Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 7 November 2025/ 16 Jumadil Ula: Rasa Malu Patokan Kerusakan Iman

Naskah Khutbah Jumat 7 November 2025/ 16 Jumadil Ula: Rasa Malu Patokan Kerusakan Iman

Dokumentasi Tribun Kaltim
KHUTBAH JUMAT TERBARU - Naskah Khutbah Jumat 7 November 2025/ 16 Jumadil Ula: Rasa Malu Patokan Kerusakan Iman. Ilustrasi sholat jumat berjamaah 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam kesempatan yang mulia ini khatib berwasiat kepada hadirin sekalian terutama untuk diri khatib pribadi agar kita sama-sama menjaga ketakwaan kita kepada Allah Ta'ala dengan istiqamah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Karena takwa merupakan bekal terbaik untuk menghadap kepada Allah kelak di hari kiamat. Allah Ta'ala berfirman:

 وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: "Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat," (QS Al-Baqarah. Ayat 197).

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 7 November 2025: Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Perlu diingat bahwa takwa adalah prinsip kehidupan bagi setiap orang mukmin yang akan menuntunnya mendapat kebahagiaan sejati di sisi Allah Ta'ala. Dan perlu diketahui, takwa bukan hanya tentang menjalan perintah Allah saja, melainkan juga menjauhi segala bentuk larangan-larangan-Nya. Dan menjauhi larangan inilah yang akan menjadi ujian untuk melawan hawa nafsu. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menyatakan:

اعْلَمْ أنَّ لِلدِّيْنِ شَطْرَيْنِ، أحَدَهُمَا: تَرْكُ المَنَاهِي، والآخَرُ: فِعْلُ الطَاعَاتِ.. وتَرْكُ المَنَاهِي هُوَ الأَشَدُّ؛ فَإِنَّ الطَّاعَاتِ يَقْدِرُ عَلَيْهَا كُلُّ وَاحِدِِ، وتَرْكُ الشَّهَوَاتِ لاَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلاَّ الصِّدِّيْقُوْنَ

Artinya, “Ketahuilah bahwa agama memiliki dua unsur penting: yang pertama adalah meninggalkan segala bentuk larangan, dan yang kedua adalah menjalankan ketaatan. Dan meninggalkan larangan adalah yang paling berat. Sebab, menjalankan perintah mampu dilakukan oleh siapa saja, tetapi meninggalkan syahwat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mencari ridha Allah.”  

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Malu adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jika seseorang tidak memiliki rasa malu, maka mereka dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan, tanpa memikirkan konsekuensi atau dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain. Perubahan nilai dan norma sosial, pengaruh media sosial, dan tekanan untuk menjadi "sempurna" di mata publik dapat menjadi faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya rasa malu di kalangan masyarakat.

Banyak orang yang lebih memprioritaskan popularitas dan pengakuan daripada menjaga kesucian dan wibawa diri. Bahkan, berkurangnya rasa malu ini bisa menyebabkan orang berani memamerkan kemaksiatan dan kejahatan.

Oleh karena hal tersebut penting sekali bagi seorang mukmin memiliki sifat malu. Karena dengan sifat malu tersebut ia dapat mengendalikan dan mengelola pribadinya agar tidak terjerumus dalam hawa nafsu yang mendorong pada kemaksiatan atau hal-hal buruk lainnya. Dalam Islam malu dinilai sebagian dari bentuk keimanan. Sebagaimana sabda Baginda nabi Muhammad SAW:

Baca juga: Kumpulan Khutbah Jumat Jumadil Ula Bertemakan Akhlak dan Pengurusan Harta

Artinya: "Iman itu memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari iman." (Muattafaq alaih) Dalam kesempatan lain beliau nabi juga bersabda:

 الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيمَانِ، وَالْإِيمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْجَفَاءِ، وَالْجَفَاءُ فِي النَّارِ

Artinya: "Malu adalah bagian dari iman, dan iman tempatnya di surga. Sedangkan perbuatan keji (tidak tahu malu) adalah bagian dari keras kepala (kasar), dan keras kepala (tidak mau menerima dan tidak peduli akan kebenaran) tempatnya di neraka." (HR Ibnu Majah).

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved