Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024, dengan Tema: Warnai Umur dengan Syukur dan Tafakkur

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi, syukur : Seusai mengemas gol, pemain Senegal, Amara Diouf berselebrasi sujud syukur. Senegal sukses menekuk timnas Argentina U-17 pada penyisihan Grup D Piala Dunia U-17 Indonesia 2023 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Sabtu (11/11/2023).

Seiring datangnya tahun baru, usia kita juga semakin bertambah. Terus bergulirnya waktu dan bertambahnya umur ini harus kita warnai dengan banyak melakukan bersyukur sebagai wujud terimakasih kepada Allah atas nikmat di dunia.

Selain syukur, kita juga harus bertafakkur (merenung dan berfikir) tentang apa yang telah kita lakukan selama ini. Semua itu untuk meningkatkan kualitas hidup kita di dunia.

Pada kesempatan kali ini, Khatib akan menyampaikan materi yang mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa mewarnai umur yang terus berjalan ini dengan bersyukur dan tafakkur. Kita perlu sadar, bahwa bertambahnya umur atau usia bukan hanya soal angka.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024, dengan Tema Hal yang Harus Direnungi di Awal Tahun Baru Hijriah

Bertambahnya umur juga harus menjadi momentum untuk merenung dan bersyukur atas segala hal yang telah kita alami dan capai. Dua hal yang penting kita lakukan untuk mewarnai umur kita agar bisa terus lebih baik adalah dengan syukur dan tafakkur.

Terlebih di akhir tahun dan awal tahun baru, merenung dan berfikir menjadi aktivitas yang penting untuk dapat memberikan makna yang lebih dalam pada bertambahnya umur kita. Tafakkur menjadi waktu untuk berhenti sejenak dan memikirkan perjalanan hidup yang telah kita tempuh, tantangan yang telah kita hadapi, dan pelajaran yang telah kita ambil. Dalam tafakkur, kita mengingat kembali masa lalu, mengevaluasi masa kini, dan merencanakan masa depan. Rasulullah saw bersabda dalam hadits riwayat Al-Hakim:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ، وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).”

Baca juga: TEKS Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024, Tema: Perlunya Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Islam

Dengan tafakkur kita menghargai setiap momen perjalanan hidup dan mengambil hikmahnya. Dengan tafakkur kita bisa melihat sejauh mana kita telah berkembang sebagai individu dalam berbagai hal seperti perkembangan emosional, mental, spiritual, dan juga perkembangan kesejahteraan kita.

Tafakkur memberikan kesempatan kita untuk merencanakan masa depan dengan lebih bijaksana dengan memahami apa yang telah terjadi di masa lalu dan apa yang kita inginkan di masa depanز

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Setelah kita tafakkur pada nikmat Allah, maka rasa syukur akan semakin bertambah dalam diri kita. Bersyukur ini bukan dalam artian dalam lisan seperti mengucapkan kalimat ‘Alhamdulillah’ saja. Namun syukur yang diharapkan adalah syukur yang semakin menyadarkan diri kita bahwa Allah merupakan kekuatan paling besar dalam kehidupan kita. Imam Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin mengatakan bahwa yang diharapkan dari syukur adalah menggunakan nikmat dari Allah dalam menyempurnakan hikmah untuk apa nikmat itu diciptakan, yaitu ketaatan dalam arti luas kepada Allah.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 19 Juli 2024, Tema: Sejumlah Amalan yang Membukakan Pintu-pintu Rezeki

Imam Al-Ghazali pun menjelaskan bahwa syukur tersusun dari tiga hal. Pertama adalah ilmu yakni dengan menyadari bahwa kenikmatan yang diterima kita ini semata-mata dari Allah swt. Kedua adalah hal atau keadaan dengan menyatakan kegembiraan karena memperoleh kenikmatan. Ketiga adalah amal yakni menunaikan sesuatu yang sudah pasti menjadi tujuan serta dari yang memberi kenikmatan.

Syukur yang senantiasa tumbuh dalam hati akan menjadikan segala sesuatu terasa ringan dan menyenangkan karena syukur adalah sarana meraih kebahagiaan. Dengan syukur, hati dan pikiran akan bersih dari beban, tidak terasa diberatkan akan hal-hal yang tidak semestinya kita pikirkan. Syukur akan menumbuhkan sifat qanaah dan menjadi hamba yang taat. Rasulullah saw bersabda dalam hadits riwayat Ibnu Majah:

كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ

Artinya: “Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur.”

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Halaman
123