Mengenang Tati Saleh, Seniman yang Melegenda dari Zaman Presiden Soekarno

Di zamannya dulu, era 1970-an  hingga 1980-an, Tati Saleh merupakan seniman besar. Terkenal sebagai juru kawih, juru tembang, penari jaipong hingga

Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com/andri m dhani
Makam seniman Tati Saleh di Kabupaten Ciamis 

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Nama Tati Saleh tentu melegenda di kalangan seniman di Jawa Barat, bahkan nasional.

Di zamannya dulu, era 1970-an  hingga 1980-an, Tati Saleh merupakan seniman besar. Terkenal sebagai juru kawih, juru tembang, penari jaipong hingga pemain film.

Tati Saleh adalah maestro jaipong seangkatan Gugum Gumbira, Nano S maupun  Atik  Sopandi.  Seangkatan pula dengan artis terkenal tempo doeloe Hj Rahayu Effendi. Bahkan Tati Saleh masih bersaudara dengan ibu kandung mantan Wagub Jabar, H Dede Yusuf Macan Effendi dan sama-sama berasal dari Jatinegara Ciamis.

Sejumlah album kaset Tati Saleh yang terkenal di antaranya “Hariringkuring”, “Cikapundung” hingga “Es Lilin”.  Lagu-lagu Sunda yang masih “hit” sampai sekarang.

Bersama Gugum Gumbira dan Euis Komariah, Tati Saleh  telah mempopulerkan seni jaipong. Beberapa seni ibing jaipongnya yang terkenal di antaranya “Mega Sutra “,  “Lindeuk Japati” hingga “Rineka Sari”.

Meski lahir di Jakarta tanggal 14 Juli 1944, tua seniman besar Tatar Pasundan ini bernama asli Rd Tati Hadidjah Saleh tersebut  berasal dari Ciamis. Kedua orangtuanya  tinggal di Lingkungan Janggala Ciamis.

 Ayahandanya  Tati Saleh, yakni R Abdullah Saleh adalah seorang seniman dan bekerja di Jawatan Kebudayaan di Ciamis. Sementara ibundanya, Tjarwita Djuariah juga seorang seniman, pengajar seni tari dan tembang.

Mungkin lantaran darah seni kental mengalir di tubuhnya, pada umur 5 tahun Tati Saleh sudah bisa melantunkan tembang Sunda dan jadi bintang panggung  tembang Cianjuran.

Saat SD dan SMP, Tati Saleh bersekolah di Ciamis.  Ketika masih duduk di SMP , Tati Saleh didaulat membawakan kidung  saat menyambut kunjungan Presiden Pakistan, Ayub Khan yang berkunjung ke Bandung tahun 1959.

Guna mengasah bakat seninya, kemudian Tati Saleh melanjutkan sekolahnya ke  Konservatory Karawitan (Kokar) di Bandung.      

Dari beberapa literatur diketahui, sebagai penyanyi Tati Saleh punya karakter suara yang unik sampai 4,5 oktaf.  Tahun 1960, zaman Presiden Soekarno, Tati Saleh sudah menjadi penari istana demikian juga dengan Hj Rahayu Effendi.

Sang maestro jaipong yang telah membawa harum nama Ciamis sampai ke tingkat nasional dan internasional tersebut sudah tiada. Tati Saleh berpulang keharibaan-Nya, saat dirawat di RS Immanuel  Bandung, Kamis (9 Februari 2006) pukul  15.30 sore, 17 tahun lalu. Almarhumah meninggal setelah mengalami  komplikasi penyakit lambung, vertigo, dan diabetes.

Jenazah Tati Saleh dimakamkan di tanah leluhurnya di Ciamis.  Srikandi jaipong tersebut dikuburkan di pemakaman keluarga di TPU Warung Asem I di Blok Warung Asem RT 01/04 Lingkungan Kota Kulon Ciamis arah belakang Kampus SMPN 5 Jalan Sudirman Ciamis . Berada di pelosok gang tak jauh dari sisi Sungai Cileueur.

Makam Tati Saleh tidak jauh beda dengan makam-makam yang ada di komplek pamakaman keluarga Blok Asem tersebut. Nyaris tidak pembeda. Tentu sangat berbeda dengan kondisi makam Almarhumah Nike Ardilla yang berada di komplek pemakam keluarga kawasan TPU Cidudu Imbanagara. Makam pelantun “Bintang Kehidupan” tersebut ada cungkupnya, cukup terawat karena ada penjaganya.

Dibandingkan dengan dua tahun lalu, kondisi makam Tati Saleh di Blok Warung Asem tersebut jauh terawat. Tak banyak rumput liar yang tumbuh.

“Memang tidak banyak yang ziarah ke sini (maksudnya makam Tati Saleh). Tidak tiap bulan, paling juga sekitar 3 bulan baru ada yang ziarah. Itu pun tidak banyak,” ujar Acih (40), warga setempat yang rumahnya berada persis dekat gerbang masuk komplek pemakaman Warung Asem I tersebut kepada Tribun Jumat (10/2/2023).

Bertepatan dengan 17 tahun meninggalnya Tati Saleh, Kamis (9/2) menurut Acih ada dua rombongan yang datang ziarah ke makam sang maestro jaipong tersebut.

“Rombongan pertama  kemarin (Kamis, 9/2)  siang hari ada 5 orang. Sorenya 2 orang. Tidak tahu apakah itu keluarga atau penggemar. Kalau tidak ada yang ziarah,” katanya.

Dadi Apang, warga setempat yang juga seniman Ciamis mengakui bahwa makam Tati Saleh, meski namanya sangat terkenal terutama di kalangan seniman Sunda, namun jarang yang berziarah ke makam Tati Saleh yang ada di Warung Asem tersebut.

“Jangankan dari kalangan milenial. Dari kalangan seniman yang ada di Ciamis saja jarang yang ziarah ke sini,” ujar Dadi Apang, yang juga penggemar berat Iwan Fals yang pernah menjadi Ketua Badan Pengurus Kota (BPK) “Oi” Ciamis tersebut.

Usai menunaikan salat Jumat di Masjid Al Ikhlas Tonjong Warung Asem Ciamis, Jumat (10/2/2023) siang Dadi Apang menyempatkan diri ziarah ke makam Tati Saleh.

“Alhamdulillah, makam-makam di sini sekarang sudah lebih terawat, termasuk makam Hj Tati Saleh. Sudah ada kuncennya,” katanya.

Setelang Mang Eno meninggal menurut Dadi Apang, kini Andi yang menjadi kuncen Komplek Pemakaman Warung Asem I Blok Warung Asem Lingkungan Kota Kulon Kelurahan Ciamis tersebut.(*)

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved