SOSOK Ki Hajar Dewantara, Pendiri Tamansiswa, Tanggal Lahirnya 2 Mei Jadi Hari Pendidikan Nasional
Ki Hajar Dewantara dilahirkan pada hari Kamis Legi, 2 Ramadhan 1309 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1889 dan jadi Hari Pendidikan Nasional
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Di saat yang sama, Boedi Oetomo sedang berupaya menetapkan tujuan. Soewardi mendapatkan ajakan untuk bergabung dengan organisasi Sarekat Dagang Islam, yang merupakan organisasi perjuangan yang bergerak di bidang politik dan agama.
Pada organisasi terssebut, Soewardi menjadi penulis yang aktif menulis di berbagai media masa. Mulai dari sanalah kemudian Soewardi mengenal berkenalan dengan organisasi lainnya.
Pada tahun 1913 Soewardi menikah dengan Raden Ayu Soetartinah, yang juga merupakan kerabat dari ayah Soewardi.
Beberapa hari setelah pernikahan, Soewardi ditangkap oleh polisi Belanda karena dianggap memberikan dukungan pada rakyat melalui tulisan-tulisannya.
Akhirnya, sebagai hukumannya Soewardi diasingkan dan ia memilih untuk diasingkan ke Belanda. Di Belanda kehidupan Soewardi dan Soetartinah sangat terkatung-katung.
Namun, di Belanda justru Soewardi didekatkan kembali dengan cita-cita masa lalunya untuk menjadi seorang guru. Soewardi berteman baik dengan Mr. John Dewey, Mr. Rabindranat Tagore, Mr.J.J. Rousseau, dr. Maria Montessori, Mr. Kerschensteiner dan Mr. Frobel.
Soewardi sangat kagum pada metode Frobel yang menerapkan pendidikan dengan menyanyi dan bermain. Kemudian, metode dr.Maria yang menerapkan metode pendidikan dengan menitik beratkan pada panca indra.
Lama berkiprah di dunia tulis menulis di organisasi, Soewardi memutuskan untuk kembali memfokuskan dirinya pada dunia pendidikan.
Kariernya sebagai seorang pendidik, diawali dengan menjadi guru di sekolah Adhi Darmo yang didirikan kakaknya Raden Mas Soerjopranoto.
Setelah satu tahun Soewardi menjadi guru, munculah ide gagasannya untuk mendirikan sekolah sendiri. Akhirnya, pada 3 Juli 1922, Soewardi memutuskan untuk mendirikan sekolah baru yang Ia beri nama National Onderwijs Instituut Tamansiswa”.
Sekolah yang didirikannya tersebut, merupakan bentuk protesnya terhadap sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, filosofi dan seluruh aktivitas di Tamansiswa dilandasi oleh kebudayaan bangsa Indonesia, agar anak-anak Inlander dapat menjadi seorang intelektual yang berbudi pekerti serta mencintai tanah airnya.
Pada 1932, pemerintah Belanda menyita semua barang-barang yang ada di Tamansiswa, karena Tamansiswa tidak membayar pajak pada pemerintah Belanda. Barang-barang yang disita tersebut kemudian dilelang ke bangsawan-bangsawan hingga membuat hati Soewardi merasa sangat marah sekaligus sedih.
Namun, di luar dugaannya ternyata bangsawan-bangsawan tersebut memberikan barang-barang yang telah dilelang tersebut untuk Tamansiswa kembali. Setelah pendirian Tamansiswa tersebut, Soewardi mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara pada 23 Februari 1928.
Selama berjalannya waktu, Tamansiswa semakin berkembang. Ki Hadjar Dewantara pun dikenal dengan pelopor pendidikan Indonesia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/priangan/foto/bank/originals/Ki-Hajar-Dewantara_2.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.