Bayi Prematur Meninggal di Klinik

Dinkes Kota Tasikmalaya Bentuk Tim Audit Buntut Bayi 1,5 Kilogram Meninggal Dunia

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya telah membentuk tim pemeriksaan kematian pada bayi buntut laporan keluarga pasien terhadap satu klinik

|
Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Machmud Mubarok
TribunPriangan.com/Aldi M Perdana
Klinik di Tasikmalaya Dilaporkan ke Dinkes, Diduga Lalai Sebabkan Bayi Baru Lahir Meninggal 

Tepat pukul 22.00 WIB, sang istri lalu melahirkan.

Pada saat proses melahirkan sebutnya bidan lagi-lagi tidak berhenti main handphone.

"Yang lebih parahnya bidan jaga tersebut malah menjadikan istri saya bahan praktek kepada mahasiswa yang sedang praktek di kilinik tersebut. Bidan jaga menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan mata kuliah kebidanan kepada mahasiswi praktek," katanya.

Bayi yang dilahirkan itu terlahir dalam kondisi berat baDan yang ringan, yakni hanya 1,7 KG.

Saat dilahirkan, sebutnya pihak klinik hanya memberitahu berat badan bayi tanpa memberitahu tinggi bayi, jumlah jahitan dan jenis kelamin. Pihak keluarga juga tidak diperbolehkan masuk ke ruang bersalin. 

Hal inilah yang kemudian disinyalir sebagai malapraktik.

Usai Melahirkan, Langsung Bersih-bersih

Hal yang membuat hati sang suami semakin terasa pilu usai dia melihat langsung istrinya disuruh untuk membersihkan dirinya dari sisa darah melahirkan ke kamar mandi sendirian.

"Istri saya dibiarkan tidak dirawat dengan baik pascamelahirkan, masih banyak sisa darah di badan istri saya, di punggung, di perut, di kaki semuanya, sama sekali tidak dibersihkan hanya ditutupi kain samping," katanya.

Justru sang kakak, Nadia yang membersihkan darah pascamelahirkan, mengganti baju dan memapahnya kembali ke ruang bersalin.

Sang kakak sempat mempertanyakan mengapa bayi dengan berat kurang dari dua kg itu tidak diinkubator, bahkan dia juga bertanya kapan bagusnya memberikan ASI, namun bidan menyebutkan belum bisa dikasih apapun.

Lalu bidan membawa kembali bayi tersebut ke ruangan ibu untuk disusui. Tetapi yang sangat  disayangkan bidan tidak memastikan bahwa ASI nya ada atau tidak, ASI-nya masuk atau tidak.

"Si bidan malah melanjutkan tidur nyenyaknya, tidak memperdulikan keadaan anak dan istri saya. Kakak saya yang membantu istri saya menyusui anak saya, pada saat itu anak saya tidak mampu menyusu kepada ibunya, hingga waktu subuh bayi masih di pangkuan istri saya," katanya.

Bayi Dimandikan dan Foto Newborn

Pukul 07.00 WIB bayi tersebut dimandikan oleh bidan dengan waktu yang sangat lama hingga pukul 08.30. Pihak keluarga tidak tahu dimana bayi tersebut dimandikan hingga mengetahui jika bayinya ternyata telah difoto newborn.

Usai dimandikan, bayi sudah diperbolehkan pulang. Pihak keluarga bahkan sempat mempertanyakan berulang kali apakah keputusan tersebut sudah tepat mengingat bayi tersebut terlahir dengan berat badan rendah.

Tiba di rumah, istri mengalami kendala saat memberikan ASI, dia kemudian memberika susu formula yang direkomendasikan, namun susu pun tidak diterima oleh sang bayi.

Pukul 18.00 WIB bayi sempat BAB, selesai di bersihkan lalu bayi ditidurkan. 

Pukul 21.00 WIB, istri menangis karena melihat bayinya tidak bergerak. Dia mencoba menelpon bidan di Klinik Alifa namun tidak menerima jawaban.

Tidak menunggu lama, sang suami langsung membawa bayinya ke Klinik Alifa. Sesampainya disana, Klinik tutup.

"Saya gedor-gedor gerbang Klinik karena panik ingin memastikan kondisi anak saya. Lumayan lama saya gedor-gedor pintu gerbang klinik, lalu ada bidan yang membukakan pintu gerbang.

Saya meminta bidan jaga untuk memeriksa anak saya, ada satu orang laki-laki entah itu dokter atau siapa, dia memeriksa anak saya lalu menyebutkan bahwa anak saya sudah meninggal," katanya tanpa menerima surat kematian dari pihak Klinik.

Mendapati respons buruk, sang suami langsung membawa bayinya ke RS Jasa Kartini Tasikmalaya, dia ingin memastikan lagi kondisi bayinya.

Bayi langsung dibawa ke IGD dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, namun bayi dinyatakan sudah meninggal dunia. Oleh rumah sakit Jasa Kartini lalu diberikan surat kematian.

Pada momen ini, pihak keluarga kembali dikejutkan disaat pihak RS mengatakan jika bayinya hanya seberat 1,5 Kg bukan1,7 Kg. Pihak Rumah Sakit mengatakan harusnya sang bayi masih berada di inkubator dan diberikan banyak ASI.

Hal ini justru berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan dan sisarankan oleh pihak klinik sebelumnya. 

"Kami pulang dengan hati yang sangat sakit, dengan rasa penyesalan terbesar kenapa harus melahirkan di Klinik ALIFA. Kami pulang membawa bayi kami yang suci tidak berdosa, yang di sepelekan oleh Klinik ALIFA menggunakan ambulans," ujar Erlangga. (*)

 

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved