Perayaan HUT ke 80 RI
Bendera Merah Putih Raksasa Dibentangkan di Jembatan Perjuangan, Anak Pejuang Tasik Ingin Ada Museum
Menyambut HUT ke-80 RI, bendera merah putih raksasa berukuran 10 x 4 meter dibentangkan di Jembatan Perjuangan Karang Resik
Penulis: Jaenal Abidin | Editor: Dedy Herdiana
"Mari kita gemakan mana simbol bendera merah putih menjadi identitas dan perekat bangsa, bukan hanya di tanggal 17 Agustus, tetapi dalam setiap momen yang meneguhkan cinta tanah air," kata Abah Idi. (*)
Baca Berita-berita TribunPriangan.com Lainnya di Google News
Ingin ada museum
Tokoh Sukamanah Kota Tasikmalaya meminta Pemkot Tasikmalaya, untuk membangunkan museum perjuangan di kawasan Karang Resik.
Hal ini diungkapkan saat pemasangan bendera merah putih di jembatan perjuangan Karang Resik, pada Minggu (10/8/2025).
"Harapan saya kepada pemerintah ingin dibangunkan museum, karena Tasikmalaya tak punya museum. Padahal di sini ada saksi sejarah dan ini sejarah nasional bukan daerah," ungkap Idi Suhara kepada wartawan TribunPriangan.com.

Alasannya ingin didirikan museum, karena ini keberhasilan Kodam III ketika menggempur pasukan Belanda di jembatan buntung pada tahun 1947.
"Kami juga minta tolong diperhatikan kepada pemerintah, karena di sana ada patung perjuangan yang tidak terawat, dan ingin ada museum perjuangan talaga puputan Karang Resik," harapnya.
Pria yang disapa Abah Idi mengungkapkan, sebagai anak pelaku sejarah tentunya keberadaan jembatan perjuangan ini bisa dikenal untuk generasi muda sekarang.
Bahwa terdapat nilai sejarah yang harus diketahui oleh publik dan bisa dirawat dengan baik.
"Saya sebagai anak pelaku sejarah bapak Entoy Tohari yang berjuang dengan pasukan, supaya bisa dikenang dan bisa dibakar semangat ke generasi muda karena kemerdekaan tidak diraih dengan cuma-cuma tapi dibayar dengan darah dan air mata," pungkasnya.
Makanya ia bersama pencinta alam Kota Tasikmalaya melakukan upacara dan pemasangan bendera merah putih di Talaga puputan Karang Resik ini.
"Di sini bisa disebut sasak buntung karena sudah tidak ada lantainya. Karena tahun 1947 terjadi pertempuran sengit divisi II dengan Belanda mengarah ke Tasikmalaya niat merebut bandar udara dengan harapan di agresi itu Priangan bisa terjajah," tuturnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.