Naskah Khutbah Jumat

Teks Singkat Naskah Khutbah Jumat 6 Desember 2024: Berdakwahlah dengan Kata yang Bijak

Teks Singkat Naskah Khutbah Jumat 6 Desember 2024 : Berdakwalah Ditengah Umat dengan Kata yang Bijak

Penulis: Lulu Aulia Lisaholith | Editor: ferri amiril
Tribunnews
Naskah Khutbah Jumat 2 Februari 2024, Amalan-amalan Penting Dilakukan di Bulan Rajab 

Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita berdakwah. Ada tiga prinsip utama dalam dakwah yang terkandung dalam ayat tersebut: hikmah (kebijaksanaan), mauidhah hasanah (nasihat yang baik), dan jadilhum billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang lebih baik).

Pertama, dakwah dengan Hikmah (Bijaksana). Hikmah berarti kebijaksanaan. Dalam berdakwah, kita dituntut untuk bersikap bijaksana. Hal ini berarti kita harus mampu menyesuaikan pesan dakwah dengan kondisi, situasi, dan kemampuan orang yang kita dakwahi. Tidak semua orang bisa menerima dakwah dengan cara yang sama. Sebagian orang mungkin memerlukan pendekatan yang lembut, sebagian lagi memerlukan bukti-bukti yang rasional. Seorang dai yang bijaksana adalah yang mampu memahami siapa yang dihadapi dan bagaimana cara terbaik menyampaikan kebenaran kepada mereka.

Baca juga: Naskah Singkat Khutbah Jumat 29 November 2024: Mewujudkan Generasi Berkarakter Qurani

Nabi Muhammad saw adalah contoh terbaik dalam berdakwah dengan hikmah. Beliau selalu mempertimbangkan situasi dan kondisi orang yang dihadapinya. Ketika berhadapan dengan seorang badui yang datang ke masjid dan buang air kecil di dalamnya, Nabi tidak memarahinya dengan keras. Beliau menegur dengan lemah lembut dan memberikan pemahaman bahwa masjid adalah tempat yang suci. Sikap lembut Nabi ini membuat si badui merasa dihormati, sehingga ia menerima nasihat Nabi dengan hati terbuka.

“Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan.” (QS. Al-Ahzab: 45).

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad saw diutus sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Ini menunjukkan bahwa dalam berdakwah, kita perlu menyeimbangkan antara memberi motivasi dan peringatan. Kita harus bisa memberi kabar gembira tentang rahmat Allah, namun juga tidak melupakan untuk mengingatkan tentang ancaman bagi mereka yang melanggar perintah-Nya. Inilah bentuk dakwah yang bijak, menyeimbangkan antara motivasi dan peringatan.

Kedua, dakwah dengan Mauidhah Hasanah (Nasihat yang Baik). Dalam berdakwah, kita diperintahkan untuk memberikan mauidhah hasanah, yaitu nasihat yang baik. Nasihat yang baik adalah nasihat yang disampaikan dengan penuh kasih sayang, tanpa ada unsur merendahkan atau menyakiti hati orang yang kita dakwahi. Allah SwT sendiri mengajarkan kepada kita dalam Al-Qur’an bahwa nasihat yang baik harus disampaikan dengan bahasa yang lembut dan sopan.

Lihatlah bagaimana Allah memerintahkan Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS ketika mereka diutus untuk mendakwahi Fir’aun. Allah berfirman:

فَقُولَا لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ  

 “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha: 44).

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 29 November 2024: Cara Hadapi Cobaan dan Kesulitan Hidup Sebagai Seorang Mukmin

Bayangkan, kepada Fir’aun yang zalim dan sombong pun, Allah memerintahkan agar Nabi Musa dan Harun menggunakan kata-kata yang lemah lembut dalam menyampaikan dakwah. Ini adalah pelajaran besar bagi kita bahwa kelembutan dalam menyampaikan pesan kebenaran adalah cara yang efektif dalam berdakwah.

Jamaah yang dirahmati Allah

Ketiga, dakwah dengan Keteladanan. Keteladanan merupakan bagian penting dalam dakwah bil ihsan wal mauidhah hasanah. Seorang dai bukan hanya dituntut untuk pandai berbicara, tetapi juga harus mampu menampilkan akhlak yang baik sebagai contoh nyata bagi orang lain. Inilah yang disebut dengan dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan. Rasulullah saw sendiri adalah contoh sempurna dari seorang dai yang berdakwah dengan keteladanan. Akhlak beliau yang mulia menjadi daya tarik yang kuat bagi banyak orang untuk menerima Islam.

Allah SwT berfirman:

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Halaman
123
Sumber: Tribun Priangan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved