Buya Syakur Wafat

Buya Syakur di Mata KH Maman Imanulhaq Pemimpin Ponpes Al Mizan Majalengka, 'Mengajak Umat Kritis'

Maman mengerti betul begitu banyak kelebihan yang dimiliki Buya Syakur, di antaranya, berdakwah tidak hanya melalui cara tradisional tapi jgua modern

|
Editor: Machmud Mubarok
Istimewa/Facebook
Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan Jatiwangi, KH Maman Imanulhaq (kanan) saat berfoto dengan Buya Syakur (tengah) dalam sebuah kesempatan, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNPRIANGAN.COM, MAJALENGKA - Ulama kharismatik asal Kabupaten Indramayu, KH Abdul Syakur Yasin atau Buya Syakur, berpulang pada Rabu (17/1/2024) dinihari kira-kira pukul 02.00 WIB.

Pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan, Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, itu, mengembuskan napas terakhirnya di RS Mitra Plumbon, Kabupaten Cirebon.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan Jatiwangi, KH Maman Imanulhaq, mengaku sangat kehilangan sosok ulama kharismatik yang namanya telah dikenal luas hingga kancah dunia tersebut.

Bahkan, sebagai pengagumnya, Maman mengerti betul begitu banyak kelebihan yang dimiliki Buya Syakur, di antaranya, berdakwah tidak hanya melalui cara tradisional, tetapi melalui berbagai platform media.

"Beliau adalah seorang ulama ternama yang memiliki begitu banyak jemaah yang mencintainya, sehingga kita merasa sangat kehilangan," kata Maman Imanulhaq saat ditemui di Pondok Pesantren Al Mizan, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Rabu (17/1/2024).

Baca juga: PEMIKIRAN Buya Syakur Dikagumi Gus Rumail Abbas, Intelektual Revisionis dengan Cara Pandang Beda

Baca juga: SOSOK Buya Syakur, Ulama Cerdas dari Indramayu Sahabat Gus Dur, Wafat di RS Plumbon Cirebon

Ia mengatakan, hingga kini kanal YouTube Buya Syakur telah dinikmati jutaan penonton, dan belum termasuk platform lainnya yang menjangkau umat dengan berbagai latar belakang. 

"Buya Syakur selalu mengajarkan penguasaan teknologi yang perlu dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat," ujar Maman Imanulhaq.

Selain itu, menurut dia, penguasaan wawasan keilmuannya juga sangat luas, bahkan terkadang memancing kontroversi di tengah masyarakat.

Saat itu, Buya Syakur tengah merangsang umat untuk terus berpikir demi kemajuan Islam, sehingga segala kontroversi selalu ditanggapinya secara tenang.

"Bagi Buya Syakur perbedaan adalah sunnatullah dan mengedepankan pendekatan dialog, dan beliau mengajarkan pentingnya membaca kitab-kitab pembanding, sehingga tidak perlu menyikapi perbedaan secara emosional," kata Maman Imanulhaq.

Ia menyampaikan, Buya Syakur juga merupakan sosok yanh sangat peduli terhadap pesantren, bahkan beberapa pesantren yang diasuhnya termasuk jaringan pondok yang dibinanya selalu dikoneksikan.

Hal tersebut bertujuan untuk saling memberikan ide gagasan dan mengimplementasikan melalui berbagai program dari mulai pertanian, alih teknologi, hingga lainnya.

"Buya Syakur juga merupakan sosok yang menggeluti budaya tasawuf dengan kearifan yang tinggi, dan banyak orang yang belajar bagaimana mengenal diri, bermuhasabah, serta belajar bagaimana bertarikat di alam," ujar Maman Imanulhaq.

Maman mengatakan, Buya Syakur mengajarkan tasawuf melalui metode tidak hanya terus mendekatkan diri kepada Allah Swt dan sesama manusia, tetapi juga kepada alam.

"Trilogi tersebut yang terus dikuatkan Buya Syakur, bagaimana caranya kita mendekat kepada Allah (habluminallah), dekat dengan sesama manusia (habluminannas), serta dekat dengan alam (habluminalalam)," kata Maman Imanulhaq.

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved