Sosok Nera, Siswi SMA di KBB yang Saban Hari Naik Turun Bukit hingga Gunakan Rakit untuk ke Sekolah

Lika-liku perjalanan tersebut memang sempat mematahkan semangat Nera untuk meneruskan pendidikan

Editor: Dedy Herdiana
Tribunjabar.id/Rahmat Kurniawan
SUSURI BUKIT - Nera Nur Puspita atau Akrab disapa Neng Ara saat berangkat sekolah menyusuri perbukitan hingga naik rakit di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Rabu (14/5/2015). 

Laporan kontributor Tribunjabar.id Rahmat Kurniawan

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG BARAT - Namanya Nera Nur Puspita (16), siswi kelas X di SMAN 1 Saguling, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Saban hari Nera berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Naik turun bukit hingga harus menyebrangi perairan Waduk Saguling dengan sebuah rakit.

Dari rumah Nera biasanya berangkat pukul 05.00 WIB. Nera berjalan sekitar 1 kilometer dengan kontur perbukitan untuk sampai ke bibir perairan Waduk Saguling. Nera kemudian menyebrangi Waduk Saguling sepanjang 150 meter dengan sebuah rakit.

Tiba di seberang, Nera harus kembali berjalan kaki menyusuri bukit dengan jalan tanah setapak sebelum sampai ke jalan utama. Di jalan utama, Nera melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sepanjang 1 kilometer untuk tiba di sekolah.

NAIK RAKIT - Nera Nur Puspista, Pelajar SMAN 1 Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) saat menyebrangi perairan Waduk Saguling dengan menaiki rakit untuk menuju ke sekolah, Rabu (14/5/2025).
NAIK RAKIT - Nera Nur Puspista, Pelajar SMAN 1 Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) saat menyebrangi perairan Waduk Saguling dengan menaiki rakit untuk menuju ke sekolah, Rabu (14/5/2025). (TribunJabar.id/Rahmat Kurniawan)

Baca juga: Siswi SMAN 1 Saguling Ini Jalan Kaki Naik Turun Bukit dan Seberangi Waduk Pakai Rakit ke Sekolah

Memiliki tubuh yang terbilang mungil tak menyurutkan semangat Nera untuk bersekolah. Nera terlihat bersemangat dan begitu lincah menyusuri jalan di perbukitan maupun saat menaiki rakit.

"Dari rumah itu jam 5 (pagi) paling lambat jam setengah enam (pagi), kalau lebih dari itu pasti terlambat," kata Nera saat ditemui di SMAN 1 Saguling, Rabu (14/5/2025).


Dengan akses dan durasi yang harus ditempuh, Nera mengaku kerap kali terlambat tiba di sekolah. Di saat apes, Nera bahkan terpaksa mengurungkan niatnya ke sekolah karena bajunya kotor setelah jatuh saat menyusuri jalan tanah setapak di perbukitan.

"Jalannya kan jauh, kalau hujan licin, suka jatuh," ucapnya lirih.

Lika-liku perjalanan tersebut memang sempat mematahkan semangat Nera untuk meneruskan pendidikan. Dorongan dan motivasi dari sang ibulah yang akhirnya kembali memulihkan semangat Nera untuk melanjutkan sekolah.

"Pernah, sempat dulu pernah pengen berhenti, kata mamah kenapa berhenti, jangan berhenti sekolah kata mamah," ujar Nera.

Nera tak memiliki mimpi yang muluk-muluk. Setelah  tamat SMA, Nera ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi demi meraih cita-cita menjadi seorang perawat. Hatinya pun bersih, sejalan dengan itu Nera juga ingin menimba ilmu di sebuah pesantren.

Di sekolah, Nera aktif di ekstrakurikuler Ikatan Remaja Masjid.

"Cita-cita pengen jadi perawat, nanti keluar sekolah mau pesantren (dulu)," tegasnya.

Di mata teman-temannya, Nera memang memiliki semangat juang yang tinggi untuk bersekolah. Meski harus menempuh perjalanan yang ekstrem dan berbahaya, Nera tetap berangkat ke sekolah walaupun kerap terlambat.

"Betul, walau perjalanan jauh, dia tetap pergi ke sekolah. Kadang suka terlambat dan ketinggalan pelajaran, tapi tetap masuk," kata Maria Rosalina (X), teman sebangku Nera di kelas X SMAN 1 Saguling.

Maria tak menampik jika Nera kerap kali minder untuk berbaur dengan teman-teman di sekolah. Meski begitu, Maria mengaku terus menyemangati Nera agar berani berbaur.

"Kalau dia itu minder, katanya minder sama tubuhnya. Kita selalu ngajak Nera, pas ada kerja kelompok juga kita ajak. Kami tetap semangatin," ujarnya.

Husni Mubarok, Kepala Sekolah SMAN 1 Saguling mengutarakan hal serupa. Nera dinilai memiliki semangat juang yang kuat untuk bersekolah meski di tengah keterbatasan.

"Biasanya Nera sampai sekolah itu jam 7 kurang 15, karena mau sekolah itu kan pakai rakit, kalau ada yang nyebrangin bisa cepat kalau tidak ada, seperti barusan dia terlambat. Terlambat bukan tidak semangat tapi betul betul semangat, cuma karena terhalang transportasi," kata Husni.

Pihak sekolah telah berkunjung langsung ke rumah Nerabersikai rute yang saban hari dilalui Nera. Untuk sampai ke kediaman Nera, pihak sekolah membutuhkan waktu hingga 45 menit.

"Pihak sekolah pernah ke rumahnya, memang luar biasa sangat jauh, luar biasa capek. Itu 45 menit, perjalanan itu kalau rakitnya ada, kalau tidak ada bisa lebih. Kalau jalan yang tidak melewati rakit, bisa satu jam lebih perjalanan," kata Husni.

Dengan kondisi tersebut, pihak sekolah bersikap maklum. Bahkan pihak sekolah membuat opsi pembelajaran khusus saat Nera tidak bisa berangkat sekolah.

"Kami pihak sekolah memaklumi. Tugas bisa menyusul dianggap tetap hadir, ada yang ngasih tugas, secara daring," ujarnya.

Husni berharap, Nera dapat menjadi sosok inspiratif bagi semua kalangan dalam menuntut ilmu. Dengan berbagai keterbatasan, Nera tetap memiliki semangat juang yang tinggi untuk menuntut ilmu.

"Anaknya memang luar biasa semangat belajarnya, Mudah-mudahan ini bisa jadi inspirasi buat kita semua, dengan keterbatasan transportasi atau apapun, kita harus lebih semangat untuk belajar," tandasnya.

 

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved