2 Pelangi Busur Terbentuk Sore Hari Ini di Cianjur, Pertanda Apa? Ini Mitologinya

Pelangi atau bianglala hiasi langit Cianjur sore hari ini. Tidak hanya satu tapi ada dua pelangi yang dibentuk gerimis

|
Editor: ferri amiril
tribunpriangan.com
PELANGI - Pelangi atau bianglala hiasi langit Cianjur sore hari ini. Tidak hanya satu tapi ada dua pelangi yang dibentuk gerimis 

TRIBUNPRIANGAN.COM, CIANJUR - Pelangi atau bianglala hiasi langit Cianjur sore hari ini. Tidak hanya satu tapi ada dua pelangi yang dibentuk gerimis dan sinar matahari di sore hari ini. Pelangi terlihat jelas di langit wilayah Cianjur Kota dan Karangtengah, Sabtu (25/10/2025).

Turunnya gerimis dan masih bersinarnya matahari membentuk pelangi busur sempurna.

Pelangi adalah fenomena meteorologi yang disebabkan oleh pantulan, pembiasan, dan difraksi (lenturan) cahaya dalam tetesan air yang menghasilkan spektrum cahaya yang muncul di langit. Pelangi biasanya berbentuk busur melingkar yang berwarna-warni. Pelangi yang disebabkan oleh sinar matahari selalu muncul di bagian langit yang berhadapan langsung dengan matahari.

Pelangi bisa berbentuk lingkaran penuh. Namun, pengamat biasanya hanya melihat busur yang dibentuk oleh tetesan cahaya di atas tanah, dan berpusat pada garis dari matahari ke mata pengamat.

Dalam pelangi primer, busur menunjukkan warna merah di bagian luar dan ungu di bagian dalam. Pelangi ini disebabkan oleh cahaya yang dibiaskan saat memasuki tetesan air. Kemudian dipantulkan ke dalam di bagian belakang tetesan dan dibiaskan kembali saat keluar.

pelangingingininig
PELANGI - Pelangi atau bianglala hiasi langit Cianjur sore hari ini. Tidak hanya satu tapi ada dua pelangi yang dibentuk gerimis

Dalam pelangi ganda, busur kedua terlihat di luar busur primer dan urutan warnanya terbalik, dengan warna merah di sisi dalam busur. Ini disebabkan oleh cahaya yang dipantulkan dua kali di bagian dalam tetesan sebelum meninggalkannya.

Pelangi tidak terletak pada jarak tertentu dari pengamat, tetapi berasal dari ilusi optik yang disebabkan oleh tetesan air yang dilihat dari sudut tertentu relatif terhadap sumber cahaya. Jadi, pelangi bukanlah sebuah objek dan tidak dapat didekati secara fisik. Memang, tidak mungkin bagi pengamat untuk melihat pelangi dari tetesan air pada sudut manapun selain yang biasa yaitu 42 derajat dari arah yang berlawanan dengan sumber cahaya. Bahkan jika seorang pengamat melihat pengamat lain yang tampak "di bawah" atau "di ujung" pelangi, pengamat kedua akan melihat pelangi yang berbeda — lebih jauh — pada sudut yang sama seperti yang terlihat oleh pengamat pertama.

Pelangi memiliki spektrum warna yang berkelanjutan. Pita berbeda apa pun yang terlihat merupakan artefak penglihatan warna manusia, dan tidak ada pita jenis apa pun yang terlihat dalam foto hitam-putih pelangi, hanya gradasi halus intensitas hingga maksimum, lalu memudar ke sisi lain. Untuk warna yang dilihat oleh mata manusia, urutan yang paling sering dikutip dan diingat adalah tujuh warna yang disebutkan Isaac Newton: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu, diingat dengan jembatan keledai mejikuhibiniun.

Pelangi bisa disebabkan oleh berbagai bentuk air di udara. Ini termasuk tidak hanya hujan, tetapi juga kabut, semprotan, dan embun di udara.

Mitos Adanya Pelangi

Arti pelangi dalam mitos Jawa memiliki makna yang mendalam dan kaya akan simbolisme. Dalam mitologi Jawa, pelangi dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan alam manusia dengan alam dewa.

Sebagai simbol persatuan antara dua dunia ini, pelangi dianggap sebagai jalan spiritual yang harus dilalui untuk mencapai kebahagiaan dan kebenaran.

Dalam mitos Jawa, pelangi juga dianggap sebagai lambang keindahan dan harapan sehingga dikaitkan dengan pesan moral mengenai kebaikan dan kejujuran.

Arti pelangi dalam mitos Jawa dihubungkan dengan kepercayaan tentang keajaiban alam dan kekuatan spiritual. Pelangi dianggap sebagai manifestasi dari kehadiran para dewa yang memberkati atau memberikan pertanda baik kepada manusia.

Dalam beberapa cerita rakyat Jawa, pelangi bahkan dianggap sebagai petunjuk atau tanda dari para leluhur yang bersedia membimbing dan melindungi manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan begitu, arti pelangi dalam mitos Jawa tidak hanya mencakup simbolisme spiritual dan kepercayaan akan keajaiban alam, tetapi juga menjadi representasi dari hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.

Dalam mitos Jawa, pelangi dianggap sebagai pengingat akan harmoni dan keseimbangan antara alam semesta dan manusia, serta sebagai pengingat akan kebaikan dan harapan yang selalu ada di dalam kehidupan.

Mitologi

Mitologi Yunani: Iris

Dalam mitologi Yunani, pelangi dikaitkan dengan dewi Iris, yang merupakan dewi pesan dan perantara para dewa. Dia menggunakan pelangi sebagai jembatan yang menghubungkan dunia dewa dan manusia. Iris dianggap sebagai pembawa pesan para dewa.

Mitologi Norse: Bifröst

Dalam mitologi Norse, terdapat sebuah jembatan pelangi yang disebut Bifröst. Bifröst dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan dunia manusia (Midgard) dengan dunia dewa (Asgard).

Ini tidak hanya berfungsi sebagai jalan untuk dewa, tetapi juga menjadi simbol perhubungan antara dunia manusia dan dunia dewa.

Mitologi Aborigin Australia: Anak Angin dan Anak Air

Dalam budaya Aborigin Australia, terdapat mitos yang menceritakan tentang anak-anak angin dan air yang bersaing untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat. Ketika mereka bertemu, terbentuk pelangi sebagai hasil dari pertemuan dan permainan mereka.

Mitologi Hindu: Dhanvantari

Dalam mitologi Hindu, pelangi dikaitkan dengan dewa Dhanvantari, yang dianggap sebagai dewa kedokteran. Dikisahkan bahwa dewa ini muncul membawa kalpataru (pohon kehidupan) dan amrita (nektar keabadian) dalam bentuk pelangi.

Mitologi China: Nüwa dan Fuxi

Dalam mitologi China, ada legenda tentang Nüwa dan Fuxi yang dianggap sebagai dewa pencipta. Mereka dikaitkan dengan pelangi sebagai simbol harmoni dan kesatuan antara langit dan bumi.(*)


 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved