Ramadan 2025

Naskah Kultum 17 Ramadhan 1446 H Bertema Spesial Malam Nuzulul Quran

3 Naskah Kultum 17 Ramadhan 1446 H, Spesial Malam Nuzulul Quran dengan Makna Menyentuh

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
TribunPriangan.com
Ilustrasi Ayat Al-Quran (Ayat Al-quran Surah Al-Hud (TribunPriangan.com/ Lulu Aulia Lisaholith) 

TRIBUNPRIAGAN.COM - Bulan Ramadhan merupakan bulan yang memiliki banyak keistimewaan di dalamnya.

Pada bulan yang mulia ini, tercatat banyak peristiwa bersejarah dalam Islam terjadi. 

Salah satunya ialah peristiwa turunnya Al-Qur’an secara global dari Lauhul Mahfudz menuju Baitul Izzah di langit dunia sebagai bentuk pengagungan terhadap Al-Qur’an. 

Momen turunnya Al-Qur’an pada bulan ini menjadikan bulan Ramadhan memiliki nama lain yaitu Bulan Al-Qur’an. 

Disamping itu, Ramadhan datang dengan segala keutamaan.

Baca juga: 30 Tema Pidato atau Kultum Nuzulul Quran 2025 Bertema Kitab Suci Al-Quran Sebagai Penyelamat Hidup

Selama sebulan penuh, umat Islam seluruh dunia serentak melaksanakan ibadah puasa dengan niat memenuhi perintah Allah.

Dalam Islam, selain bernilai ibadah dan bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya, puasa memiliki banyak keutamaan.

Selain berpuasa, para muslim diwajibkan untuk terus memperbaharui keimanannya di bulan sebagai nilai tambah pahala.

Salah satu amalan penambah iman di bulan adalah mendengar kultum dari penceramah.

Kultum adalah akronim dari kuliah tujuh menit yang berisi pesan atau nasihat kebaikan kepada sesama muslim di depan umum.

Baca juga: Naskah Kultum Tarawih Singkat 16 Ramadan 1446 H/16 Maret 2025: Menjadi Lebih Sabar Setelah Ramadan

Kultum biasanya disampaikan oleh pendakwah, ustaz, tokoh atau para bapak yang memiliki tanggung jawab untuk mengisi sesi tersebut.

Nah, di bulan Ramadhan, kultum biasanya mudah ditemui dan disampaiakan sebelum buka puasa, sebelum salat tarawih atau sesudah subuh.

Selama bulan Ramadhan kita akan sering bertemu dengan sesi kultum di berbagai ranah, seperti masjid, mushola, suro, bahkan disiarkan sebagai tayangan TV, Youtube, dan lain-lain.

Untuk menghidupkan malam awal Ramadhan dengan semangat beribadah, beriktu ini TribuPriangan.com telah menyediakan 3 naskah kultum atau ceramah salat Tarawih Ramadhan 2025 khusus mengenai Malam Nudzulul Quran, dengan berbagai tema yang bermakna mendalam.

3 Naskah Kultum Tarawih Ramadhan 2025: Malam Nudzulul Quran

NASKAH KULTUM RAMADHAN - Naskah Kultum Ramadhan 1446 H: Cocok Disampaikan saat Kuliah Subuh dan Kultum Tarawih. Ilustrasi Sholat Tarawih bulan Ramadhan di saff Wanita. (Dok: Printeres/Assunnah)
NASKAH KULTUM RAMADHAN - Naskah Kultum Ramadhan 1446 H: Cocok Disampaikan saat Kuliah Subuh dan Kultum Tarawih. Ilustrasi Sholat Tarawih bulan Ramadhan di saff Wanita. (Dok: Printeres/Assunnah) (Kolase TribunPriagan.com)

Baca juga: 20 Tema Kultum Ramadhan 2025 Bertemakan Semangat Beribadah di Bulan Ramadhan

1. Nuzulul Qur'an, Momen Mengenal Keagungan Al-Qur'an

Ma'asyiral muslimin, RahimakumuLlah..

Nuzulul Qur'an diperingati sebagai salah satu momen sejarah dalam ajaran Islam, yang dimaknai saat hari turunnya Al-Qur'an.

Dimana momen ini dapat dimaknai sebagai bukti untuk mengigatkan kembali apa al-Qur'an itu, bagaimana al-Qur'an diturunkan, serta mengingat kembali keagungan Al-Qur'an.

