TRIBUNPRIANGAN.COM - Penerapa kurikulum pembelajaran dalam sistem pendidikan di tanah air, tak luput dari pembaharuan setiap masa kerja pemerintahan.
Pasalnya hal ini merupakan elemen memajukan negara seiring dengan perkembangan dunia.
Seperti pada masa kerja struktur pemerintahan baru kali ini.
Dimana menteri terpilih Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti, yang belum lama ini memperbaharui sistem belajar Kurikulum Merdeka yang telah berjalan beberpa tahun belakangan ini.
Sistem tersebut diketahui akan diperbaharui menjadi Pembelajaran mendalam atau yang dikenal dengan deep learning.
Baca juga: Mendikdasmen Akan Data Ulang Tenaga Guru dari PNS, PPPK, dan Honorer
Seperti yang diketahui Kurikulum Merdeka sendiri telah diterapkan sejak 2021 lalu.
Namun pada pergantian kepemimpinan kali ini sistem tersebut akan mengalami sedikit perubahan.
Lantas benarkah Kurikulum Merdeka akan diganti secara penuh dengan sistem pembelajaran baru Deep Learning?
Penjelasan Mendikdasmen soal Deep Learning
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menegaskan bahwa deep learning ini bukan kurikulum pendidikan.
Sistem pembelajaran ini diketahui bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, dan memberikan pengalaman belajar lebih bermakna juga menyenangkan bagi siswa.
Baca juga: Tenaga Guru dari PNS, PPPK, dan Honorer Bakal Didata Ulang Mendikdasmen, Ini Kata Menteri Muti
"Deep learning itu bukan kurikulum. Itu pendekatan belajar," ujar Mendikdasmen Abdul Mu'ti dilansir dari Kompas.com, Jumat.
Belum putuskan untuk ganti Kurikulum Merdeka Mu'ti menegaskan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) hingga kini masih mengkaji kurikulum pendidikan yang akan diterapkan di Indonesia dan belum memutuskan untuk mengganti Kurikulum Merdeka.
"Belum ada keputusan soal itu. Yang saya sampaikan itu soal pendekatan belajarnya," terang Mendikdasmen Abdul Mu'ti.
Dalam acara "Pak Menteri Ngariung" yang diadakan di halaman kantor Badan Bahasa, Jakarta disampaikan juga aspirasi mengenai pembelajaran tentang sastra Indonesia yang sebaiknya masuk ke dalam kurikulum pendidikan dasar, utamanya sejak usia dini.
Terkait hal tersebut, Mu'ti merespon bahwa pihaknya akan terus mengkaji materi-materi pembelajaran.
Baca juga: Kunci Jawab Kurikulum Merdeka Kelas 8 SMP/MTs Mapel IPA Hal 75: Kegunaan Bagian Tubuh Makhluk Hidup
Termasuk urutan dan pembobotan agar tidak terlalu membebani siswa maupun guru.
"Nanti memang kita akan kaji semua, materi-materi pelajaran akan kita lihat lagi, juga kita lihat karena tadi sudah banyak masukan. Termasuk menyangkut urutan, pembobotan dan sebagainya, tetapi memang tidak dalam waktu dekat, karena ini berada di pertengahan semester," beber dia.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti juga telah menyebutkan akan mengkaji ulang terkait penerapan kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar, Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan jalur zonasi hingga peniadaan Ujian Nasional (UN).
"Jadi soal Ujian Nasional, soal PPDB zonasi, Kurikulum Merdeka Belajar, apalagi, ya, yang sekarang masih menjadi perdebatan. Nanti kita lihat semuanya secara sangat seksama dan kami akan sangat berhati-hati," jelas Abdul Mu'ti di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta Pusat awal November silam.
Ia menegaskan pihaknya akan mendengarkan terlebih dahulu masukan dan aspirasi dari kalangan pemerintah daerah dan masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan sekaligus pengguna jasa layanan pendidikan
Baca juga: Nasib Kurikulum Merdeka Ditangan Menteri Baru Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran, Bagaimana Ya?
Apa Itu Deep Learning?
Deep learning memiliki tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning, Meaningfull Learning, dan Joyfull Learning.
- Mindfull Learning: menyadari keadaan murid berbeda-beda.
- Meaningfull Learning: mendorong murid berpikir dan terlibat dalam proses belajar.
- Joyfull Learning: mengedepankan kepuasan dan pemahaman mendalam.
Baca juga: Nasib Kurikulum Merdeka Ditangan Menteri Baru di Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran, Diubahkah?
Menurut Kamus Cambridge, deep learning atau pembelajaran mendalam adalah cara untuk mempelajari sesuatu sehingga sepenuhnya memahami hal itu dan tidak akan melupakan pembelajaran tersebut.
Dalam segi komputasi, deep learning adalah sejenis pembeajaran mesin atau proses komputer meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas dengan menganalisis data baru yang menggunakan banyak lapisan pemrosesan data.
Menurut Catherine McAuley College, deep learning membuat pelajar mampu berpikir kritis, komunikasi, serta bekerja dengan orang lain secara efektif di semua mata pelajaran.
Deep learning membuat murid bisa mengarahkan ilmu dan mengambil hal yang dipelajari untuk diterapkan ke situasi lain sebagai pembelajaran seumur hidup.
Pada pembelajaran mendalam, murid akan meneliti fakta dan ide baru secara kritis serta mengaitkannya ke struktur kognitif dan membuat banyak kaitan antara ide yang ada.
Baca juga: Link Download Buku Siswa SD Kelas 1-6 Kurikulum Merdeka Tahun Ajaran 2024/2025, Gratis!
Karekter pembelajaran ini fokus mencari konsep memecahkan masalah, aktif berinteraksi, menggabungkan berbagai modul belajar, dan menerapkan pembelajaran ke kehidupan nyata.
Murid yang menerapkannya menjadi punya rasa ingin tahu dan percaya diri, terlibat secara mental, berpendidikan yang sesuai, serta fokus pada minat dan manajemen waktu baik.
Guru dengan sistem deep learning akan melibatkan mrid dalam pembelajaran, mengaitkan materi ke pengetahuan murid, tidak menghukum kesalahan dan menghargai usaha murid, serta bersikap adil dalam penilaian.
Contoh dari deep learning yakni murid diajak menciptakan suatu karya sambil menghitung biaya pembuatan dan bahan-bahan yang diperlukan. Karya itu kemudian diterapkan ke kehidupan sehari-hari.
Berbeda dari pembelajaran mendalam, kebalikan dari deep learning adalah surface learning atau pembelajaran permukaan.
Baca juga: GRATIS! Link Download Buku Siswa SD Kelas 1-6 Kurikulum Merdeka Tahun Ajaran 2024/2025
Surface learning hanya membuat murid menerima fakta baru tanpa berpikir kritis, fokus pada hafalan, pasif menerima informasi, tidak mengembangkan materi, dan belajar untuk ujian.
Murid dengan surface learning tidak fokus pada bidangnya, kurang pengetahuan, beban belajar terlalu tinggi, dan hanya sekadar mengingat informasi.
Guru dalam pembelajaran ini juga tidak memberikan materi yang mendalam, membiarkan murid pasif, menilai soal isian pendek, dan memberi beban tugas banyak untuk murid.
Contoh surface learning adalah guru hanya memberi pelajaran ke murid di kelas. Kemudian, murid harus menghafal pelajaran tadi untuk dites dalam ujian sekolah.(*)
Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News