Sosok

SIAPA Batoro Katong yang Makamnya di Ponorogo Diziarahi Anies Baswedan? Ini Sosoknya

Sosok Batoro Katong, pendiri bumi reog Ponorogo, yang makamnya diziarahi oleh Calon Presiden (Capres) 2024 yang diusung Partai Nasdem, Anies Baswedan.

Editor: Machmud Mubarok
Tribun Jatim/Pramita Kusumaningrum
Makam Batoro Katong di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Selasa (23/5/2023) malam. 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Sosok Batoro Katong, pendiri bumi reog Ponorogo, yang makamnya diziarahi oleh Calon Presiden (Capres) 2024 yang diusung Partai Nasdem, Anies Baswedan.

Makam Batoro Batoro Katong berada di Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

Bagaimana sejarah Batoro Katong dan Reog Ponorogo ini? Berikut paparan sejarah yang dilansir dari kimbatorokatong.blogspot.com.

Bagi masyarakat Ponorogo, nama Raden Katong, yang kemudian lazim disebut Batoro Katong, bukan sekadar figur sejarah semata.

Hal ini terutama terjadi di kalangan santri yang meyakini bahwa Batoro Katong-lah penguasa pertama Ponorogo, sekaligus pelopor penyebaran agama Islam di Ponorogo.

Baca juga: PKS Sumedang Ingin Capres Anies Baswedan Didampingi Ahmad Heryawan

Batoro Katong, memiliki nama asli Lembu Kanigoro, tidak lain adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari selir yakni Putri Campa yang beragama Islam.

Mulai redupnya kekuasaan Majapahit, saat kakak tertuanya, Lembu Kenongo yang berganti nama sebagai Raden Fatah, mendirikan kesultanan Demak Bintoro. Lembu Kanigoro mengikut jejaknya, untuk berguru di bawah bimbingan Wali Songo di Demak.

Para Wali Islam tersebut membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa yang beragama Islam untuk menjadi Istrinya.

Berdasarkan catatan sejarah keturunan generasi ke-126 beliau yaitu Ki Padmosusastro, disebutkan bahwa Batoro Katong dimasa kecilnya bernama Raden Joko Piturun atau disebut juga Raden Harak Kali. Beliau adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V dari garwo pangrambe (selir yang tinggi kedudukannya).

Walaupun kemudian Prabu Brawijaya sendiri gagal untuk di-Islamkan, tetapi perkawinannya dengan putri Campa mengakibatkan meruncingnya konflik politik di Majapahit. Diperistrinya putri Campa oleh Prabu Brawijaya V memunculkan reaksi dari elite istana yang lain.

Sebagaimana dilakukan oleh seorang punggawanya bernama Pujangga Anom Ketut Suryongalam. Seorang penganut Hindu, yang berasal dari Bali.

Tokoh yang terakhir ini, kemudian keluar dari Majapahit, dan membangun peradaban baru di tenggara Gunung Lawu sampai lereng barat Gunung Wilis, yang kemudian dikenal dengan nama Wengker (atau Ponorogo saat ini).

Ki Ageng Ketut Suryangalam ini kemudian di kenal sebagai Ki Ageng Kutu atau Demang Kutu. Daerah yang menjadi tempat tinggal Ki Ageng Kutu ini dinamakan Kutu, kini merupakan daerah yang terdiri dari beberapa desa di wilayah Kecamatan Jetis.

Ki Ageng Kutu-lah yang kemudian menciptakan sebuah seni Barongan, yang kemudian disebut Reog. Reog tidak lain merupakan artikulasi kritik simbolik Ki Ageng Kutu terhadap raja Majapahit (disimbolkan dengan kepala harimau), yang ditundukkan dengan rayuan seorang perempuan/Putri Campa (disimbolkan dengan dadak merak).

Ki Ageng Kutu sendiri disimbolkan sebagai Pujangga Anom atau sering di sebut sebagai Bujang Ganong, yang bijaksana walaupun berwajah buruk.

Halaman
123
Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved