Buya Syakur Wafat
PEMIKIRAN Buya Syakur Dikagumi Gus Rumail Abbas, 'Intelektual Revisionis dengan Cara Pandang Beda'
Gus Rumail Abbas, peneliti di Jaringan GusDurian, mengaku kagum dengan pemikiran-pemikiran dan ceramah Buya Syakur yang kadang out of the box
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
"Buya pingin ketemu Sampean, Kang. Jika ada waktu ke Indramayu, jangan lupa mampir."
Sudah empat tahun berlalu, namun belum ketemu juga. Jangankan ke Indramayu, keluar Jawa Tengah saja belum bisa.
Sugeng kondur, Buya Syakur. Wa inna insya Allah bikum lahiqun.
Cerdas dan Kritis
Dikutip dari laman pesantrencadangpinggan.pesantren.id, Buya Syakur merupakan kelahiran Indramayu pada 12 November 1960.
Buya Syakur menyelesaikan Pendidikan S1 di Kairo, S2 dan S3 di Tunisia.
Masa pendidikannya di luar negeri selama 20 tahun. Ia menguasai bahasa Inggris, Arab, Jerman dan Prancis. Pernah bekerja sebagai staf ahli di Kedutaan Besar Indonesia di Tunisia.
Baca juga: Sosok Ulama Kharismatik Asal Indramayu Buya Syakur Meninggal Dunia Dini Hari Tadi
Moto hidupnya: WAHAI HARI ESOK AKU TANTANG KAMU KARENA AKU TELAH MENYELESAIKAN PEKERJAANKU HARI INI".
Sementara Alowarta menuliskan, Buya Syakur dilahirkan di Kertasemaya- Indramayu pada tanggal 2 Februari 1948 dari pasangan KH. Moh Yasin Ibrohim dan Nyai Hj. Zaenab.
Di masa kecilnya, Buya Syakur menghabiskan waktunya di lingkungan pondok pesantren.
Beliau menyelesaikan pendidikan dasar di SD Darul Hikam-Cirebon.
Pada tahun 1960, Buya kemudian diminta secara pribadi oleh KH. Sanusi, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, untuk tinggal di pesantren.
KH. Sanusi adalah salah satu guru dari ayahanda Buya Syakur.
Selama kurang lebih 12 tahun, beliau secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.
Di sana buya menamatkan MTS pada tahun 1963, PGA 1966 dan SPIAIN 1969.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.