Kuliner Ciamis
Gurame Sambal Honje Khas Ciamis yang Wajib Anda Nikmati
Olahan Ikan Gurame yang Disajikan dengan Sambal honje khas dari Ciamis
Penulis: Luun Aulia Lisaholith | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
TRIBUNPRIANGAN.COM, CIAMIS - Ciamis dikenal dengan hasil gurami yang melimpah.
Ikan gurami yang diolah dengan cara dibakar atau digoreng pasti sudah biasa.
Tapi, kalau ditambah dengan sambal honje, dijamin jadi luar biasa, Segar dan sedap, cuma ada di Ciamis.
Salah satu bukti yang dilansir dari Kompas.com bisa ditemukan di Warung Makan Bakar Ikan Hj Imi yang berada persis tak jauh dari Stadion Galuh, sekitar 3 kilometer dari pusat kota tepat di kawasan Cigembor, Jl. Pelita Graha No.16, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Di warung makan yang sudah berdiri sejak tahun 1980-an itu, gurami tak hanya disajikan dengan cara dibakar, tapi juga disuguhkan dalam olahan lain berupa gurami goreng, sop gurami, gurami asam manis, dan gurami acar kuning.
Gurami Ciamis umumnya dibudidayakan di kolam dengan air yang mengalir. Kolam-kolam ikan tersebut dikenal dengan nama balong.
Selain diambil dari balong, ikan gurami di warung Hj Imi juga dipasok dari sejumlah pemasok langganan.
Baca juga: Kedai Kopi Biji,Tempat Nongkrong Hits dan Elegan di Ciamis
Baca juga: Bupati Ciamis Targetkan Kontingen Porprov Masuk Peringkat 10 Besar
Gurami bakar andalan warung Hj Imi menjadi menu istimewa karena disajikan dengan sambal honje (kecombrang) yang bercita rasa eksotis.
Konon sambal honje ini merupakan ciri khas warung Hj Imi yang tak dimiliki warung lain dan sudah ada sejak pertama kali warung dibuka yang berbahan sederhana, terdiri dari bawang merah, kencur, jahe, dan honje gerus yang sebelumnya sudah dibakar di dalam abu panas.
”Semuanya dibuat ngadadak (mendadak) untuk menjamin ikan yang disajikan tetap segar sebelum disantap,” kata Nuryani (52), anak keenam Hj Imi yang kini mengelola warung Hj Imi, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, proses pembakaran yang dilakukan di dalama lebu panas menghasilkan aroma yang lebih kuat sehingga makin sedap.
Istilah lebu panas di tanah Priangan sendiri , sering dikenal dengan abu panas yakni proses pembakaran bumbu dengan menggunakan abu atau tungku yang sudah lebih dulu dipanasklan.
”Honje yang dipakai yang warnanya putih atau merah muda. Bukan yang warnanya merah tua seperti yang biasa dipakai untuk rujak karena suka luntur. Tapi kalau soal rasa, sih, sama,” tuturnya Nuryani.
Bahan-bahan tersebut kemudian ditambah dengan air mentimun sehingga terasa semakin segar.
Baca juga: KPU Ciamis Temukan Data Ganda Saat Verifikasi Faktual Partai Gelora
Bukan sekedar diulek bersama cabai, tapi disajikan dalam bentuk kuah sebagai pelengkap gurami bakar ataupun gurami goreng.
Perpaduan rasa asam serta segar sangat cocok untuk menetralkan ”rasa ikan” di mulut, dan membuat selera makan membubung tinggi.
Tak hanya sambal honje, rumah makan ini juga menyediakan sambal kecap cabai rawit, sambal kacang, dan sambal terasi sebagai variasi yang disajikan dengan lalapan daun singkong, daun pepaya rebus, mentimun, dan surawung (daun kemangi) segar yang juga jadi favorit pengunjung.
Ada pilihan lain jika pengunjung ingin menambah jenis makanan diatas mejanya, menu tambahan yang dimaksud yakni tumis kangkung, genjer, dan karedok khas Sunda, dijamin tangan tak berhenti menyendok nasi hingga lapar terlampiaskan.
Di tangan Nuryani, warung makan Hj Imi memang tak banyak berubah baik dari sisi menu maupun rasa, semuanya tetap dipertahankan otentisitasnya sesuai pesan Alm.Hj Imi.
"Kami usahakan agar mempertahankan rasa khas supaya tetap sama seperti dulu,” katanya. Bahkan, saat harga-harga melambung tinggi, Nuryani berusaha menepati janjinya untuk tetap mempertahankan rasa.
Baca juga: Iga Bakar Si Jangkung, Kuliner Legendaris di Bandung yang Wajib Dicoba
”Jangan sampai ada bumbu yang dikurangi agar pelanggan tak kecewa,” ucap Nuryani yang hingga kini masih terus terlibat di dapur untuk menjaga kualitas rasa.
Kepopuleran warung Hj Imi lahir lewat promosi dari mulut ke mulut, salah satunya dari cita rasa yang juara dengan cara masak yang masih tradisional, meski terkadang persaingan makin ketat, Nuryani justru tak pernah ngotot untuk dirpromosikan.
Baca juga: Inilah Resep Tutug Oncom Khas Tasikmalaya yang Wajib Kamu Coba
Selain kecombrang yang dibakar di dalam abu panas, cara memasak di warung Hj Imi pun hingga kini masih menggunakan hawu (tungku tanah) dengan kayu bakar.
”Istilahnya hawu asuro alias diasur-asur ka jero (memasuk-masukkan kayu ke dalam tungku). Kalau pakai gas rasanya beda. Ini juga salah satu hal yang kami pertahankan sebagaimana pesan Ibu agar masakan terasa lebih sedap,” Tambahnya.
Mempekerjakan sepuluh karyawan di warung tersebut, salah satunya Ma Eda (65) kariyawan tertua yang tiap hari bertugas membuat bumbu dan sambal di warung Hj Imi. Selain Ma Eda, .
Jika sadayana belum puas dengan gurami bakar dan goreng, cobalah sop gurami yang disajikan dengan bumbu khas kampung.
Orang Ciamis biasa menyebutnya sop gunung, yang dimasak dengan kemangi, seledri, tomat, bawang putih, juga kencur dan jahe untuk menghilangkan bau amis. Rasanya? dijamin Raos pisan euy.