Kekerasan Seksual di Indramayu Tinggi

Kekerasan Seksual di Indramayu Tinggi, Korbannya Anak-anak yang Orang Tuanya Sibuk Bekerja

Mulai tahun 2022 sampai dengan saat ini, Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu mencatat sudah 25 kasus kekerasan seksual terhadap anak

TribunPriangan.com/ Handhika Rahman
Kekerasan Seksual di Indramayu Tinggi, Korbannya Mayoritas Anak-anak yang Orang Tuanya Sibuk Bekerja 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Handhika Rahman

TRIBUNPRIANGAN.COM, INDRAMAYU - Mulai tahun 2022 sampai dengan saat ini, Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu mencatat sudah 25 kasus kekerasan seksual terhadap anak terjadi di Indramayu.

Jumlah tersebut belum termasuk yang dilaporkan kepada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) maupun Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Indramayu.

Namun, kebanyakan kasus kekerasan seksual ini justru tidak terlaporkan.

Baca juga: Mabuk Sambil Bikin Onar di Komplek Militer, 8 Pemuda di Garut Digelandang Polisi, Ini Kronologinya

Alasannya, kasus kekerasan seksual terhadap anak masih dianggap tabu atau aib oleh masyarakat sehingga enggan untuk dilaporkan.

Sebagai organisasi yang konsen terhadap kekerasan seksual anak, Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu bersama komunitas orang muda dari dua desa dan dua kampus di Indramayu melakukan audiensi dengan DPRD Indramayu.

Pembina Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu, Darwinih mengatakan, akar permasalahan banyaknya kasus tersebut karena minimnya edukasi soal hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) bagi anak-anak.

Y6GY7YHYHE
Kekerasan Seksual di Indramayu Tinggi, Korbannya Mayoritas Anak-anak yang Orang Tuanya Sibuk Bekerja

Baca juga: Begini Kondisi Bangkai Truk Tronton Pengangkut Sepatu yang Oleng di Pinggiran Jalan Jatinangor

"Kekerasan seksual ini rata-rata korbannya adalah anak-anak," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Rabu (23/8/2023).

Darwinih menyampaikan, adanya edukasi HKSR ini diharapkan bisa menekan angka kekerasan seksual maupun pernikahan dini yang tinggi di Indramayu.

Minimalnya, mereka bisa belajar soal kesehatan seksual dan reproduksi kepada ahlinya dan tidak mengandalkan literasi dari internet.

Baca juga: Berkas Perkara Dugaan Suap Proyek Smart City Yana Mulyana Belum Dilimpahkan ke PN Bandung

Edukasi HKSR ini pun, kata Darwinih mencakup banyak hal, tidak hanya soal ciri-ciri anak yang sudah memasuki masa pubertas.

Termasuk juga bagaimana anak bertindak apabila menghadapi situasi permasalahan di dalam rumahnya.

Banyak anak-anak yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan rumah justru mencari kenyamanan di luar rumah.

Baca juga: 53 Desa dan 15 Kecamatan di Kebumen Terimbas Tol Cilacap-Jogjakarta, 1 Desa di Sruweng Ikut Terusir

Salah satu contoh, kata Darwinih, Yayasan Selendang Puan Dharma Ayu tengah menangani kasus terhadap anak yang mengalami kekerasan seksual dengan kondisi ibunya berada di luar negeri karena menjadi TKW, sementara ayahnya bekerja di luar kota.

Sementara anaknya di asuh oleh kerabatnya di rumah.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved