Lipsus Kampung di Garut Dibakar DI

Kisah Gerombolan dan Tragedi Mencekam Kampung-kampung di Garut Jawa Barat Dibakar DI/TII

tragedi paling terkenal atas kekejian gorombolan terjadi di wilayah Kecamatan Leles dan Kecamatan Limbangan, 10 warga Garut dilaporkan meninggal

|
TRIBUNJABAR / SIDQI AL GHIFARI
Pemandangan wilayah Gunung Beser, Gunung Sadakeling di Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat yang alami kebakaran pada Sabtu (30/9/2023). 

Hal yang sama juga dirasakan oleh Yuningsih (85) warga Desa Maripari, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Ia dan suaminya terpaksa harus mengungsi ke wilayah Cianjur demi menghindari gorombolan. 

Suaminya saat itu merupakan orang yang pernah bersama-sama berjuang dengan KH Yusuf Tauzziri melawan serangan pasukan Kartosoewirjo di Pesantren Cipari, Kecamatan Pangatikan.

"Kakek dulu mengungsi ke Cianjur bekerja di sana, jadi apa saja, jadi tukang sol sepatu, ibu juga waktu itu ikut mengungsi," ujarnya. 

Ningsih menuturkan, wilayah Sukawening dan sekitarnya kerap menjadi sasaran orang-orang gorombolan dalam menjalankan aksinya. 

Karena menurutnya, wilayah di Sukawening dan Karang Tengah merupakan wilayah pegunungan yang disebut sebagai tempat persembunyian gerombolan

Jika dilihat dari letak geografis, wilayah Gunung Beser, Gunung Sadakeling, dan Gunung di Karang Tengah berbatasan dengan wilayah Tasikmalaya. 

Wilayah pegunungan tersebut juga dekat dengan Desa Pangwedusan, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya yang menjadi tempat Raden Oni ditetapkan sebagai panglima TII. 

"Dulu ibu kembali ke Garut tahun 70-an, alhamdulillah sejak saat itu kami bisa punya saudara di Cianjur, sampai sekarang hubungannya tidak pernah putus," ungkap Ningsih. 

Upaya penyelesaian Pemberontakan DI/TII kemudian berhasil ditumpas oleh militer Indonesia melalui operasi pagar betis dengan dibantu oleh ulama dan rakyat. 

Operasi tersebut berhasil menangkap Kartosoewirjo, beberapa jajaran petinggi dan para pengikutnya. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1962 Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati berdasarkan keputusan Pengadilan Mahkamah Darurat Perang (Mahadper). 

Sang imam itu pun kemudian dieksekusi mati di Kepulauan Seribu pada tanggal 5 September 1962, itulah akhir dari Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. 

Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di: Google News

Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved