Naskah Khutbah Jumat
Naskah Singkat Khutbah Jumat 25 April: Rezeki Mengalir Berkah, Berkat Amalan yang Sering Dilupakan
Berikut ini terdapat Naskah Khutbah Jumat 25 April 2025/ 26 Syawal 1446 H: Rezeki Mengalir Berkah dari Amalan yang Sering Dilupakan
Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: Dedy Herdiana
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Setiap kita tentu menginginkan rezeki yang lancar dan penuh keberkahan. Namun, tidak semua orang menyadari bahwa salah satu kunci utama untuk membuka pintu rezeki terletak pada lisan dan hati yang senantiasa dipenuhi dengan istighfar, yaitu permohonan ampun kepada Allah swt. Istighfar bukan sekadar ucapan ritual, melainkan bentuk kesadaran dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah swt. Dalam Al-Qur’an surat Nuh ayat 10-12 disebutkan:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 25 April 2025/ 26 Syawal 1446 H: Merengkuh Sukses Hidup dengan Sabar
Artinya, “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.(Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”
Syekh Ahmad bin Muhammad As-Shawi Al-Maliki dalam Kitab Hasyiyatus Shawi 'ala Tafsiril Jalalain juz IV, halaman 326, menyebutkan bahwa istighfar menjadi kunci dari berbagai permasalahan seperti sempitnya rezeki dan berbagai permasalahan yang komplek Diriwayatkan dari Al-Hasan, suatu ketika datang kepadanya orang-orang dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Orang pertama mengadu tentang kondisi ekonominya yang begitu terpuruk.
Kebutuhan keluarga yang ia tanggung tak dapat ia cukupi. Orang kedua mengadu tentang kondisi di mana ia belum dikarunia keturunan oleh Allah swt. Ia menginginkan buah hati sebagai penerusnya. Orang ketiga adalah seorang petani yang tidak pernah mendapatkan hasil maksimal dari tanamannya. Selam bercocok tanam, ia selalu menghadapi permasalahan seperti hama dan kekeringan yang melanda.
Mendengar keluhan dari orang-orang tersebut, Al-Hasan hanya menjawab dengan satu kalimat: اِسْتَغْفِرِ اللهَ
Artinya, "Bacalah istighfar, mintalah ampunan kepada Allah." Mendengar jawaban yang singkat ini, Rabi' bin Shahib pun memberanikan diri untuk bertanya: “Wahai Al-Hasan, banyak orang yang mendatangimu dengan mengadukan berbagai hal dan meminta (pertolongan) bermacam-macam kepadamu. Tapi mengapa hanya istighfar yang kau jadikan sebagai solusi jalan keluar?" Al-Hasan pun terdiam, kemudian ia hanya membacakan Surat Nuh ayat 10-12 ini.
Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 18 April 2025: Bertutur yang Baik atau Diam
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa memohon ampun dengan senantiasa membaca istighfar mampu menjadi solusi dari berbagai permasalahan. Rasulullah pun telah mengajarkan kita berbagai redaksi bacaan istighfar di antaranya adalah Sayyidul istighfar yakni:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ
Artinya, “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau.”
Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi dianjurkan untuk memasukkan Sayyidul Istighfar ke dalam doa harian. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Syaddad bin Aus:
وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Artinya, “Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga.”
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 18 April 2025/ 20 Syawal 1446 H: Syawal dan Arti Kemenangan Sesungguhnya
Naskah Khutbah Jumat Terbaru
Naskah Khutbah Jumat Hari Ini
Naskah Khutbah Jumat
Contoh Teks Khutbah Jumat
Teks Khutbah Jumat
khutbah Jumat
rezeki
Naskah Khutbah Jumat 25 April 2025: Menuju Bulan Dzulqadah dan Faedah Peristiwa Penting di Dalamnya |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 18 April 2025: Cobaan Sebagai Tanda Cinta dari Allah SWT |
![]() |
---|
Naskah Singkat Khutbah Jumat 18 April 2025: Bertutur yang Baik atau Diam |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 18 April 2025: 5 Golongan yang Dikhawatirkan Su’ul Khotimah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.