Putu Ayu Reza di Pangandaran, Suara Peluit Uap dari Cetakan Bambu Menyapa Warga Pesisir Setiap Sore

Di Pangandaran, suara ini bukan sekadar pertanda sore melainkan bagian dari kenangan yang terus hidup. 

Penulis: Padna | Editor: Dedy Herdiana
Tribunpriangan.com/Padna
PENJUAL KUE PUTU -  Reza (51) seorang pria asal Brebes sudah sejak 1999 menjadi penjual kue putu ayu keliling di kawasan pesisir Pangandaran selatan Jawa Barat, Senin (8/9/2025) sore. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Pangandaran, Padna

TRIBUNPRIANGAN.COM, PANGANDARAN - Suara khas menyerupai peluit yang menggema dari kejauhan seringkali membangkitkan rasa penasaran. 

Bukan suara kereta api atau tiupan peluit biasa, melainkan suara uap panas yang mendesak keluar dari lubang cetakan bambu yang menjadi cetakan kue tradisional.

Bunyi yang seperti peluit itu seakan menjadi pertanda hadirnya jajanan tradisional yang telah melegenda yaitu kue putu ayu.

Di Pangandaran, suara ini bukan sekadar pertanda sore melainkan bagian dari kenangan yang terus hidup. 

Baca juga: Catat! Bupati Pangandaran Komitmen Bayar Siltap dan ADD Tiap Tanggal Ini, Berikut Ketentuannya

Reza (51) seorang pria asal Brebes sudah sejak 1999 menjadi penjual kue putu ayu keliling di kawasan pesisir Pangandaran selatan Jawa Barat.

Dengan mengandalkan sepeda motor yang sudah dimodifikasi menjadi dapur berjalan, Reza menelusuri kampung demi kampung dengan alat masak bambunya yang unik. 

Di dalam bambu itulah, uap panas mendesis dan membentuk suara khas yang menjadi panggilan bagi para pencinta kue putu.

"Saya sudah puluhan tahun di Pangandaran dan berjualan putu ayu," ujar Reza kepada Tribun Jabar di sela-sela berjualan pada Senin (8/92025) sore.

Lebih dari sekadar penjual, Reza juga menyematkan filosofi jenaka sekaligus penuh makna pada dagangannya. Ia menyebut putu ayu singkatan dari pencari uang tenaga uap.

"Suara ini akan terus diingat warga. Karena hanya putu ayu yang punya suara seperti peluit dari uap saat dimasak dalam bambu," katanya sambil senyum kecil.

Dengan harga hanya Rp 1.000 per buah, putu ayu buatan Reza menjadi primadona jajanan sore yang dinanti-nanti. 

Rasa manis dari gula merah yang meleleh di tengah balutan tepung beras dan kelapa parut, disajikan hangat, menjadi nostalgia yang bisa disantap kapan saja.

Suara peluit uap yang mengiringi kehadiran Reza sudah menjadi alarm khas bagi warga sekitar Pangandaran.

"Jadi, kalau terdengar suara peluit dari kejauhan, kami langsung tahu itu pasti penjual putu ayu," ucap Emih (33) seorang warga dari Wonoharjo Kecamatan Pangandaran.

Aan mengaku, sudah cukup lama menjadi pelanggan setia. Selain rasanya yang nikmat, harganya pun cukup murah."Saya suka kue putu ayu. Harganya cuma seribu rupiah, enak," ujarnya.

 

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved