Tahun Baru Imlek
Apa Perbedaan Antara Perayaan Imlek dan Cap Go Meh? Berikut Penjelasannya
Berikut ini dia beberapa perbedaan yang mendasar antara Perayaan Imlek dan Cap Go Meh
Penulis: Riswan Ramadhan Hidayat | Editor: Gelar Aldi Sugiara
TRIBUNPRIANGAN.COM – Tribuners, perayaan Tahun Baru Imlek 2023 yang jatuh pada hari Minggu 22 Januari kemarin menjadi perayaan berkesan untuk warga Tionghoa.
Hal itu karena kebijakan PPKM sudah dicabut pemerintah, sehingga ibadah pun akan terlaksana dengan lancar.
Warga keturunan Tionghoa merayakan Imlek selama 15 hari, kemudian ditutup dengan Cap Go Meh.
Baca juga: Gemilang Camp Garden Tawarkan Glamping Nuansa Alam di Bandung, Pengunjung Meningkat saat Libur Imlek
Baik Imlek maupun Cap Go Meh merupakan hari penting bagi warga keturunan Tionghoa yang dirayakan setiap tahunnya.
Lantas, apa sebetulnya perbedaan anatara Imlek dan Cap Go Meh?
Berikut beberapa perbedaan antara Imlek dan Cap Go Meh yang sudah kami lansir dari Kompas.com.
Baca juga: Mengapa Cap Go Meh Identik dengan Festival Lampion atau Lentera Cina? Berikut Penjelasannya
1. Waktu
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Glenn Wijaya menjelaskan, Imlek merupakan rangkaian perayaan tahun baru Cina.
Sedangkan Cap Go Meh merupakan akhir dari rangkaian perayaan Imlek, yakni pada hari ke-15 bulan pertama kalender Lunar.
“Imlek adalah rangkaian perayaan tahun baru, tetapi Cap Go Meh merupakan bagian dari Imlek itu sendiri.
Baca juga: Begini Meriahnya Perayaan Imlek Se-Priangan Timur di Tasikmalaya
Sebab, Cap Go Meh menandakan akhir dari rangkaian perayaan, yakni hari ke-15,” terangnya seperti dikutip dari Kompas.com.
Melansir dari China Highlights, Cap Go Meh selalu berada pada rentang tanggal 4 Februari hingga 6 Maret kalender masehi.
Tahun ini, Cap Go Meh akan dirayakan pada 5 Februari 2023.
Baca juga: Kapan Perayaan Cap Go Meh 2023 Digelar? Berikut Penjelasannya
2. Makna
Secara harfiah, Imlek dan Cap Go Meh memiliki makna yang berbeda.
Glenn menuturkan Imlek bermakna kalender bulan atau kalender lunar.
Sedangkan Cap Go Meh berarti malam ke-15.
“Makna Imlek secara harfiah adalah kalender bulan atau kalender lunar. Kalau Cap Go Meh, makna harfiahnya adalah malam ke-15,” terangnya.
Baca juga: Napi di Jabar tak Ada yang Dapat Remisi Tahun Baru Imlek 2023, Ini Alasannya
Kata Imlek berasal dari kata im yang berarti bulan dan lek bermakna penanggalan.
Jadi, Imlek merujuk pada penanggalan bulan atau kalender lunar.
Kata cap artinya sepuluh, go berarti lima, dan meh maknanya malam.
Jadi, Cap Go Meh berarti malam ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.
Baca juga: Perayaan Imlek Belum Puncaknya, Umat Konghucu Tasikmalaya: Masih Ada Cap Go Meh
3. Sejarah
Bahkan menurut sejarah, perayaan Imlek sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Perayaan ini bermula ketika warga keturunan Tionghoa kuno berkumpul untuk merayakan masa akhir panen.
Walau awal mulanya Imlek hanya dirayakan oleh warga keturunan Tionghoa di Cina, namun lambat laun tradisi ini dirayakan di berbagai negara.
Menurut cerita rakyat kuno, ada binatang mengerikan yang selalu menakuti penduduk desa ketika Imlek, bernama nian.
Baca juga: Kampung Sampireun, Wisata Garut Instagramable yang Cocok Dikunjungi saat Libur Imlek
Binatang ini dipercaya memiliki kepala seperti singa dengan tanduk tajam yang digunakan untuk menyerang mangsa.
Makhluk mitologi ini keluar pada hari terakhir kalender lunar, pada tengah malam untuk memangsa penduduk desa, terutama anak-anak.
Pada suatu hari, seorang lelaki tua dengan rambut perak datang dan berjanji akan mengusir nian selamanya.
Saat malam tiba, ia mengenakan pakaian merah, menyalakan lilin, dan petasan untuk menakuti nian.
Baca juga: Berikut 8 Tampilan Para Artis Tanah Air Dalam Merayakan Tahun Baru Imlek 2023
Kemudian, warga keturunan Tionghoa mengikuti cara lelaki tua itu mengusir nian setiap malam Imlek.
Tradisi Cap Go Meh diyakini berasal dari warga keturunan Tionghoa di daratan Cina Selatan.
Mereka meyakini pada hari ke-15 bulan pertama kalender lunar, para dewa keluar dari surga untuk membagikan keselamatan, kesejahteraan, dan nasib baik.
Oleh sebab itu, warga keturunan Tionghoa tersebut merayakannya dengan menyalakan lampion, menggelar pertunjukkan barongsai dan liong, serta menyajikan makanan-makanan khas seperti lontong Cap Go Meh.
Baca juga: Perayaan Imlek Belum Puncaknya, Umat Konghucu Tasikmalaya: Masih Ada Cap Go Meh
4. Tradisi perayaan
Seperti disampaikan sebelumnya, Cap Go Meh merupakan puncak perayaan rangkaian Tahun Baru Imlek.
Melansir dari China Highlights, puncak perayaan Tahun Baru Imlek tersebut, ditandai dengan festival lampion, atau dikenal dengan nama Yuan Xiao Jie.
Lampion melambangkan bahwa warga Tionghoa telah melepaskan tahun lalu dan menyambut tahun baru dengan keberuntungan.
Menurut Sekretariat Badan Pengurus Perkumpulan Boen Tek Bio, Tedy Santibalo menjelaskan, lampion adalah simbol dari harapan warga Tionghoa pada tahun baru.
Baik dari sisi kesehatan, rezeki, kesuksesan, dan aspek kehidupan lainnya yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Begini Meriahnya Perayaan Imlek Se-Priangan Timur di Tasikmalaya
“Tahun baru, harapan baru. Mengharapkan kemakmuran, rezeki , kesuksesan, kesehatan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Harapan tersebut disimbolkan dengan penerangan kehidupan kita, dengan lampion sebagai penerangan kehidupan,” jelasnya.
Sementara itu, warna merah pada lampion melambangkan kemakmuran, kesatuan, dan rezeki.
“Masyarakat Tionghoa percaya bahwa lampion memberi jalan dan menerangi rezeki bagi penggunanya,” imbuhnya.
Festival lampion itu turut dimeriahkan dengan penampilan barongsai dan liong.
Warga keturunan Tionghoa juga menyajikan aneka hidangan khas Imlek seperti kue keranjang, jeruk mandarin, pangsit, dan lainnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.