Gempa Megathrust

Siap Siaga Gempa Megathrust, Bey Machmudin Keluarkan Surat Edaran, Ini Hal Penting yang Dibahas

terkait Gempa Megathrust, Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada para Bupati/Wali Kota se-Jabar

|
Editor: Machmud Mubarok
Istimewa
Isu terkait potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut bukanlah hal baru. Bahkan, sudah ada sejak sebelum terjadinya gempa dan tsunami Aceh pada 2004. Foto Ilustrasi tsunami raksasa yang disebabkan gempa Megathrust. 

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG - Merespons informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), 
terkait kesiapsiagaan beberapa wilayah Zona Megathrust Indonesia yang diperkirakan  berpotensi terjadinya gempa besar dan tsunami, Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada para Bupati/Wali Kota se-Jawa Barat, 2 September lalu.

Dalam surat edaran itu, ada beberapa hal penting yang disampaikan Bey.

1. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)  dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bahwa Indonesia  sebagai wilayah Zona Megathrust memiliki potensi gempa bumi yang dapat  melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan dalam  berbagai kekuatan.

Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi  gempa bumi dengan tepat dan akurat, dari kapan, dimana dan berapa kekuatannya. 

2. Berdasarkan kajian para ahli terkait Zona Megathrust Selat Sunda merupakan  potensi bukan prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu.

Untuk itu  diperlukan upaya kesiapsiagaan yang terus menerus baik berupa mitigasi struktural  maupun non struktural dengan membangun bangunan aman gempa, merencanakan  tata ruang pantai yang aman tsunami serta membangun kapasitas masyarakat dalam  melakukan aksi dini untuk selamat jika gempa bumi dan tsunami terjadi. 

3. Mengambil Langkah-langkah dan Upaya kesiapsiagaan terhadap ancaman  Megathrust beserta dampak ikutannya, sebagai berikut : 

a. Menginstruksikan kepada seluruh instansi di wilayahnya masing-masing dan  warga masyarakat untuk lebih meningkatkan mitigasi non struktural sehingga  lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan terjadi bencana akibat adanya  seismic gap terutama di wilayah Zona Megathrust Pantai Selatan Jawa Barat; 

b. Meningkatkan mitigasi struktural di antaranya menyediakan dan memastikan  ketersediaan papan informasi, rambu bahaya, jalur evakuasi, Tempat Evakuasi  Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA), serta membangun EarlyDokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan  Siber dan Sandi Negara.

Dokumen digital yang asli dapat diperoleh dengan memindai QR Code, memasukkan kode pada Aplikasi NDE Pemerintah  Daerah Provinsi Jawa Barat, atau mengakses tautan berikut https://sidebar.jabarprov.go.id/v/342B1130F7 
342B1130F7  Warning System (EWS) atau peringatan dini berbasis kearifan budaya setempat  seperti kentongan, speaker masjid, alarm, dan sejenisnya. 

c. Pengecekan kembali kesiapan alat-alat peringatan dini dan sister komunikasi  kebencanaan, memastikan kesiapan tempat-tempat evakuasi dan memastikan  ketersediaan papan informasi, rambu rambu serta arah evakuasi yang memadai  terutama untuk wilayah Pantai Selatan Jawa Barat; 

d. Meningkatkan pelaksanaan edukasi, sosialisasi dan literasi kepada masyarakat,  serta melakukan simulasi penyelamatan diri saat terjadi gempa bumi dan tsunami  sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat  terhadap risiko gempabumi dan tsunami; 

e. Meningkatkan koordinasi kesiapan mekanisme kedaruratan seta melaksanakan  simulasi rencana kontingensi menghadapi ancaman bencana dengan melibatkan  seluruh stakeholder terkait; 

f. Meningkatkan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika  (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait  dengan informasi cuaca dan aktivitas seismik Zona Megathrust di wilayah 
masing-masing serta melakukan pemantauan secara berkala baik melalui  website maupun media lainnya; 

g. Koordinasi Penanganan Darurat bencana dapat menghubungi Pusdalops PB  BPBD Provinsi Jawa Barat di nomor telepon 022-73513621 atau Call Center  0823-1701-2056.

Baca juga: Isu Megathrust Tak Berpengaruh Pada Tingkat Kunjungan ke Pangandaran

Baca juga: Pesan BPBD Jabar kepada Para Aparat di Pangandaran soal Potensi Megathrust

Sebelumnya diberitakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan gempa megathrust terjadi. 

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG, Supartoyo mengatakan, megathrust merupakan suatu kejadian gempa bumi yang bersumber di laut akibat penunjaman, antara lempeng Indo-australia dan lempeng benua Eurasia yang membentang dari Barat Sumatera, Selatan Jawa, Papua, Sulawesi Utara dan Timur laut Halmahera. \

"Hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi secara akurat kapan, di mana dan berapa besar. Jadi, kalau ada yang menyebut prediksi itu bisa dipastikan hoax," ujar Supartoyo, Jumat (6/9/2024). 

Megathrust, kata dia, sudah menjadi isu hangat sejak 2004. Saat itu, profesor dari Brasil sempat meramalkan bakal terjadi gempa dengan kekuatan besar di barat Sumatera, khususnya Sumatera Barat dan Bengkulu yang menimbulkan tsunami.

"Waktu itu sempat heboh dan Kota Padang sempat kosong, pada sekitar akhir bulan Desember kalau tidak salah," katanya. 

Isu tersebut muncul lagi pada 2018 di selat Sunda. Saat itu, kata dia, disebutkan megathrust mampu menghasilkan tsunami lebih dari 30 meter.

"Lalu 2022 heboh juga dengan adanya serangkaian kejadian gempa bumi di selatan Jabar, lalu sekarang ramai lagi, jadi sebenarnya isu megathrust itu bukan hanya tahun ini, tapi sudah berulang berkali-kali dan Alhamdulillah belum ada kejadian gempa bumi setelah isu itu timbul, kecuali gempa megathrust di Pangandaran 2006," ucapnya. 

Daripada sibuk memprediksi kapan megathrust terjadi, kata dia, sebaiknya pemerintah dan masyarakat melakukan identifikasi wilayah-wilayah mana saja yang masuk dalam wilayah sumber gempa bumi megathrust.

"Badan Geologi yang telah menyusun peta rawan gempa bumi dan peta rawan tsunami. Semestinya ini dipakai sebagai antisipasi, sewaktu-waktu apabila goncangan gempa bumi megathrust itu terjadi," katanya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Daerah (BNPB) Jawa Barat menggelar apel kesiapsiagaan darurat kekeringan dan simulasi evakuasi potensi megathrust.

Apel ini dilaksanakan di Tempat Evakuasi Sementara (TES) Blok Pasar Wisata (PW) Pangandaran, Kamis (5/9/2024).

Selain dari BNPB, apel kesiapsiagaan ini juga diikuti oleh unsur TNI-Polri, Basarnas, SAR MTA, Sigab Persis, SAR Barakuda, Tagana, RAPI, AMS Rescue dan potensi SAR lainnya.

Melalui Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB Jawa Barat, Lilik Kurniawan; Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menyampaikan arahannya dalam apel kesiapsiagaan darurat kekeringan dan potensi megathrust.

Arahan pertama, perlu dipahami secara bersama bahwa negara republik Indonesia ini terbentuk dari pertemuan lempeng tektonik. 

Negara kita dikelilingi oleh subduction yang memungkinkan berpotensi terjadi gempa bumi besar dan memicu tsunami. Ini bisa terjadi kapan saja dan tidak ada yang bisa memprediksi waktu dan besarnya gempa yang akan terjadi," ujar Suharyanto dalam sambutannya seperti dibacakan Lilik.

Kedua, masyarakat dan pemerintah daerah (pemda) tidak perlu berlebihan dalam menyikapi isu megathrust. 

"Tapi, kita juga tidak boleh mengabaikan kesiapsiagaan kita. Mari kita jadikan momentum hari ini untuk mengingatkan kita semua untuk kembali melatih individu, keluarga dan komunitas untuk bisa melaksanakan evakuasi secara mandiri," ucapnya. (*)

 

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved