Ledakan Amunisi di Garut Makan Korban

Terungkap Profesi Warga yang Meninggal Bukan Pemulung, Tapi Pekerja dengan Upah Rp 150 Ribu Per Hari

Ditegaskan oleh warga bahwa mereka yang menjadi korban meninggal dunia tersebut bukan pemulung

Penulis: Dedy Herdiana | Editor: Dedy Herdiana
Tangkap layar FB Tribunjabar.id
PROFESI KORBAN LEDAKAN - Terungkap Profesi Warga yang Meninggal Bukan Pemulung, Tapi Pekerja dengan Upah Rp 150 Ribu Per Hari 

TRIBUNPRIANGAN.COM - Terungkap profesi ke-9 warga sipil yang meninggal dunia akibat ledakan amunisi saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (12/5/2025) kemarin, ternyata bukan pemulung.

Sesuai penuturan warga kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, ternyata mereka adalah para pekerja yang sudah biasa dipekerjakan untuk membuka selongsong-selongsong amunisi sebelum dimusnahkan.

Hal ini terungkap dalam wawancara Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dengan seorang warga. Dalam tayangan Live Facebook wartawan Tribun Jabar, Selasa (13/5/2025).

"Ieu teh sadayana damel di dinya (Ini semua bekerja di sana)?" tanya Kang Dedi Mulyadi (KDM) kepada warga.

Lantas salah seorang warga menjelaskan bahwa benar semuanya bekerja di sana yang rata-rata sudah lama menekuni pekerjaannya tersebut, bahkan ada sudah lebih dari 10 tahun.

Baca juga: Warga Selamat dari Ledakan Amunisi di Garut Ungkap Bisa Selamat Berkat Ambil Air Laut

Terungkap bahwa di antara para korban meninggal yang sudah lama bekerjanya adalah Toto Hermanto dan Yus Ibing. Sedangkan yang paling baru adalah Iyusrizal yang saat kejadian ledakan merupakan hari pertama kerjanya.

Ditegaskan oleh warga bahwa mereka yang menjadi korban meninggal dunia tersebut bukan pemulung.

Mereka merupakan pekerja yang keahliannya membuka selongsong amunisi, bahkan diakui warga pernah pula mengerjakan pekerjaan serupa di Makassar.

Ditegaskan pula bahwa semua warga korban meninggal dunia itu masih ada hubungan saudara.

Dalam mengerjakan pekerjaannya terungkap biasanya bekerja selama 12 hari dengan upas Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per hari.

"Yang paling besar itu Rp 200 ribu per hari, yakni Pak Yus karena ia sesepuh," ungkao warga kepada KDM.

Selain penghasilan per hari yang didapat, diakui warga, sebagai sampingan mereka juga memulung besi-besi bekas amunisi yang dimusnahkan.

Kedatangan orang nomor satu di Jawa Barat itu diketahui untuk berbelasungkawa atas peristiwa tragis terhadap 9 warga sipil yang jadi korban ledakan.

KDM menyebut dirinya akan menanggung biaya hidup anak-anak dari korban dari mulai pendidikannya bahkan hingga kuliah.

"Untuk anak-anaknya yang belum menikah, itu menjadi tanggungjawab gubernur. Mereka pendidikannya, kehidupan sehari-harinya, biar nanti kami yang mengambil alih tanggungjawab itu," ujar Dedi kepada awak media.

KDM menyampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menyalurkan santunan sebesar Rp 50 juta kepada setiap keluarga korban. 

Dana tersebut diperuntukkan bagi biaya pemulasaraan jenazah.

"Itulah bentuk bantuan yang kami sediakan. Nilainya Rp 50 juta per orang. Bagi yang masih sekolah, bantuan bisa berlanjut hingga jenjang kuliah," ujar KDM.

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved