Perang Israel vs Hamas

Israel Serang Rafah di Jalur Gaza Selatan yang Dihuni 1,5 Juta Pengungsi, Lebih 200 Orang Syahid

Satu-satunya wilayah yang diklaim penjajah Israel sebagai wilayah aman di Jaluar Gaza, menjadi sasaran agresi brutal tentara IDF

Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Satu-satunya wilayah yang diklaim penjajah Israel sebagai wilayah aman di Jaluar Gaza, menjadi sasaran agresi brutal tentara Israel Defense Forces (IDF), Senin (12/2/2024). 

Kedua pria tersebut digambarkan dalam kondisi baik dan diterbangkan ke rumah sakit untuk pemeriksaan.

Pasukan menggunakan alat peledak untuk mendobrak pintu tempat para sandera ditahan. Mereka mendapat tembakan dari pasukan Hamas dan seorang tentara terluka ringan.

Para sandera dipertemukan kembali dengan keluarga mereka.

Jenderal Yaron Finkelman, kepala Komando Selatan IDF, memimpin operasi dari sebuah pangkalan di Be'er Sheva di hadapan Kepala Staf Herzi Halevi dan kepala Shin Bet Ronen Bar.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant bergabung dengan mereka di markas besar militer.

“Kami memiliki 134 sandera yang masih disandera dan kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membawa mereka pulang,” kata juru bicara IDF.

 "Ini merupakan ekstraksi yang mengesankan,” kata Gallant. Dia mengatakan dia dan perdana menteri mengikuti operasi tersebut dari pusat komando dan sangat kagum dengan misi yang dilaksanakan dengan baik. “Kami akan terus memenuhi komitmen kami untuk membawa kembali para sandera, dengan cara apa pun yang memungkinkan,” katanya.

Secara terpisah Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, mengeluarkan rilis tentang serangan Israel ke Rafah.

Serangan tentara pendudukan Nazi terhadap kota Rafah malam ini, dan pembantaian mengerikan yang mereka lakukan terhadap warga sipil yang tidak berdaya yaitu anak-anak, wanita, dan orang tua, yang telah direnggut nyawa daripada mereka melebihi seratus syuhada, terhitung sebagai lanjutan dari perang genosida dan upaya pemindahan paksa yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.

Sesungguhnya serangan tentara musuh teroris ini di kota Rafah, merupakan kejahatan yang direncanakan, dan perbuatan yang terlalu jauh (keterlaluan) dari perang genosida, mereka memperluas area pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat kami, mengingat kondisi tragis yang dialami kota ini yang disebabkan 1,4 juta warga menumpuk di dalamnya, dimana jalanannya berubah menjadi tempat pengungsian, mereka hidup dalam keadaan yang sangat sulit dan kejam, akibatnya kekurangan (rakyat kami) sampai hanya untuk kebutuhan dasar hidup- pun mereka kekurangan.

Bahwasannya Pemerintahan yang dipimpin oleh teroris Netanyahu dan tentara Nazi-nya, mereka mengabaikan keputusan Mahkamah Internasional yang dikeluarkan dua minggu lalu, yang menyetujui tindakan mendesak termasuk menghentikan segala langkah yang dapat dianggap sebagai tindakan genosida.

Sesunguhnya Pemerintahan Amerika dan Presiden Biden secara pribadi memikul tanggung jawab penuh terhadap pemerintahan pendudukan atas pembantaian ini, karena lampu hijau yang mereka berikan kepada Netanyahu kemarin, dan segala dukungan terbuka yang mereka berikan kepada Netanyahu berupa uang, senjata, dan perlindungan politik untuk melanjutkan perang genosida dan segala pembantaian.

"Kami menyerukan kepada Liga Negara-negara Arab, Organisasi bantuan Islam, dan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan segera dan serius, untuk menghentikan agresi Zionis dan kejahatan genosida yang sedang berlangsung terhadap warga sipil yang tidak berdaya di Jalur Gaza," kata Hamas. (*)

Baca Berita-berita TribunPriangan.com di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved