Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 29 November 2024: Kiat Menghamba dengan Baik Tanpa Selipan Sifat Riya

Naskah Khutbah Jumat 29 November 2024: Kiat Menghamba dengan Baik Tanpa Selipan Sifat Riya

Kompas.com
Ilustrasi shalat Idul Fitri. Simak lokasi Shalat Idul Fitri 1444 H di Medan dan sekitarnya yang diselenggarakan pada Jumat, 21 April 2023.(KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO) 

Sayyid Abdul Qadir ad-Day Thuthi rahimahullah berkata, wajib bagimu untuk memurnikan niatmu hanya untuk Allah swt dan jangan meremehkan hal ini serta merasa puas dengan tipu daya diri sendiri, karena itu akan membinasakanmu. Misalnya, jika dorongan dalam melakukan ibadah terdiri dari dua perkara: yang fana dan yang kekal, ini adalah salah satu bentuk riya’ yang paling sulit bagi para pemula, karena bentuk ini mirip dengan ketulusan dan sulit bagi mereka untuk menghilangkan riya’ tersebut, berbeda dengan riya’ yang murni, yang bisa dipahami dengan sedikit perenungan. 

Lebih lanjut, Sayyid Abdul Qadir ad-Day Thuthi berkata: Jika dorongan untuk yang kekal (ikhlas) lebih kuat daripada yang fana (riya’), maka amal tersebut tetap dianggap riya’. Sebagian ulama mengatakan, jika dorongan yang kekal lebih dominan, maka yang dihukumi adalah dorongan tersebut. Hanya saja, pernyataan ini berlaku bagi orang-orang awam yang notabennya belum mampu menempuh jalan spiritual. Sementara bagi mereka yang mampu menempuh jalan spiritual, tidak ada toleransi lagi dalam kondisi semacam itu. Namun, para ulama sepakat bahwa menyatukan niat adalah wajib, agar mereka hanya memiliki satu tujuan, yaitu Allah swt. Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Kedua, di antara bentuk lain adalah beribadah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, karena hal itu mirip dengan bekerja untuk upah. Para ulama berkata bahwa ini adalah alasan yang paling tersembunyi dan seseorang yang mengalaminya bisa saja merasa dekat dengan kehadirat Allah, tetapi kemudian dikatakan kepadanya, “Kembalilah, kamu bukan termasuk orang yang pantas berada di sini. Sesungguhnya, orang yang pantas berada di sini adalah mereka yang menyembah Allah karena menjalankan perintah-Nya dan menunaikan hak-hak-Nya.” 

Ketiga, di antara bentuk lembutnya riya’ adalah mengklaim memiliki maqam (tingkatan spiritual) sebelum mencapainya atau setelah mencapainya tetapi tidak berwenang untuk menunjukkannya. Orang yang mengklaim maqam seperti ini akan dijatuhi konsekuensi dengan dicabutnya maqam tersebut sehingga dia tidak akan pernah mencapainya lagi, sebagaimana telah terbukti dalam banyak pengalaman. 

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 29 November 2024 Hindari Sifat Suka Mengumbar Aib Diri dan Orang Lain

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah 

Keempat, di antara bentuk riya’ lainnya adalah menyukai perhatian orang terhadap ibadah dan hal-hal lain yang dilakukan. Syaikh Abu al-Hasan asy-Syadzili berkata: “Salah satu hal yang paling berbahaya bagi para murid adalah memperbanyak amal saleh dengan harapan agar dipuji, karena tidak akan ada yang didapatkan dari memperbanyak amal tersebut kecuali penolakan dan kebencian.” Ini sering kali samar dari para murid, sehingga mereka diwajibkan untuk merahasiakan amal mereka sebisa mungkin sampai mereka kuat dan mantap. Amal yang pada awalnya tidak diniatkan untuk mencari pujian orang lain saja bisa tergolong riya’ bila orang-orang memujinya dan murid terpengaruh akan pujian itu. 

Kelima, di antara bentuk riya’ lainnya adalah meninggalkan suatu amalan karena manusia. Syaikh Fudhail bin Iyadh berkata: “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, dan melakukan amal karena manusia adalah syirik. Ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.” Artinya, jika seseorang berniat melakukan ibadah tetapi meninggalkannya karena takut dilihat oleh orang lain, maka dia telah berbuat riya’ karena meninggalkannya demi manusia. 

Berbeda halnya jika dia meninggalkan suatu amal untuk dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka itu dianjurkan. Namun, jika amal tersebut adalah kewajiban seperti shalat fardhu atau zakat yang wajib dikeluarkan atau jika dia adalah seseorang yang diikuti oleh orang lain, maka menampakkannya lebih baik. Bentuk-bentuk riya’ yang samar masih sangat banyak. 

Semoga Allah Swt,
menyelamatkan kita dari penyakit hati ini, baik yang sharih maupun yang samar. Dan semoga Allah memberikan kesempatan dan kekuatan bagi kita untuk ikhlas beramal hanya kepadaNya. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 29 November 2024: Cara Sikapi Cobaan dan Kesulitan Hidup Sebagai Seorang Mukmin

Khutbah II

 اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوْا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

(*)

Baca artike TribunPriangan.com lainnya di Google News

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved