Naskah Khutbah Jumat

Naskah Singkat Khutbah Jumat 25 Juli 2025/30 Muharram 1447 H: Perbaiki Akhlakmu Kepada Tetangga

Berikut ini Naskah Bahasa Sunda Khutbah Jumat 25 Juli 2025/30 Muharram 1447 H dengan judul Perbaiki Akhlakmu Kepada Tetangga

TribunNews.com
KHUTBAH JUMAT TERBARU - Naskah Singkat Khutbah Jumat 25 Juli 2025/30 Muharram 1447 H: Perbaiki Akhlakmu Kepada Tetangga. Ilustrasi berbuat baik pada sesama (TribunNews.com) 

Pada ayat di atas terdapat kata al-jâr yang memiliki arti tetangga. Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsrinya menjelaskan, kata al-jâri dzil qurbâ diperuntukkan bagi tetangga yang masih memiliki hubungan kerabat. Sedangkan al-jâri junub diperuntukkan bagi tetangga yang tidak memiliki hubungan kerabat. Dalam riwayat lailn, al-jâri dzil qurbâ diartikan sebagai tetangga Muslim, sementara al-jâri junub adalah non-Muslim. Mencermati penjelasan Ibnu Katsir, ayat Al-Qur’an tersebut memberi pesan pada kita semua bahwa hubungan antara sesama tetangga, baik tetangga yang masih ada hubungan kerabat atau tidak, baik yang sesama Muslim atau bukan, harus terjalin dengan rukun. Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW banyak menyinggung perintah untuk menghormati tetangga. Di antaranya hadits berikut: 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري). 

Artinya: "Dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda rasulullah SAW: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diamlah.” (HR. al-Bukhari). 

Baca juga: Naskah Bahasa Sunda Khutbah Jumat 25 Juli 2025 : 3 Tetenger Hirup Manusia di Alam Dunya

Sebenarnya hadits di atas sudah sangat cukup untuk dijadikan dasar dalam menghormati tetangga. Saking besarnya tuntutan untuk menghormati tetangga, sampai-sampai langsung dikaitkan dengan keimanan. Barangsiapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbuat baiklah terhadap tetangga. Dalam hadits lain, Rasullullah juga menegaskan bahwa seorang Muslim yang baik adalah Muslim yang mau berbuat baik terhadap tetangganya. Berikut sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah:

 قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ 

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Wahai Abu Hurairah, Jadilah kamu seorang yang wara’, niscaya kamu menjadi manusia yang paling taat beriabadah. Jadilah kamu orang yang merasa berkecukupan, niscaya kamu menjadi manusia yang paling bersyukur. Cintailah mmanusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri, niscaya kamu akan menja di seorang mukmin. Perbaikilah hubungan dalam bertetangga dengan tetanggamu, niscaya kamu akan menjadi seorang Muslim yang baik. Dan sedikitkanlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati." (HR Ibnu Majah) 

Rasulullah juga pernah berpesan agar siapa yang benar-benar mencintai Allah dan rasul-Nya, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Sebagaimana dijelaskan oleh salah satu hadits yang terdapat dalam kitab Jamî’ush Shaghîr: 

إِنْ أَحْببْتُمْ أَنْ يُحِبَّكُمُ اللهُ تَعَالَى وَ رَسُوْلُهُ فَأَدُّوْا إِذَا ائْتُمِنْتُمْ وَأُصْدُقُوْا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَ أَحْسِنُوْا جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكُمْ 

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 25 Juli 2025: Dampak Buruk Perbuatan Maksiat

Artinya: “Jika kalian ingin dicintai oleh Allah dan rasul-Nya, maka penuhilah amanat-amanat kalian, jujurlah saat berbicara, dan berbuat baiklah dengan tetangga.” Menjelaskan maksud berbuat baik dalam hadits di atas, Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadîr mengatakan, berbuat baik dengan tetangga pada hadits tersebut ada banyak cara, seperti memberi kenyamanan jalan yang biasa dilalui tetangga, berinteraksi sosial dengan baik, dan mengingatkannya bahwa orang yang berkhianat, berbohong, serta tidak berlaku baik dengan sesama tetangga, tidak akan dicintai oleh Allah dan rasul-Nya.   

Termasuk keutamaan berbuat baik dengan tetangga adalah dapat memperpanjang usia. Rasulullah SAW pernah bersabda, 

إِنَّهُ مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ، وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ 

Artinya: “Sesungguhnya barang siapa yang dikaruniai sifat lembut dan santun, berarti telah dikaruniai kebaikan dunia dan akhirat yang banyak. Menyambung tali silaturahmi, berakhlak mulia dan menjadi tetangga yang baik, hal itu akan memakmurkan negeri dan memanjangkan umur.” (HR Ahmad) 

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 25 Juli 2025: Belajar dari Optimisme Nabi

Hadirin jama’ah shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT 

Untuk menjaga hubungan dengan tetangga, ada beberapa hak-hak tetangga yang harus kita penuhi. Imam Al-Ghazali dalam risalahnya yang bejudul Majmu’ah Rasail Imam al-Ghazali, menyebutkan beberapa etika dalam bertetangga: 

آدَابُ الجَارِ: اِبْتِدَاؤُهُ بِالسَّلَامِ، وَ لَا يُطِيْلُ مَعَهُ الْكَلَام،َ وَلَا يُكْثِرُ عَلَيْهِ السُّؤَالَ، وَيَعُوْدُهُ فِي مَرَضِهِ، وَيُعْزِيْهِ فِي مُصِيْبَتِهِ، وَيُهَنِّيْهِ فِي فَرَحِهِ، ويتلطف لولده و عبده في الكلام، وَيَصْفَحُ عَنْ زَلَّتِهِ، وَمُعَاتَبَتُهُ بِرِفْقٍ عِنْدَ هَفْوَتِهِ، وَيَغُضُّ عَنْ حُرْمَتِهِ، وَيُعِيْنُهُ عِنْدَ صَرْخَتِهِ، وَلَا يُدِيْمُ النَّظْرَ إِلَى خَادِمَتِهِ 

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved