Naskah Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat 23 Februari 2024, Surga Atau Neraka Sebagai Balasan Amal ketika di Dunia
Naskah Khutbah Jumat 23 Februari 2024, Surga Atau Neraka Sebagai Balasan Amal ketika di Dunia
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Karena itu pada hadis selanjutnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menggarisbawahi:
ألا إِنَّ الْجَنَّةَ حُزْنٌ بِرَبْوَةٍ اَلَا وَإِنَّ النَّارَ سَهْلٌ بِسَهْوَةٍ
“Bahwa surga adalah sesuatu yang sulit diraih bagai berada di tempat yang tinggi. Sedangkan neraka adalah sesuatu yang mudah bagai berada di tanah yang rendah”
Begitulah keadaan sebenarnya. Selanjutnya terserah pribadi kita masing-masing. Apakah kita inginkan surga atau menyerahkan diri kepada neraka.
Imam Ghazali pernah menerangkan menyambung keterangan hadis di atas dalam Minhajul Abdidn. Bahwa kini (pada masa al-Ghazali) manusia sungguhlah amat lemah, sedangkan kehidupan semakin kompleks. Pengetahuan agama semakin menipis, adapun kesempatan ibadah semakin menyusut. Kesibukan semakin mendesak, umur semakin berkurang dan amal ibadah terasa makin berat.
Bukankah hal semakin terasa pada zaman sekarang. Manusia sangat lemah, kemauan manusia semakin hari semakin pupus. Yang diinginkan hanyalah segala yang serba cepat dan instan. Tidak ada usaha serius yang ada hanyalah ketergantungan yang semakin tinggi.
Ketergantungan dengan gadget, dengan alat komunikasi, dengan mesin ATM dengan segala macam peralatan teknologi.
Hal ini semakin melemahkan manusia sebagai individu. Manusia kini tidak berani menghadapi kehidupan tanpa tetek-bengek tersebut.
Baca juga: Teks Khutbah Jumat 26 Januari 2024, Teguran Bagi Insan yang Bangga Berbuat Dosa
Di sisi lain kesibukan kegiatan manusia luar biasa padatnya. Sehingga waktu yang ada hanya habis untuk mengurus segala macam urusan yang disekitar. Sehingga kesempatan beribadah semakin lenyap. Sholat lima kali saja terkadang tidak terlaksana. Kalaupun terlaksana pengetahuan tentang ibadah itu sangat minim sekali. Pelajaran tentang agama hanya di dapat di sela-sela waktu bekerja. Dalam pesantren kilat, kultum di tv atau di sela istirahat kantor, melalui google, tanya jawab dalam media sosial. Urusan belajar agama menjadi sampingan. Tidak terasa umur sudah senja. Ketenangan jiwa masih jauh, fisik semakin lemah diajak beribadah. Bagaimanakah jika sudah demikian?
Maasyiral muslimin rakhimakumullah,
Maka yang tersisa hanya satu memohon kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar dianugerahi taufiq dan hidayah. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melimpahkan cahaya untuk hambanya. Sebagaimana yang difirmankannya:
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya
Artinya: apapun yang terjadi ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menghendaki untuk memberikan hidayah-Nya kepada seorang hamba, maka tidak ada satupun masalah yang tersisa. Kemudian seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Bagaimanakah tanda seseorang memperoleh cahaya hidayah-Nya? Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
التَّجَافَى عَنْ دَارِ الْغُرُوْرِ وَالْإنَابَةِ الَى دَارِ اْلخُلُوْدِ وَالاِسْتِعْدَادِ لِلمَوْتِ قَبْلَ نُزُوْلِ الْمَوْتِ
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.