Plang SPBK Dipasang di Cagar Alam Pangandaran, Langkah Antisipasi Bahaya Kebakaran

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Pangandaran memasang plang Sistem Peringkat Bahaya Bebakaran (SPBK).

Penulis: Padna | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Tribun Jabar/Padna
Plang sistem peringkat bahaya kebakaran di kawasan TWA atau Cagar Alam Pangandaran, Minggu (12/11/2023). 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Pangandaran memasang plang Sistem Peringkat Bahaya Bebakaran (SPBK).

Dalam plang SPBK ini, terdapat empat warna untuk mengetahui tingkatan kebakaran. Biru berarti rendah, hijau berarti sedang, putih berarti tinggi dan merah berarti ekstrem.

Kepala BKSDA Resort Pangandaran, Kusnadi mengatakan, plang SPBK ini untuk diketahui oleh para pengunjung dan nelayan di Pangandaran, selain petugas.

Baca juga: UMP 2024 Ditetapkan 21 November, Ini Daftar Upah Minimum Kabupaten Pangandaran Tahun 2023

Dengan begitu, mereka bisa mengetahui tingkatan bahaya kebakaran di Cagar Alam Pangandaran.

"Ketika posisi jarum berada di tingkatan tinggi dan ekstrem, untuk antisipasi para petugas termasuk nelayan diberi arahan," ujar Kusnadi, Minggu (12/11/2023) sore.

Menurutnya, ada dua titik di Cagar Alam Pangandaran yang rawan terjadi kebakaran yakni di sekitar padang rumput Cikamal.

"Di situ ada dua titik yang rawan kebakaran. Karena, di lokasi tersebut banyak ilalang," katanya.

Baca juga: Menikmati The Mix Crabbys di Kawasan Wisata Pantai Pangandaran, Harga Terjangkau Bisa Makan Mewah

Meskipun demikian, semenjak musim kemarau panjang ini tidak terjadi kebakaran di kawasan Cagar Alam Pangandaran.

"Alhamdulillah, karena kita selalu patroli dan memberikan arahan juga terhadap pengunjung ataupun masyarakat yang datang ke lokasi tersebut," ucap Kusnadi.

Untuk antisipasi, pihaknya juga sudah membuat jadwal patroli siang, sore ataupun malam.

"Kita patroli 24 jam dengan membagi personel yang ada," ujarnya.

Dia mengimbau kepada pengunjung ataupun masyarakat setempat untuk tidak membuang putung roko sembarangan.

"Apalagi, musim kemarau sekarang kondisi rumput ilalang masih kering. Jadi, mudah sekali terbakar," katanya. (*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved