Naskah Khutbah Jumat

Naskah Singkat Khutbah Jumat 11 Oktoer 2024 Bertema Nikmat Sunah Berhemat Dalam Hidup

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi menabung

Oleh karena itu, para ulama lebih cenderung memahami hadis di atas dengan makna metaforis, bahwa seorang mukmin adalah orang yang menerapkan pola hemat dan ekonomis dalam masalah duniawi. Ia bersikap zuhud (asketis) dalam mengarungi dunia dengan selalu menerima penuh rasa syukur apapun yang diberikan Allah s.w.t. (qanaah).

Menyedikitkan makan termasuk akhlak yang mulia, kebalikannya adalah memperbanyak makanan termasuk akhlak yang jelek. Adapun Ibnu Umar r.a. yang tidak suka terhadap orang miskin sebagaimana yang disebutkan dalam hadis di atas, hal itu dikarenakan orang miskin tersebut perilakunya mirip dengan orang-orang kafir.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 4 Oktober 2024: Pungli Perbuatan Zalim kepada Manusia

Ibnu Umar r.a. sendiri tidak mau bergaul kecuali terpaksa  dengan tipe orang-orang seperti itu. Orang miskin itu telah makan melebihi kadar biasanya. Ia telah melahap seukuran porsi orang banyak.

Selain pemahaman tentang sifat berhemat, hal mendasar yang menjadi patokan adah ketika seorang mislim bersikap adalah membawanya kepada hal yang Tercela

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a, Rasulullah s.a.w. bersabda,

كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِي غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلاَ مَخِيلَةٍ (رواه النسائي وابن ماجه وأحمد)

Artinya:“Makanlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah, dengan tidak berlebihan dan tidak angkuh.” (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa'i: 2512, Ibnu Majah: 3595, dan Ahmad: 6408. teks hadis di atas riwayat al-Nasa'i)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 26 September 2024, Menahan Emosi Berpahala Surga

Hadis di atas memiliki nilai normatif yang sangat tinggi. Rasulullah s.a.w. sebagai pemimpin umat manusia telah mencanangkan hidup hemat dan bersahaja. Dalam kesehariannya, beliau tampak sederhana, tidak glamor, tidak boros, dan tidak berlebihan dalam menggunakan fasilitas-fasilitas yang dimilikinya. Bahkan dalam masalah air sekalipun, beliau selalu mengingatkan para sahabatnya untuk menghemat semaksimal mungkin.

Dikisahkan dari Abdullah bin Amr r.a, suatu ketika Rasulullah s.a.w. melewati Sa’d yang sedang berwudhu. Beliau pun menegur Sa’d karena dipandang telah melakukan pemborosan. “Apakah dalam wudhu juga ada larangan boros?” tanya Sa’d. “Ya,” jawab beliau, “(kamu harus menghemat air) meskipun sedang berada di sungai yang mengalir.” (Hadis Shahih, Riwayat Ibnu Majah: 419 dan Ahmad: 6768. teks hadis riwayat Ibnu Majah)                                            
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Selain itu, hemat adalah sikap hidup yang mampu mengatur harta benda yang dimilikinya agar berguna sesuai kebutuhan. Dikarenakan kebutuhan manusia tidak kenal pangkal ujungnya, maka pola hidup hemat harus mengedepankan skala prioritas sebagai pijakannya agar dapat terarah dan terencana.

Sebagai contoh, seorang yang membeli sendal sebanyak sepuluh pasang untuk dirinya sendiri dianggap telah melakukan pemborosan. Sebab, sepasang sendal saja sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dua kakinya. Begitu pula seorang direktur yang menyediakan mobil dinas untuk setiap pegawainya dianggap sebagai orang yang boros, jika hal itu mengakibatkan perusahaannya goncang disebabkan banyak hutang.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ada sebagian orang yang memahami hidup hemat dengan kekikiran. Ia merasa berat mengeluarkan hartanya untuk mendukung kegiatan ibadah, membantu fakir miskin, menyantuni yatim piatu, dan menolong orang-orang yang membutuhkan. Ia berkeyakinan bahwa hartanya akan bertambah banyak jika dikelola dan dikumpulkan, tanpa sepeser pun diberikan kepada orang lain. Ia menganggap hal itu sebagai bentuk penghematan, padahal kenyataannya adalah kekikiran.

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً اِلٰى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُوْمًا مَّحْسُوْرًا (٢٩)

Halaman
1234