Kisah Sukses UMKM
Kisah Epi Siti Mudrikah Merintis Usaha Bordir di Tasikmalaya, Kini Produknya Dipajang di Qatar
Epi Siti Mudrikah mempertahankan bordir manual dengan motif-motif khas Tasikmalaya yang membuat produknya lebih berharga dan bahkan dipajang di Qatar
Penulis: Jaenal Abidin | Editor: Machmud Mubarok
Semakin hari usaha bordir Epi ini terus berkembang, tapi perjuangannya tidaklah gampang. Karena pada saat pengembangan usaha, dirinya harus berjuang merawat suami sedang sakit dengan anak yang masih kecil.
"Awalnya memang motivasi dan tidak kepikiran untuk jadi ini Sumber penghasilan, dan hanya ingin mengembangkan hobi saja," tuturnya.

"Tapi kebetulan Allah memberikan sesuatu dengan keluarga khususnya suami saya waktu itu sakit dan sakitnya pendarahan di otak waktu itu di usia 35 tahun," ucap Epi dengan mata nada pelan.
Bahkan di waktu itu kondisi suaminya tidak bisa apapun kembali seperti bayi hingga tak berjalan maupun berbicara.
"Kebetulan waktu itu saya masih punya anak kecil dan satu lagi bayi, tapi saya berpikir hidup harus tetap berjalan suami pun harus tetap diobati dan harus sembuh," ungkap Epi.
Epi pun memutar otak, membagi waktu mengurus anak hingga suaminya dan usahanya harus tetap berjalan.
"Ada motivasi dari suami yang sakit punya anak kecil jadi akhirnya saya ngebangun usaha ini dengan total betul-betul saya ingin berkembang dan saya ingin mengembalikan semuanya gitu," ujarnya.
Baca juga: Harga Bahan Baku Melejit hingga 50 Persen, Pengrajin Bordir Tasikmalaya Menjerit dan Berguguran
Setiap seminggu sekali Epi pun harus mengantar suaminya untuk kontrol ke rumah sakit yang membutuhkan biaya besar.
"Kebetulan saya sudah resign (keluar, Red) bekerja dari Apotek, dan untuk hidup saya di situ bekerja sendiri hingga bisa menjahit karena waktu SMP itu sempat belajar di sekolah," kata Epi.
Lambat laun dengan kesabaran dan ketekunan seorang Epi mampu bangkit menghidupi keluarganya sendiri dan mengurus dua anaknya.
"Awalnya pada saat itu anak saya memang masih kecil dan sedang belajar ngomong, di waktu yang sama suami pun belajar ngomong bareng anaknya, karena setiap hari terapi dan itu bukan waktu yang sebentar," ucapnya.
Karena merasa ini ujian dan tantangan harus dihadapi seorang Epi terus dijalani hingga harus membayar biar pengobatan ke rumah sakit dengan nominal yang luar biasa.
"Pada waktu itu, ada pelanggan yang meminta hasil karyanya dikirimkan ke Bandung, tanpa pikir panjang saya berangkat, dan suami hingga anak dititipkan ke orang tua," katanya.
Perjalanan yang cukup panjang akhirnya berbuah manis, pada saat itu suami Epi bisa sembuh total dan anaknya sudah mulai besa hingga usaha yang dirintis pun terus berkembang.
"Sampai sekarang suami saya bisa sembuh lagi bisa beraktivitas lagi anak saya bisa sekolah bisa mempunyai kehidupan yang layak seperti yang lain keajaiban Allah yang diturunkan luar biasa," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.