagai mitos Maung Panjalu.yang satu adalah jantan: Bongbang Larang, yang satu adalah betina : Bongbang Kancana. (*)

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved