Budayawan Tasikmalaya: Interaksi Sunda dan Tionghoa Sudah Lama Terjalin di Priangan Timur
Budayawan Tasikmalaya: Interaksi Sunda dan Tionghoa Sudah Lama Terjalin di Priangan Timur
Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Gelar Aldi Sugiara
Laporan Jurnalis TribunPriangan.com, Aldi M. Perdana
TRIBUNPRIANGAN.COM, KABUPATEN TASIKMALAYA - Budayawan Tasikmalaya, Acep Zamzam Noor mengemukakan, bahwa interaksi kebudayaan Sunda dan Tionghoa di wilayah Priangan Timur sudah lama terjalin.
Interaksi itu sempat terhenti yang ditandai oleh langkanya pertunjukan barongsai di jalanan raya Tasikmalaya saat Imlek.
Tak hanya itu, dalam beberapa tahun lalu juga ada demonstrasi yang menolak perayaan Tahun Baru Imlek, yang sempat marak di mal-mal wilayah Tasikmalaya.
Baca juga: Umat Konghucu Tasikmalaya Gelar Sembahyang Jing Tian Gong, Salah Satu Rangkaian Imlek 2574
“Di era Gus Dur, (interaksi kebudayaan Sunda dan Tionghoa di Priangan Timur) sudah dibuka meski ada gangguan-gangguan lagi,” kata Acep Zamzam Noor kepada TribunPriangan.com belum lama ini.
Acep juga menilai bahwa interaksi kebudayaan Sunda dan Tionghoa ini dimulai dari Paroki (KBBI: kawasan penggembalaan umat Katolik yang dikepalai oleh pastor atau imam) Ciamis yang menjalin kerja sama dengan para seniman.
“Tahun kemarin, 2022, ada (acara) Bancakan Kaheman yang mendatangkan dari berbagai agama untuk duduk bersama,” terangnya.
Baca juga: Berikut 8 Tampilan Para Artis Tanah Air Dalam Merayakan Tahun Baru Imlek 2023
Bancakan Kaheman adalah acara yang digelar di Kabupaten Ciamis dengan konsep satu kampung, empat rumah ibadah.
Acep berharap kerukunan tersebut menjadi lebih baik meski faktanya, dia juga menilai gangguan-gangguan terhadap upaya kerukunan ini tetap ada.
“Di Tasikmalaya dan Ciamis, sebetulnya kita belum merasakan (perkembangan interaksi Kebudayaan Sunda dan Tionghoa). Hanya saja, beberapa tahun terakhir ada komunikasi antar-umat Tionghoa yang diwakili gereja Katolik dengan beberapa seniman (di Priangan Timur) sehingga kami bisa berkolaborasi,” jelasnya.
Baca juga: Gemilang Camp Garden Tawarkan Glamping Nuansa Alam di Bandung, Pengunjung Meningkat saat Libur Imlek
Menurut Acep, di Priangan Timur terdapat banyak orang Tionghoa yang beragama katolik, sehingga Tahun Baru Imlek 2574 kemarin itu tidak hanya dirayakan oleh umat Konghucu, melainkan juga oleh unat Katolik.
“Ini bagus, sebagai awal dari dialog kebudayaan yang menggembirakan, dan saya juga sengaja datang ke perayaan tersebut,” pungkas Acep. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.