Dikutip dari NU Online, Secara bahasa, Al-Qur'an memiliki persamaan kata, yakni al-qiraah yang memiliki arti bacaan. Hal ini terungkap dalam QS. Al-Qiyamah ayat 17-18 berikut ini :  

إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ . فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ

Artinya, "Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu."  Kemudian para ulama mendefinisikannya dalam ilmu al-Qur'an, bahwa al-Qur'an :    

الْكَلَامُ الْمُعْجِزُ الْمُنَزَّلُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَكْتُوْبُ فِى الْمَصَاحِفِ الْمَنْقُوْلُ بِالتَّوَاتُرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلَاوَتِهِ   

Artinya : "Kalam (Allah SWT) yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, tertulis dalam mushaf yang dikutip secara mutawatir (berturut-turut dan dilakukan oleh banyak orang) serta dianggap beribadah dengan membacanya". (Muhammad Abdul 'Adhim Az-Zarqani, Manahilul 'Irfan Fi Ulumil Qur'an, [Beirut: Darul Kitab Al-'Arabi, 1995], Juz II, hal. 21).

Baca juga: Naskah Singkat Kultum Subuh 16 Ramadhan 1446 H/16 Maret 2025: Pentingnya Menjunjung Akhlak Mulia

Menurut pendapat yang masyhur, pada bulan Ramadhan, Al-Qur'an diturunkan secara keseluruhan dari Lauhul Mahfudz (pusat informasi semesta) ke Baitul 'Izzah (rumah ibadah penduduk langit) di langit dunia. Hal ini merujuk pada QS. Al-Baqarah: 185, QS. Ad-Dukhan: 3, dan QS. Al-Qadar: 1. Setelah itu, malaikat Jibril AS menurunkannya secara bertahap, yang berisi perintah, larangan, dan berbagai sebab. Proses penurunan Al-Qur'an secara bertahap ini berlangsung selama sekitar dua puluh tahun (Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakar al-Qurthubi, al-Jami' Li Ahkamil Qur'an, [Beirut: Muassasah al-Risalah, 2006], Jilid III, hal. 160-161). 

Kalam Allah SWT pada definisi di atas merupakan penegasan, bahwa tidak ada kalam manusia, jin dan malaikat di dalam Al-Qur'an. Dan sejalan dengan keagungan Allah SWT, kalam-Nya juga merupakan hal yang agung. Sehingga hal ini menarik minat umat Islam yang ingin diajak bicara oleh Allah SWT. Baik dengan membacanya maupun menghafalnya. 

Bagi mereka yang sekedar membaca Al-Qur'an, pahala berlipat Allah SWT janjikan setara dengan sepuluh kebaikan. Hal ini terungkap dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud RA, bahwa nabi SAW bersabda:   

مَنْ قَرَأْ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ  وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَزْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Artinya : "Rasulullah SAW bersabda : Siapapun yang membaca satu huruf dari kitab Allah SWT, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan setara dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akn tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, [Cairo: Dar At-Ta'shil, 2016], Jilid IV, hal. 38). 

Lebih lanjut, At-Tirmidzi menyampaikan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ali bin Abu Thalib RA, yang ditujukan kepada mereka yang menghafal Al-Qur'an dan mendalami isinya. Dalam hadits tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan Al-Qur'an, seseorang yang memahami dan mengamalkan ajarannya akan mengetahui mana yang halal dan mana yang haram.  

Baca juga: Naskah Singkat Kultum Subuh 16 Ramadhan 1446 H/16 Maret 2025: Pentingnya Menjunjung Akhlak Mulia

Selain dijanjikan masuk surga, orang tersebut juga akan diberikan kewenangan untuk memberi syafaat sepuluh orang dari keluarganya yang divonis masuk neraka agar dapat masuk surga. Nabi SAW bersabda:

 مَنْ قَرَأَ الْقُزآنَ فَاسْتَظْهَرَهُ فَأَحَلَّ حَلَالَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ أَدْخَلَهُ اللّهُ بِهِ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ 

Artinya, "Siapa saja yang membaca Al-Qur'an dan menghafalkannya, kemudian menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur'an, dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Al-Qur'an, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dengan Al-Qur'an tersebut dan memberi syafaatnya kepada sepuluh orang dari keluarganya, yang semuanya [pada awalnya] telah ditetapkan masuk neraka." (Sunan At-Tirmidzi, Jilid IV, hal. 31).   

Keagungan Al-Qur'an tidak hanya terbatas pada aktivitas membaca dan menghafalnya, tetapi juga dapat dilihat dari kemampuannya dalam menjawab berbagai tantangan manusia yang mengingkarinya.   

Di sisi lain, Al-Qur'an juga mampu melemahkan tantangan-tantangan tersebut. Kemampuan ini dikenal dengan istilah i'jazul Qur'an, yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat, bahkan menjadi mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Menurut As-Suyuthi, kebesaran mukjizat Al-Qur'an dapat dilihat dari sisi rasionalitasnya. Jika mukjizat para nabi terdahulu bersifat indrawi, seperti unta Nabi Shalih AS dan tongkat Nabi Musa AS, maka seiring wafatnya para nabi tersebut, mukjizat mereka hanya tinggal cerita.   

Tidak ada satu pun manusia yang dapat melihatnya, apalagi menirunya. Sedangkan mukjizat Al-Qur'an tetap ada sepanjang masa, seiring perkembangan rasionalitas manusia itu sendiri. (Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulumil Qur'an, [Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 2008], hal. 645). Salah satu contoh mukjizat Al-Qur'an yang mengajak manusia modern berpikir secara serius adalah proses perkembangan janin manusia yang terungkap dalam QS. Al-Mu'minun ayat 12-14.   

Ayat ini disampaikan pada masa ketika belum ada ilmu kedokteran modern seperti saat ini. Selain itu, ayat tersebut disampaikan oleh sosok yang tidak mampu membaca dan menulis. Berdasarkan fakta ini, para dokter modern termotivasi untuk mengembangkan ilmu kedokteran hingga muncul cabang spesialisasi dokter kandungan. Motivasi inilah yang menurut Manna'ul Qathan disebut sebagai i'jazul ilmi (Manna'ul Qathan, Mabahits fi Ulumil Qur'an, hal. 270). 

Pada akhirnya, memperingati Nuzulul Qur'an pada bulan Ramadhan tidak sekadar mengenang bagaimana Al-Qur'an diturunkan, tetapi juga menjadi media untuk memantapkan keyakinan umat Islam terhadap keagungannya. Hal itu dapat dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan mengamalkan isi Al-Qur'an. Wallahu A'lam.

Baca juga: Naskah Kultum 14 Ramadhan 1446 H/ 14 Maret 2025: Ramadhan Barometer Kesuksesan Setahun ke Depan

2. Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah 

Kita tentu masih mengingat peristiwa bersejarah ketika Nabi Muhammad Saw. menerima wahyu pertama dari Tuhannya. Peristiwa ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Saat itu, Nabi yang sedang beruzlah tiba-tiba didatangi malaikat Jibril yang membawa risalah dari Allah Swt.   

Kita tentu masih mengingat peristiwa bersejarah ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama dari Tuhannya. Peristiwa ini tentu memberikan pelajaran berharga. Saat itu, Nabi yang sedang uzlah tiba-tiba didatangi malaikat Jibril yang membawa risalah dari Allah Swt.   

Tiba-tiba Jibril berkata, “Bacalah!” sedangkan Nabi Muhammad Saw yang sedang tertidur menjadi bangun dan bingung dibuatnya. Sehingga Nabi menjawab seruan tersebut dengan berkata, “Apa yang akan aku baca?” dialog ini berlangsung lama dengan beberapa kali pengulangan kalimat yang sama. Sampai pada akhirnya, Jibril membacakan QS. Al-Alaq ayat 1-5.   

Sebagaimana hal ini diabadikan oleh Ibnu Hisyam dalam kitab Sirahnya, jilid 1, halaman 220-221:  

 قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَجَاءَنِي جِبْرِيْلُ وَأَنَا نَائِمٌ بِنَمَطِ مِنْ دِيبَاجٍ فِيْهِ كِتَابٌ فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ قُلْتُ: مَا أَقْرَأُ؟ قَالَ ‌فَغَتَّنِي ‌بِهِ ‌حَتَّى ‌ظَنَنْتُ ‌أَنَّهُ ‌الْمَوْتُ ثُمَّ أَرْسَلَنِيْ، فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ قُلْتُ: مَا أَقْرَأُ؟ قَالَ ‌فَغَتَّنِيْ ‌بِهِ ‌حَتَّى ‌ظَنَنْتُ ‌أَنَّهُ ‌الْمَوْتُ. ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ قُلْتُ: مَاذَا أَقْرَأُ؟ قَالَ ‌فَغَتَّنِيْ ‌بِهِ ‌حَتَّى ‌ظَنَنْتُ ‌أَنَّهُ ‌الْمَوْتُ ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ اِقْرَأْ قَالَ فَقُلْتُ: مَاذَا أَقْرَأُ؟ مَا أَقُوْلُ ذَلِكَ إِلَّا افْتِدَاءً مِنْهُ أَنْ يَعُودَ لِي بِمِثْلِ مَا صَنَعَ بِي، فَقَالَ {اقْرَأْ بِاسْمِ رَبّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 – 5] قَالَ فَقَرَأَتُهَا ثُمّ انْتَهَى، فَانْصَرَفَ   

Artinya: “Rasulullah Saw bersabda: Jibril mendatangiku saat aku sedang tertidur dengan selimut yang terbuat dari sutera. Jibril tiba-tiba berkata, “Bacalah!”, aku menjawab, “Apa yang akan aku baca?” Ketika itu Jibril memelukku sehingga aku mengira bahwa ia adalah malaikat maut, setelah itu dia melepasku.   

Selanjutnya Jibril kembali berkata, “Bacalah!” Nabi melanjutkan ceritanya, aku menjawab, “Apa yang akan aku baca?” Jibril memelukku lagi sehingga aku mengira bahwa ia adalah malaikat maut, setelah itu dia melepasku.   

Setelahnya Jibril mengulangi perkataannya, “Bacalah!” Nabi melanjutkan, aku menjawab, “Apa yang akan aku baca?” Jibril memelukku lagi untuk yang sekian kalinya sehingga aku mengira bahwa ia adalah malaikat maut, setelah itu dia melepasku kembali.   

Kemudian Jibril mengulang perkataannya untuk yang keempat kalinya, “Bacalah!” Nabi melanjutkan kisahnya dengan berkata, aku menjawab, “Apa yang akan aku baca?” Nabi berkata lagi, “Tidaklah aku mengatakan hal demikian, kecuali semata-mata untuk merespons apa yang Jibril lakukan kepadaku.”  

Sehingga pada akhirnya Jibril berkata, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmu-lah Yang Maha mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5) Nabi bercerita, lalu aku mengikuti bacaan tersebut dan Setelahnya Jibril pergi.   

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah 

Bukan tanpa sebab, ternyata Allah Swt menurunkan wahyu pertama berupa perintah sebagai landasan utama dalam membangun aspek fundamental yang diperlukan untuk mewujudkan reformasi masyarakat. Salah satu caranya ialah dengan menanamkan kesadaran tentang keberadaan Tuhan yang dapat dicapai melalui proses membaca.  

Melalui penguatan literasi dan peningkatan spiritual dapat mengantarkan peradaban manusia yang semula berada dalam kehidupan jahiliah, berkembang, dan berubah menjadi zaman pencerahan dengan datangnya cahaya Islam.  

Dengan sering membaca, manusia diharapkan bisa bertransformasi menjadi makhluk yang lebih baik. Nasiruddin al-Baidhawi dalam kitab Anwaruttanzil wa Asrarutta’wil, jilid 5, halaman 325, menjelaskan bahwa QS. Al-Alaq ayat 1-2 menggambarkan tentang perintah Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan manusia  secara umum untuk membaca Al-Qur’an, berupaya menyebut nama Allah saat memulai membacanya serta menampilkan hikmah luar biasa tentang proses penciptaan manusia yang berasal dari segumpal darah.   

Selanjutnya, dalam ayat 3-5 menggambarkan tentang keistimewaan Allah Swt yang telah memerintahkan hambanya untuk membaca, memberikan ilmu pengetahuan dan mengajarkan apa yang tidak mereka ketahui.   

Jamaah kaum muslimin yang dirahmati Allah Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semua peristiwa yang terjadi merupakan ketetapan Allah yang dihiasi dengan pelajaran berharga untuk kehidupan manusia yang lebih baik.   Berkenaan dengan sejarah turunnya wahyu pertama dalam Nuzulul Qur’an, mengajarkan kita tentang urgensi membaca sebagai wasilah awal untuk mengubah peradaban umat manusia.   

Oleh karenanya, mari mengalokasikan waktu agar bisa menyempatkan diri untuk membaca guna menambah ilmu, pahala dan kedekatan bersama tuhan, khususnya dengan membaca Al-Qur’an.

Baca juga: Naskah Singkat Kultum Subuh 14 Ramadhan 1446 H/14 Maret 2025: Ghibah di Bulan Suci Ramadhan

3. Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah 

Bulan Ramadhan merupakan bulan mulia, penuh rahmat dan ampunan. Pada bulan yang mulia ini, tercatat banyak peristiwa bersejarah dalam Islam terjadi. Salah satu peristiwa yang tercatat dalam sejarah Islam di antaranya ialah bulan Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah: 185) 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah 

Syekh Nawawi al-Bantani dalam tafsirnya Marah Labid (juz I, halaman 61) menjelaskan bahwa ayat ini menerangkan fase pertama turunnya Al-Qur’an. Saat itu, Jibril membawa Al-Qur’an secara keseluruhan pada malam Lailatul Qadar, tanggal 24 Ramadhan, dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. 

Lalu, Jibril menyerahkannya kepada malaikat safarah (pencatat), yang kemudian menuliskannya di lembaran-lembaran. Lembaran-lembaran itu lalu disimpan di satu tempat di langit yang disebut Baitul Izzah. Setelah itu, Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW secara bertahap selama 23 tahun, sepanjang masa kenabian. 

Turunnya ayat-ayat ini sesuai dengan kebutuhan, kadang satu ayat, dua ayat, tiga ayat, atau bahkan satu surat utuh. Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Kitab ini memiliki banyak keistimewaan. Selain menjadi kitab samawi terakhir, Al-Qur’an juga merupakan satu-satunya kitab yang turun dalam dua fase. Syekh Manna Al-Qathan dalam kitabnya Mabahits fi Ulumil Qur’an (halaman 96) menjelaskan bahwa, sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Abbas dan disepakati mayoritas ulama, Al-Qur’an mengalami dua fase turunnya. 

Fase pertama disebut fase inzali, yaitu turunnya Al-Qur’an secara global dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia sebagai bentuk pengagungan terhadap Al-Qur’an. Fase kedua disebut tanzili, yaitu turunnya Al-Qur’an secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun, sesuai dengan peristiwa yang terjadi dan mempertimbangkan sebab turunnya ayat. 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa bulan Ramadhan juga menjadi waktu di mana Nabi Muhammad SAW mendaras Al-Qur’an bersama Malaikat Jibril. Karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan yang mulia ini, dengan niat meneladani Nabi Muhammad SAW. Momen turunnya Al-Qur’an serta semangat Nabi dalam mendarasnya inilah yang kemudian membuat Ramadhan juga disebut sebagai Syahru Nuzulil Qur’an wa Tilawatih (bulan turunnya Al-Qur’an dan bulan membacanya). 

Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa di bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW menjadi lebih dermawan, dan setiap hari bertemu Jibril untuk membaca Al-Qur’an. Seperti halnya puasa, Al-Qur’an juga akan memberikan syafaat di hari kiamat. Salah satunya dalam hadits riwayat Ibnu Abbas yang artinya sebagai berikut: 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌أَجْوَدَ ‌النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ 

Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA, berkata, ‘Rasulullah saw merupakan orang yang paling dermawan dan ia sangat dermawan saat bertemu malaikat Jibril. Jibril menemuinya setiap malam pada bulan Ramadhan dan membaca Al-Qur’an dengan Nabi Muhammad SAW. Sungguh Rasulullah saw ketika bertemu Jibril sangat dermawan dengan kebaikan dibandingkan angin yang berhembus’.” (HR. Bukhari). 

Kesimpulannya, di bulan Ramadhan kali ini, mari kita tingkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT, salah satunya dengan memperbanyak tadarus Al-Qur’an. Kita bisa menjalankan program one day one juz (satu hari satu juz) atau program lain yang membantu kita membiasakan diri membaca Al-Qur’an. Semoga ini menjadi langkah awal untuk terus membaca Al-Qur’an, bahkan setelah Ramadhan berakhir. Dengan begitu, kita telah memanfaatkan bulan Ramadhan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri dan mempererat hubungan kita sebagai hamba dengan Allah SWT. Semoga kita termasuk orang-orang yang benar-benar memanfaatkan bulan suci ini dan menjadi bagian dari mereka yang disebut dalam firman-Nya sebagai orang-orang yang bertakwa.

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved