Banjir di Sumedang
Kisah Korban Banjir Bandang Sawahdadap Sumedang, Sempat Mau Selamatkan Anaknya
Lantunan selawat dari mulut ibu-ibu itu terdengar lirih dan menyayat hati. Padahal doa memohon kasih sayang Allah itu diucapkan tengah hari.
Laporan Kontributor TribunPriangan.com, Kiki Andriana dari Sumedang
TRIBUNPRIANGAN.COM, SUMEDANG - Lantunan selawat dari mulut ibu-ibu itu terdengar lirih dan menyayat hati.
Mereka berselawat di depan sebuah rumah di pinggir Sungai Cisurupan, di Dusun Cisurupan, Desa Sawahdadap, Cimanggung, Sumedang, yang kemarin petang, Sabtu (17/12/2022) airnya mengamuk merusak perkampungan.
Di rumah itu, jasad Dini (40) dan anaknya Syifa (15) dipulasara. Dari kejauhan, sebagian orang tampak sibuk memandikan jenazah di balik tirai penutup. Sebagian lain menenangkan anggota keluarga korban.
Baca juga: Jelang Laga Persib Bandung vs Persis Solo Sore Ini, Berikut Head to Head Kedua Pelatih
Dini dan Syifa ibu dan anak itu menjadi korban. Keduanya dilaporkan hilang sejak petang kemarin. Tadi pagi, Minggu (18/12/2022), Tim SAR Gabungan menemukan jasad keduanya.
Setelah dibawa ke Puskesmas Sawahdadap untuk diidentifikasi. Kedua jasad yang ditemukan itu dibawa ke rumah duka untuk dipulasara dan dimakamkan di sebuah TPU di Desa Mangunarga.
Dikdik Jaenudin (30), adik Dini mengatakan bahwa di dalam rumah yang ditinggali dini ada 9 orang, dan ketika banjir datang, semua bergegas meninggalkan rumah.
Baca juga: Jelang Laga Persib Bandung vs Persis Solo Sore Ini, Berikut Duel Statistik Dedi Kusnandar dan Alexis
"Teh Dini masuk dulu ke rumah untuk memberitahu anaknya di dalam kamar untuk sama-sama pergi. Tak lama masuk ke rumah, ke luar lagi lumpur sudah di halaman," kata Dikdik di rumah duka.
Dari rumah itu untuk mencapai jalan selamat perlu menyebrangi jembatan yang di bawahnya sungai Cisurupan sudah mengamuk.
"Mungkin ya, begitu lewat jembatan terdorong material pepohonan, akhirnya kaka saya dan keponakan saya itu jatuh ke dalam arus," katanya.
Baca juga: Sebut Safari Politik Anies Baswedan Tidak Etis, Relawan KITA Protes ke Bawaslu
Dini merupakan perempuan baik dalam pengakuan Dikdik. Selain sebagai perempuan yang bekerja untuk membantu kelangsungan hidup keluarga, Dini masih mengurusi ayahnya.
"Orang tua kami tinggal ayah. Ayah diurus sama Teh Dini," katanya seraya menyebut anak Dini ada dua, yang bungsu masih usia kelas 3 SD.