Kisah Pelajar Bandung Barat

Siswi SMAN 1 Saguling Ini Jalan Kaki Naik Turun Bukit dan Seberangi Waduk Pakai Rakit ke Sekolah

Seorang siswi SMAN 1 Saguling di Kabupaten Bandung Barat (KBB) bernama Nera Nur Puspista (16) harus berjalan kaki untuk bisa sampai ke sekolah

Editor: Machmud Mubarok
TribunJabar.id/Rahmat Kurniawan
NAIK RAKIT - Nera Nur Puspista, Pelajar SMAN 1 Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) saat menyebrangi perairan Waduk Saguling dengan menaiki rakit untuk menuju ke sekolah, Rabu (14/5/2025). 

Laporan kontributor Tribunjabar.id, Rahmat Kurniawan

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG BARAT - Seorang siswi SMAN 1 Saguling di Kabupaten Bandung Barat (KBB) bernama Nera Nur Puspista (16) harus berjalan kaki untuk bisa sampai ke sekolah. Perjalanan yang harus ditempuh terbilang cukup ekstrem dan berbahaya.

Nera harus menyusuri jalan setapak di perbukitan hingga harus menyeberangi perairan Waduk Saguling dengan sebuah rakit.

Nera atau akrab disapa Neng Ara itu tinggal di Kampung Cipeundeuy RT 3 RW 5, Desa Jati, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Perjalanan ekstrem nan berbahaya itu sudah Nera lakukan sejak duduk di bangku SMP.

"Dari awal masuk SMP, SMP kan di situ juga, jadi sudah 4 tahun sampe sekarang. Tiap hari naik rakit," kata Ida Trisnawati (34) ibunda dari Nera saat ditemui, Rabu (14/5/2025).

Bukan tanpa alasan, Nera terpaksa menempuh jalur perbukitan hingga menaiki rakit demi memotong jarak dari rumah ke sekolah. Jalan utama menuju sekolah dinilai terlalu jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki.

Baca juga: Kisah Serumpun Keluarga dari Sumedang, Puluhan Tahun Jualan Bambu dengan Jalan Kaki Puluhan Kilo

Naik Rakit ke Sekolah 1405
NAIK RAKIT - Nera Nur Puspista, Pelajar SMAN 1 Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) saat menyebrangi perairan Waduk Saguling dengan menaiki rakit untuk menuju ke sekolah, Rabu (14/5/2025).

Agar tak terlambat tiba di sekolah, Nera harus berangkat dari rumah sejak pukul 05.00 WIB.

"Ada akses (jalan) lain, kalau naik motor setengah jam, kalau dari sini (motong) sekitar 20 menit juga nyampe. Tapi kan saya tidak ada kendaraan," ujarnya.

Ida mengaku tak dapat berbuat banyak meski kerap diselimuti rasa was-was khususnya saat Nera terlambat pulang ke rumah. Biasanya Nera kembali ke rumah dengan rute yang sama pada pukul 3 sore.

"Kalau pulang (sekolah) kadang nge WA juga, ini tidak ada yang nyebrangin udah satu jam teteh (Nera) udah nungguin. Saya langsung ke sana (tempat naik rakit) nyusulin," tuturnya.

Ida terus berharap agar semangat sekolah dari anak sulungnya itu tak padam meski ditengah keterbatasan. Apalagi Ida berjuang sendiri untuk menghidupi tiga anaknya. 

"Pernah mau putus sekolah, ngomongnya ya karena dia capek. Tapi saya semangati terus untuk masa depan," tandasnya. (*)

Baca Berita-berita TribunPriangan.com Lainnya di Google News

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved