Geng Motor di Tasikmalaya

Geng Motor BSC di Tasikmalaya Dibubarkan, Ini Kata Pendiri Bogart Shark Club

Bogart Shark Club dan Bogart Shark Classic merupakan kelompok yang berbeda dan tidak berafiliasi, meski singkatannya sama BSC, ini kata Uyung Aria

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Machmud Mubarok
Kolase/TribunPriangan.com/Aldi M Perdana/istimewa
(Kiri) Para pendiri Bogart Shark Club berfoto bersama pada 1989 silam. (Kanan) Uyung Aria dan Rofi saat menunjukkan jaket BSC yang dibuat saat mereka masih duduk di bangku SMA. 

Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M Perdana

TRIBUNPRIANGAN.COM, KOTA TASIKMALAYA - Marak jadi perbincangan, geng motor di Tasikmalaya, Jawa Barat yang menamai diri mereka sebagai Bogart Shark Classic (BSC) membubarkan diri di Markas Komando (Mako) Polres Tasikmalaya Kota pada Minggu (2/6/2024).

Bubarnya BSC ditengarai oleh desakan para orang tua dan/atau wali anggota geng motor tersebut yang hadir dan menyaksikan anak-anaknya diamankan polisi pada Sabtu (1/6/2024) malam kemarin.

Faktanya, Bogart Shark Club dan Bogart Shark Classic merupakan kelompok yang berbeda dan tidak berafiliasi meski keduanya memiliki singkatan yang sama, yakni BSC.

Salah satu pencetus Bogart Shark Club, Rofi (52) menyebut, BSC didirikan pada tahun 1987.

"Bogart Shark Club ya, bukan Bogart Shark Classic, itu didirikan pada 1987 silam. Itu didirikan oleh kawan-kawan dekat saja dari SMP Negeri 2, dulu," ucapnya kepada TribunPriangan.com pada Minggu (2/6/2024) malam.

Baca juga: 177 Sepeda Motor Milik Anggota BSC Diamankan Polres Tasikmalaya Kota, 90 Persen Tak Punya SIM

Baca juga: Geng Motor BSC Resmi Bubarkan Diri di Polres Tasikmalaya, Anggotanya Ada Murid Kelas 6 SD

Rofi juga menyebut, bahwa pada saat itu, dirinya beserta kawan-kawannya sering berkumpul di kediaman salah satu rekannya di Jalan Sutisna Senjaya atau Sutsen, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat

"Malam minggu, kami suka nongkrong di Jalan Dr Soekardjo atau Dokar, nah kalau nginep suka di Jalan Sutsen," paparnya.

Suatu hari di 1987, tambah Rofi, salah satu rekannya, yakni mendiang Yadi Aki, mengajak kawanan tersebut untuk berpelesir ke Pangandaran.

"Mendiang bilang, 'kita bikin grup yuk,' katanya waktu itu karena mau main ke Pangandaran. Tercetuslah nama Bogart Shark Club, yang sampai saat ini, hanya kawan-kawan kami saja yang tahu arti sebenarnya kata 'Bogart Shark Club' itu sendiri," paparnya.

"Lalu, kenapa waktu itu ambil logo hiu? Itu karena cetusan mendiang juga. Katanya, 'kan hiu juga penyendiri, jadi sendirian juga berani,'. Tapi 'kan tidak semua orang tahu arti kata 'Bogart' apa," tutur Rofi.

Sementara itu, salah satu pendiri, Uyung Aria (51) mengatakan, seiring perkembangan waktu, pada 1989, karena mereka mulai beranjak ke tingkat SMA, akhirnya Bogart Shark Club mulai banyak yang bergabung.

"Karena pada pisah dan masuk SMA, mereka ngajak teman-teman ke BSC. Akhirnya, dulu rapat-rapatan di kediaman saya. Tercetuslah logo, warna juga bukan warna merah-kuning-hijau seperti sekarang, tapi warna grifone hijau-oren-kuning, terus diputuskanlah dalam bentuk organisasi dan berstruktur," terangnya.

Bahkan, sambung Uyung, logo hiu yang mereka gunakan menunjukkan 10 gigi.

"Logo juga gigi hiunya ada 10, karena pengurusnya 'kan 10 orang. Kegiatan kami juga dulu itu road race, slalom, motor cross, dan bikin event-event," ujarnya.

BSC juga sempat melakukan pawai saat Tasikmalaya mendapat penghargaan.

"Paling nakal-nakalnya itu, ya kami berantem, dulu kan ada kelompok kami BSC, kemudian ada CMG, dan Zombie. Dulu itu, kalau ada masalah pun, ya kami berantem satu lawan satu dan disaksikan oleh seluruh anggota, kadang juga balap keluar kota. Tidak pernah menyasar masyarakat," tuturnya.

Uyung juga mengaku, mereka sempat membuat kegiatan di Lapangan Udara Wiriadinata pada 1990 silam.

"Bahkan kami mengundang 2 personil Slank, Kakak dan Pay waktu tahun 1990 itu, padahal Event Organizer (EO) belum ada di Tasikmalaya waktu itu, saat album Slank yang pertama," paparnya.

Pada 1992, Uyung juga mengatakan, bahwa BSC akhirnya harus berpisah, lantaran masing-masing dari mereka mesti menempuh pendidikan kuliah di luar kota.

"Setelah kami keluar dari Tasikmalaya tahun 1992 untuk (menempuh pendidikan) kuliah, kami bahkan tidak tahu BSC ini diteruskan oleh siapa-siapa saja, karena setahu kami, BSC ini ya kami-kami saja, tidak pernah membuka pendaftaran, tidak pernah merekrut siapa-siapa, ya kami-kami saja," jelasnya.

Akan tetapi, bertahun-tahun kemudian, sekembalinya mereka ke Tasikmalaya, Uyung dan Rofi sempat dengar adanya BSC yang masih eksis namun dengan kepanjangan yang berbeda, yakni Bogart Shark Classic.

"Sempat bertanya-tanya, kenapa Classic? Karena dulu 'kan Club. Ketuanya juga siapa, saya enggak tahu, sekretariatnya di mana pun saya enggak tahu," terangnya.

"Pernah ada suatu kejadian dan dengar dari orang lain, kami sempat ingin komunikasi, ingin tahu jejak langkahnya sekarang gimana. Bahkan, saya pernah tegur via DM Instagram BSC ini waktu tahun 2016, karena waktu itu ada yang meminta video ucapan ultah, tapi ucapannya minta bahwa kelahiran BSC 1983, padahal kan 1987. Ini 'kan sudah semakin dipertanyakan," lanjut Uyung.

Uyung juga sempat meminta dipertemukan dengan ketuanya, akan tetapi tidak terlaksana.

"Malahan, saya pernah membuat karya di salah satu tembok Jalan Dewi Sartika kolaborasi antara seniman Tasikmalaya dengan pelukis Payung Geulis, tapi justru dicoret-coret oleh salah satu member Shark Student yang saya duga terafiliasi dengan BSC yang itu. Pernah saya tegur dengan nada keras via akun Facebook mereka, tapi tidak ada respons apa-apa," ucapnya.

Saat dikonfirmasi mengapa Uyung dan Rofi baru angkat bicara sekarang, mereka pun mengaku bahwa Bogart Shark Classic atau BSC yang ini benar-benar bukan bagian dari mereka.

"Kenapa baru sekarang? Mau kami tindak pun, kami juga bingung, karena mereka bukan bagian dari kami. Benar-benar berbeda. Saya juga tidak dianggap senior. Tapi alhamdulillah, ada tindakan dari polisi dan masyarakat. Mudah-mudahan ada hikmah dari kejadian ini," terangnya.

Uyung dan Rofi juga menilai bahwa adanya sebuah pola asuh di kelompok tersebut yang salah pada saat ini.

"Kalau dulu, dengan cara kami ingin mencari identitas, kami ikutan pertandingan balap. Bahkan dulu ada sosok yang mengarahkan, seperti Bengkel Entog Motor dan Apuy Motor. Bahkan kami juga mengundang 2 personil Slank, yaitu Kakak dan Pay," ucapnya.

Dengan demikian, Uyung mengaku bahwa pihaknya terbuka bagi siapa saja.

"Kami yakin, di antara BSC yang itu, masih banyak anggotanya yang inging mengubah stigma BSC itu bukan sebuah geng motor, karena saya pernah melihat di media sosial kegiatan-kegiatan positif yang mereka lakukan," terangnya.

"Oleh sebab itu, kami sangat terbuka buat rekan-rekan yang ingin tahu sejarah dan ingin membangun Kota Tasikmalaya," pungkasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved