Ramadan 2025

10 Naskah Kultum Ramadhan 1446 H/2025 Bertema Full Puasa, Bisa Disampaikan saat Subuh dan Tarawih

10 Naskah Kultum Ramadhan 1446 H/ 2025 Bertema Full Puasa , Bisa Disampaikan saat Subuh dan Tarawih

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Kolase TribunPriagan.com
NASKAH KULTUM RAMADHAN - Naskah Kultum Ramadhan 1446 H/ 2025 berbagai tema. Ilustrasi Sholat Tarawih bulan Ramadhan. (Dok: Arsip TribunPriangang.com/Tribuncirebon.com/Handhika Rahman) 

Bulan Ramadhan merupakan ladang pahal dan kebaikan. Salah satu amalan sunnah yang dianjurkan yakni banyak bersedekah. 

Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus dalam kebajikan. Dan menjadi paling baik saat bulan Ramadhan ketika Jibril as. mendatanginya, seperti dalam hadits berikut:

Adalah Rasulullah SAW orang yang sangat murah dengan sumbangan. Dan saat beliau paling bermurah adalah di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. (HR Bukhari dan Muslim).

Hadirin yang Dirahmati Allah

Salah satu bentuk sedekah di Bulan Ramadhan yakni memberi makan saat berbuka. Amalan inisangat dianjurkan karena balasannya sangat besar sebesar pahala orang yang diberi makan itu tanpa dikurangi. Bahkan meski hanya mampu memberi sabutir kurma atau seteguk air putih saja. Tapi lebih utama bila dapat memberi makanan yang cuup dan bisa mengenyangkan perutnya.

Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:

"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan pertama pahalanya dilipatgandakan. Hal ini sebagaiman disebutkan dalam hadits berikut:

مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخُصْلَةٍ مِنَ الخَيْرِ كَانَ كَمْنَ أَدَّى فَرِيضَةً فِيما سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً كَانَ كَمَنْ أدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ

Latin: Man Taqarraba fiihi bikhushlatin minal khairi kaana kaman adan fariidhotan fiima siwaahu, waman adan fiihi fariidhatan kaana kaman adan sab'iina fariidhotan fiima siwaah.

Artinya: Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan satu kebaikan di bulan ramadhan maka pahalanya sama dengan pahala melakukan perbuatan yang fardhu (wajib) di selain bulan ramadhan. Dan barangsiapa melakukaan satu perbuatan wajib di bulan Ramadhan maka pahalanya sama dengan melakukan 70 perbuatan wajib di selain bulan Ramadhan.

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan selanjutnya akan mendapat pahala seperti orang yang diberi makan berbuka tanpa dikurangi sedikit pun.

"Siapa yang memberi makan (saat berbuka) untuk orang yang puasa, maka dia mendapat pahala seperti pahala orang yang diberi makannya itu tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya. (HR At-Tirmizy, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaemah).

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan selanjutnya akan dibalas 700 kali lipat.

"Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. (HR. Muslim).

Keutamaan sedekah di Bulan Ramadhan berikutnya merupakan amalan utama. Karena itu, manfaatkan momentum Bulan Ramadhan untuk banyak bersedekah.

Dari Anas bin Malik ra yang diriwayatkan secara marfu', "Sedekah yang paling afdhal adalah yang diberikan di bulan Ramadhan." (HR Tirmizy).

Baca juga: Naskah Kultum Tarawih Singkat 2 Ramadhan 1446 H/2 Maret 2025: Ramadhan Penuh Berkah

3. Kultum Ramadhan: Ramadhan Bulan Bercermin Diri

Sudah berapa kali kita berjumpa Ramadhan? Bagaimana kita memaknaiRamadhan selama ini? Apakah kita biasa melaluinya begitu saja? Ataukahkita menjalaninya dengan biasa-biasa saja? Ataukah kita benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkannya untuk mengubah diri kitamenjadi lebih baik lagi? Jika kita ingin benar-benar mengistimewakan dan mengoptimalkanRamadhan, tidak bisa tidak kita harus memahami hakikat Ramadhan. 

Seberapa bersemangat dan seberapa mampu kita memanfaatkan Ramadhanpada setiap menit dan detiknya, merupakan indikasi ketaqwaan kita kepadaAllah. Dari sini kita bisa menilai diri kita, apakah kita termasuk hamba Allah yang dzalimun linafsihi (masih suka menganiaya diri sendiri), atau yang muqtashid (yang pas-pasan saja), ataukah yang sabiqun bil khairat  (yangbergegas dalam melaksanakan berbagai kebaikan).

Di samping itu, Ramadhan juga merupakan sarana yang sangat tepat bagikita untuk bercermin diri. Sebuah hadits muttafaq ‘alaih menyatakan bahwa selama bulan Ramadhan syetan-syetan dibelenggu.

Nah, jika setan-setan telah dibelenggu tetapi kita masih saja melakukan dosa dan kemaksiatan maka seperti itulah diri kita yang sebenarnya.

Rasulullah bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yangpenuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa di bulan ini …Barangsiapa tidak mendapat bagian kebaikannya, maka sungguh berarti iatelah dijauhkan dari rahmat Allah.”Pada bulan Ramadhan, Allah mencurahkan segenap rahmat-Nya melebihipada bulan-bulan lainnya. 

Pada bulan ini, Allah melipatgandakan pahala amalkebaikan, memberikan semangat ketaatan kepada hamba-hamba-Nya, danbahkan memberikan bonus satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu Lailatul Qadr. 

Karena itu, rugilah kita jika selama bulan ini kita tidakmemanfaatkan limpahan rahmat Allah yang sedemikian besar.

Baca juga: Naskah Kultum 3 Ramadhan 1446 H/ 3 Maret 2025: Hikmah dan Manfaat Penting Mejalankan Ibadah Puasa

4. Kultum Ramadhan : Menjaga Mulut dan Kemaluan

Perbuatan yang paling banyak menyebabkan masuk surga adalah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik, sementara yang paling banyak menyebabkan masuk neraka adalah mulut dan kemaluan (HR. Turmudzi dan Ibnu Hibban). 

Sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Baqarah [2]: 183 bahwa puasa sebagai sarana latihan yang diharapkan menghasilkan peserta atau pelaku yang berpredikat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). 

Ini sebagai isyarat bahwa diwajibkannya puasa bukan untuk puasa itu sendiri. Puasa adalah media pembelajaran yang disediakan Allah bagi manusia yang bukan saja sebagai makhluk individual tapi juga sebagai makhluk sosial.

Dalam kedudukannya itu, maka manusia yang bertaqwa adalah mereka yang bukan saja baik secara individual tapi juga baik secara sosial. Karenanya puasa memiliki dua dimensi yang integratif, seperti dua sisi mata uang, yaitu dimensi individual vertikal dan dimensi sosial horizontal. 

Tidak terpenuhinya dua dimensi puasa itu secara bersamaan, menjadikan pelakunya kehilangan relevansi dan puasanya menjadi meaningless (tidak bermakna).

Taqwa menjadi standar moral tertinggi dalam Islam dan atas dasar taqwa itu pula seseorang dinilai baik, karena taqwa sebagaimana dijelaskan HR. Thabarani merupakan simpul segala kebaikan (jaami’u kulli khair). 

Hal ini dapat dimengerti, karena dengan taqwa, seseorang akan berlaku adil terhadap diri dan orang lain, tidak diskriminatif baik atas dasar agama, ras, etnik, suku maupun gender, dapat selalu menghidupkan tali kasih antar sesama dan lain-lain. Pantas kalau Allah menyatakan bahwa hamba yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertaqwa (QS. al-Hujurat [49]:13). 

Melalui puasa yang benar diharapkan lahir sikap-sikap tersebut, sehingga berbagai bentuk kekerasan sosial seperti marginalisasi, stereotipe, sub-ordinasi, dan ketidakadilan berkurang atau bahkan hilang.

Secara literal, taqwa adalah menjaga, memelihara dan melindungi diri dari segala hal yang akan menyakiti, merusak dan menghancurkan diri baik langsung atau tidak, dan baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. 

Makna taqwa seperti ini paralel dengan sabda Nabi yang menyatakan bahwa puasa adalah benteng (HR. Bukhari dan Muslim) yang akan melindungi pelakunya dari perilaku negatif. 

Di antara tubuh kita yang perlu dijaga, lebih-lebih pada saat puasa adalah mulut, perut dan kemaluan. Mengapa ketiganya perlu dijaga dan dipelihara, karena ternyata ketiganya merupakan sumber penyakit individual dan sosial. Betapa banyak penyakit dan persoalan sosial yang muncul akibat ketiganya tidak terjaga.

Langkah-langkah menjaga, memelihara dan melindungi ketiganya adalah dengan menekan agar orientasi hidup kita tidak hanya pada pemenuhan kepentingan makan, menumpuk kekayaan dan menuruti kebutuhan seksual. 

Bila kita yang puasa saja masih terjebak pada orientasi tersebut, maka hakekatnya kita mengalami fiksasi atau hambatan kepribadian. Akibat mengalami hambatan kepribadian, maka pemiliknya akan kehilangan kepekaan sosialnya, kurang peduli terhadap penderitaan sesama, tidak empatik dan lebih parah lagi cenderung sulit mengakui kesalahan yang telah dilakukannya. 

Orang seperti ini, hakekatnya belum dewasa secara psikologis apalagi secara spiritual. Puasa mendidik pelakunya untuk menjadi manusia dewasa. 

Baca juga: NASKAH KULTUM RAMADHAN Hari Ini, Sambut Idul Fitri 1445 Hijriah, Minal Aidin Wal Faidzin

5. Kultum Ramadhan : Kekuatan Doa di Bulan Puasa

Dalam hidup ini, setiap orang pasti dihadapkan dengan adanya pelbagai masalah. Terkadang kita mampu mengatasi, tetapi tak jarang pula merasa kesulitan, kewalahan atau bahkan gagal menghadapinya. 

Nah, di saat seperti itulah muncul kesadaran bahwa diri kita ini makhluk yang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Di saat itulah, semestinya kita kemudian ingat kepada dzat yang Maha Kuasa dan Mengatur segala sesuatu urusan dalam kehidupan ini—Dia adalah Allah Swt. 

Tapi sebagai hamba yang sering hilap dan lupa, kondisi ini sudah menjadi mafhum dari Sang Khaliq, agar setiap kita menghadapi persoalan dan ujian hidup senantiasa mengadu dan meminta kepada-Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat al-Baqarah (2: 186):

Ayat ini sudah cukup jelas, bahwa Allah sebenarnya begitu dekat kepada kita. Dan Dia telah menyatakan akan mengabulkan setiap permohonan hamba-Nya. Persoalannya, apakah kita mau meminta? Apakah kita yakin dengan permintaan kita? Apakah kita juga sudah menempatkan diri sebagai hamba-Nya yang setia dan menunaikan perintah-perintah-Nya? Orang yang beriman tentu saja akan menjadikan do’a sebagai salah satu jalan (wasilah) dalam meraih setiap keinginannya. 

Sebab dengan do’a, kita menjadi bagian dari setiap insan yang senantiasa beriman atas kekuasaan Allah.

Dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda dalam Hadist
Riwayat Abu Ya’la: “Doa adalah senjata bagi orang mukmin, dan menjadi tiang kekuatan agama, dan sebagai cahaya langit dan bumi.”

Orang yang berdoa, maka hatinya akan tentram. Jiwanya akan merasa lapang dan terang. Sebab, dia merasa telah bersandar kepada Sang Pemilik dan Penguasa Alam Semesta, yang mengatur kehidupan ini, sehingga orang yang berdo’a akan terhindar dari stress, gelisah, dan perasaan takut atau khawatir. 

Dengan kata lain, orang yang berdo’a akan terjaga kesehatan mentalnya. Orang yang beriman akan senantiasa meyakini, bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupannya adalah yang terbaik untuknya, karena semua diyakini merupakan kehendak dari Allah Swt. 

Adapun bagi orang yang tidak berdo’a, maka berarti dirinya telah merasa cukup tanpa adanya peran serta Sang Maha Kuasa. Orang tipe ini sangat mudah terkena goncangan batin, stress atau bahkan putus asa. Sebab, segala urusan hidupnya hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri.

Di bulan ramadhan ini adalah bulan yang terbaik untuk memperbanyak do’a. Sebab, suasana batin kita sangat kondusif, yaitu sedang dekat dengan Allah. Terlebih, ada pernyataan dari Nabi SAW, bahwa do’a orang yang berpuasa termasuk yang mustajabah. Seperti yang di Riwayatkan at Tirmidzi:

“Ada tiga orang yang tidak tertolak do’anya: (1) orang yang berpuasa hingga berbuka, (2) seorang penguasa yang adil, dan (3) do’a orang yang teraniaya. 

Do’a mereka diangkat Allah ke atas awan dan dibukakan baginya pintu langit, dan Allah berfirman: “Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.”

Dengan datangnya bulan yang penuh berkah ini, marilah kita gemar berdo’a, niscaya semua akan dikabulkan Allah Swt—“Insya Allah”. Setidaknya menjadi pertanda keimanan kita sehingga jiwa ini tetap sehat dan hati tentram dalam menjalani kehidupan di dunia.

Baca juga: NASKAH KULTUM RAMADHAN Hari Ini, Ikhtiar untuk Mencari Malam Lailatul Qadar, Berkah Ramadhan

Saudaraku Seiman.

Alhamdulillāh dihadapan kita ada sebuah bulan yang mulia bulan Ramadhān, bulan Ramadhān merupakan bulan kita bershaum yaitu berpuasa. Bulan Ramadhān adalah bulan untuk menempa kesabaran kita.

Pada saat kita berpuasa ditempa kesabaran kita di mana kesabaran yang ditempa di bulan Ramadhān ada 3 macam:

Sabar untuk Mentaati Allāh
Karena kita berpuasa untuk mentaati perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Sabar untuk Meninggalkan Maksiat
Karena saat kita berpuasa kita dianjurkan untuk meninggalkan perbuatan maksiat.
Sabar Menghadapi Musibah
Karena dahaga, lapar dan haus kita adalah musibah yang menimpa kita.
Maka di bulan Ramadhān ini kesabaran kita betul-betul ditempa, makanya bulan Ramadhān disebutkan juga dengan شَهْرُ الصبر yaitu bulan kesabaran.

Karena kesabaran itu saudaraku sekalian, merupakan pokok keimanan artinya modal keimanan.

Ali bin Abi Thālib berkata:

الصَّبْرُ مِنَ الْإِيمَانِ، بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ

“Sabar di dalam keimanan bagaikan kepala untuk badan kita.”

Sebagaimana badan kita tidak akan hidup tanpa kesabaran artinya badan kita tidak akan hidup tanpa kepala, demikian pula iman kita tidak akan hidup tanpa kesabaran.

Karena untuk masuk Surga itu berat, perintah-perintah Allāh tidak sesuai dengan hawa nafsu kita, sementara larangan-larangan Allāh sering kali sesuai dengan syahwat kita.

Di situlah kesabaran sangat kita butuhkan.

Maka saudaraku sekalian, terlebih betapa agungnya pahala kesabaran.

Allāh Ta’āla berfirman dalam Al-Qur’ān:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍۢ

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu diberikan pahala tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10)

Bayangkan!

Oleh karena itu pahala shaum (puasa) itu tanpa batas. Kalau amalan-amalan lain ditulis oleh Allāh 10 sampai 700 kali lipat. Tapi untuk shaum karena ia berhubungan dengan kesabaran maka pahalanya hanya Allāh yang Maha Tahu.

Betapa agungnya saudaraku sekalian shaum dan betapa kita sangat membutuhkan shaum, karena di situlah kesabaran kita sangat ditempa.

Di bulan Ramadhān ini kita akan ditempa kesabaran kita, sabar untuk berpuasa, sabar untuk shalat tarawih, sabar untuk membaca Al-Qur’ān, sabar untuk selalu di atas kebaikan, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan yang bisa merusak shaum kita.

Saudaraku Seiman

Maka kita berharap, mudah-mudahan di bulan Ramadhān ini kesabaran kita semakin meningkat, kita tidak lagi berkata bahwa kesabaran saya ada batasnya, tapi dengan adanya bulan Ramadhān kesabaran kita menjadi tidak terbatas. Kita terus bersabar di atas keimanan kita dan ketakwaan sampai kita meninggal dunia.

Semoga Allāh memberikan kepada kita kekuatan dengan datangnya bulan Ramadhān ini, dan dijadikan kita sebagai hamba Allāh yang sabar menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan yang menerpa. Sabar untuk mentaati Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan sabar untuk meninggalkan kemaksiatan kepada Allāh Azza wa Jalla.

7. Kultum Ramadhan : Spirit Ramadhan Bagi Orang yang Beriman

Bulan Ramadhan merupakan bulan rahmat dan ampunan dari Allah SWT, barangsiapa yang meminta ampunan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya. Bulan Ramadhan tidak akan terasa berat dijalani apabila iman di hatinya sangat kuat.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ۝١٨٣

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Lantas pertanyaannya adalah siapakah yang disebut orang beriman? Dalam hal ini Nabi Saw pernah bersabda:

"Rasulullah menjawab, "Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulnya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk." (HR. Muslim).

Disamping itu, dirasa penting mengetahui ciri-ciri orang beriman, sebagaimana Syekh Nawawi mengatakan ciri orang beriman terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 1-5:

الۤمّۤ ۝١ ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَۛ فِيْهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ ۝٢ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ ۝٣ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ ۝٤ اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْۙ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ۝٥

Artinya: "Alif Lām Mīm. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari tuhannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung."

Ciri pertama orang beriman yang akan dengan mudahnya melaksanakan ibadah puasa dengan berbekal kecintaan kepada Allah adalah:

1. Yaitu orang Islam yang percaya tanpa keraguan terhadap Al-Qur'an bahwa Al-Qur'an adalah kalamullah dan meyakini bahwa Al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang yang bertaqwa yang juga berarti sebagai rahmat sehingga mau belajar dan membaca Al-Qur'an.

2. Yaitu orang Aslam yang percaya kepada hal Ghaib dan membenarkannya seperti kebenaran tentang adanya surga, adanya neraka, jembatan sirath, hari pertimbangan amal manusia yaumul mizan, dsb. Sehingga mereka berupaya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

3. Mereka yang beriman dengan hatinya bukan hanya dengan mulutnya sehingga tulus ikhlas dalam menjalankannya.

4. Mereka yang mau mengerjakan salat berarti menyempurnakan salat lima waktu dengan syarat, rukun, dan sunah-sunahnya.

5. Mereka yang mau menafkahkan sebagian rezekinya, sebagian harta bendanya kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

6. Yaitu orang-orang yang percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al-Qur'an (Injil, Zabur, Taurat, serta suhuf-suhuf) sebagaimana puasa pun telah diwajibkan kepada orang-orang terdahulu.

7. Mereka yang percaya akan adanya kehidupan akhirat dan juga membenarkan segala sesuatu tentang akhirat, adanya kebangkitan alam kubur sesudah kematian, perhitungan amal Yaumul hisab, nikmat dan siksa kubur dan kenikmatan surga.

8. Mereka yang mau membuka pintu hidayah sehingga mau menerima petunjuk dari Allah SWT dan merekalah orang-orang yang beruntung, selamat dari murka dan siksa Allah SWT.

Dengan menilik ciri-ciri keimanan seseorang tersebut, maka Imam Al-Ghazali Hujjatul Islam mengatakan puasa orang yang sempurna yaitu mereka yang menjalankan ibadah puasa atas dasar keimanan dan kecintaan kepada Allah Swt dan kecintaan kepada Rasulullah SAW sehingga mereka tidak berat mengerjakannya, bertambah amal kebaikannya, meningkat ibadahnya, memperbanyak melaksanakan shalat sunnah, membantu orang lain, tadarus Al-Qur'an sehingga mereka yang menjalankannya kembali kepada kesucian. Dan ganjaran yang akan mereka dapatkan adalah ketakwaan dan kemuliaan.

Oleh karena itu, mari jadikan Ramadan sebagai sarana penghapusan dosa, mari jadikan Ramadan sebagai bulan penghambaan kepada Allah SWT agar kita menjadi hamba-hamba yang dikasihi dan disayangi olehnya.

8. Kultum Ramadhan: Meningkatkan Membaca Al-Quran Saat Ramadhan

Ramadan adalah bulan yang istimewa. Di bulan ini, Allah SWT melipatgandakan pahala setiap amal ibadah yang kita lakukan. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan kesempatan yang berharga ini untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah 1 lalu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Puasa Ramadan adalah ibadah yang agung. Di dalamnya terkandung banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi kita. Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan perbuatan yang tidak bermanfaat.

Namun, puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum. Puasa yang berkualitas adalah puasa yang disertai dengan peningkatan kualitas ibadah lainnya, seperti salat, membaca Al-Qur'an, bersedekah, serta melakukan amal kebaikan lainnya.

Salat adalah tiang agama. Oleh karena itu, mari kita jaga kualitas salat kita, baik salat wajib maupun salat sunnah. Perbanyaklah salat tarawih di malam hari, serta salat tahajud di sepertiga malam terakhir.

Membaca Al-Qur'an adalah amalan yang sangat dianjurkan di bulan Ramadan. Al-Qur'an adalah petunjuk bagi kita dalam menjalani kehidupan ini. Dengan membaca Al-Qur'an, hati kita akan menjadi tenang dan damai.

Bersedekah adalah amalan yang sangat mulia. Dengan bersedekah, kita tidak hanya membantu meringankan beban orang lain, tetapi juga membersihkan harta kita, serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Selain itu, mari kita perbanyak melakukan amal kebaikan lainnya, seperti membantu sesama yang membutuhkan, menjenguk orang sakit, serta berbuat baik kepada kedua orang tua.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan, serta mendapatkan ampunan dan ridha dari Allah SWT. Amin.

9. Kultum Ramadhan : Menjaga Diri dari Perbuatan Dosa di Bulan Ramadhan

Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keutamaan. Di bulan ini, setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup. Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan.

Rasulullah SAW bersabda, "Apabila telah masuk bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu setan-setan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, mari kita jaga diri kita dari perbuatan dosa di bulan Ramadan ini. Jauhilah segala perbuatan yang dapat membatalkan puasa, seperti berbohong, menggunjing, serta melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat.

Selain itu, hindarilah perbuatan-perbuatan dosa lainnya, seperti mencuri, berzina, serta melakukan perbuatan yang melanggar syariat agama.

Perbanyaklah istighfar dan memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan, serta mendapatkan ampunan dan ridha dari Allah SWT. Amin.

10. Kultum Ramadhan : Keutamaan Qiyamullail

Dari Jabir r.a., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,“Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yangseorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allahsuatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya(mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Qiyamullail adalah sarana berkomunikasi seorang hamba denganRabbnya. Sang hamba merasa lezat di kala munajat denganPenciptanya. Ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji SangPencipta.  Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sesuaidengan janjinya, akan mencintai hamba yang mendekat kepadanya.

Kalau Allah swt mencintai seorang hamba, maka Ia akan mempermudah semua aspek kehidupan hamba-Nya. Dan memberi berkah atas semua aktivitas sang hamba, baik aktivitas di bidang dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. 

Sang hamba akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati oleh sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.

Seorang muslim yang kontinu mengerjakan qiyamullail, pasti dicintai dan dekat dengan Allah swt. Karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita. “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itutradisi orang-orang shalih sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah,menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR.Ahmad).

Jika Anda ingin mendapat kemuliaan di sisi Allah dan di mata manusia,amalkanlah qiyamullail secara kontinu. Dari Sahal bin Sa’ad r.a., ia berkata, “Malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi saw. lalu berkata,‘Wahai Muhamad, hiduplah sebebas-bebasnya, akhirnya pun kamuakan mati. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Cintailah orang yang engkau mau, pasti kamu akan berpisah. Kemuliaan orangmukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan hargadirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain.

’”Orang yang shalat kala orang lain lelap tertidur, diganjar denganmasuk surga. Kabar ini sampai kepada kita dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abdullah bin Salam dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berikanlahmakanan, dan shalat malamlah pada waktu orang-orang tidur, kalianakan masuk surga dengan selamat.

Itu tadi 10 naskah singkat Kultum Ramadhan 2025, yang bisa dibagikan dalam artikel ini, semoga amal ibadah kita selama Bulan Ramadhan tahun ini diterima di sisi Allah Subhana Wataa'ala, Aamiin..

(*)

Baca artikel TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved