Naskah Khutbah Jumat
Naskah Singkat Khutbah Jumat 13 September 2024: Rasulullah Orang Pertama yang Memperingati Maulidnya
Berikut Ini disajikan Naskah Singkat Khutbah Jumat 13 September 2024: Rasulullah Orang Pertama yang Memperingati Maulidnya
Penulis: Riswan Ramadhan Hidayat | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUNPRIANGAN.COM – Berikut Ini disajikan Naskah Singkat Khutbah Jumat 13 September 2024: Rasulullah Orang Pertama yang Memperingati Maulidnya
Umat muslim akan segera memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Melihat dari Kalender Hijriah Indonesia dan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada Senin, 16 September 2024.
Jika merujuk pada sistem pergantian hari dalam kalender Hijriah, maka waktu dimulai sejak Minggu, 15 September 2024 malam.
Di Maulid Nabi nanti, jadikan sebagai rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Imam Muslim dalam kitab shahihnya menuliskan, Rasulullah SAW ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, beliau menjawab, "Hari itu adalah hari di mana aku dilahirkan." (HR Muslim).
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 September 2024, Kepemimpinan Nabi Muhammad Teladan Memimpin Negara
Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan puasa pada hari Senin sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.
Ini adalah isyarat dari Rasulullah SAW bahwa beliau mensyukuri hari kelahirannya.
Berbicara perihal Jumat esok hari, tepatnya di hari Jumat tanggal 13 September 2024, kita selaku laki-laki beragama muslim akan melaksanakan ibadah Salat Jumat.
Hari Jumat yang merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari pun diyakini oleh kaum muslimin sebagai hari yang penuh keberkahan.
Khusus untuk khutbah pada Jumat esok hari, berikut merupakan naskah khutbah Jumat yang sudah TribunPriangan.com rangkum seperti dilansir dari nu.or.id untuk tanggal 13 September 2024 esok hari bertemakan "Rasulullah Orang Pertama yang Memperingati Maulidnya".
Khutbah 1
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أمَّا بَعْدُ. فَاتَّقُوْا اللهَ يَا عِبَادَ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتُمْ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىَ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم وَاشْكُرُوْا اللهََ تَعَالىَ عَلىَ مَا مَنَّ عَلَيْنَا بِهِ مِنْ طُلُوْعِ هَذَا الْبَدْرِ الْمُنِيْرِ فِي هَذِهِ الدَّارِ الْفَانِيَةِ فَبِمُتَابَعَتِهِ وَوَسِيْلَتِهِ وَمَحَبَّتِهِ حَصَلَ النَّجَاةُ فِي تِلْكَ الدَّارِ الْآخِرَةِ الْخَالِدَةِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 September 2024: Bulan Maulid, Momentum Hidupkan Sunnah Nabi
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapanpun dan dimanapun, dalam keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira ataupun sedih. Karena dengan kita bertakwa, Allah SWT pasti akan menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Saat ini kita memasuki bulan Rabiul Awal, pada bulan ini tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M., lahirlah seorang bayi yang kelak akan membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia. Ayahnya bernama Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Muthalib meninggal kurang lebih 7 bulan sebelum ia lahir. Ibunya bernama Sayyidah Aminah al-Zuhriyyah binti Wahab, meninggal dunia saat sang buah hati berusia 6 tahun. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya, Sayyid Abdul Muthalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka'bah. Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, sebuah nama yang tidak mentradisi di kalangan kaum Quraisy pada waktu itu.
Disebutkan dalam kitab Dalail al-Nubuwwah karya pakar hadits kenamaan, Imam al-Baihaqi memuat riwayat sebagai berikut:
فَلَمَّا كَانَ الْيَوْمُ السَّابِعُ ذَبَحَ عَنْهُ، وَدَعَا لَهُ قُرَيْشًا، فَلَمَّا أَكَلُوا قَالُوا: يَا عَبْدَ الْمُطَّلِبِ، أَرَأَيْتَ ابْنَكَ هَذَا الَّذِي أَكْرَمْتَنَا عَلَى وَجْهِهِ، مَا سَمَّيْتَهُ؟ قَالَ: سَمَّيْتُهُ مُحَمَّدًا. قَالُوا: فَلِمَ رَغِبْتَ بِهِ عَنْ أَسْمَاءِ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: أَرَدْتُ أَنْ يَحْمَدَهُ اللهُ تَعَالَى فِي السَّمَاءِ، وَخَلْقُهُ فِي الْأَرْضِ
Artinya: "Saat hari ketujuh dari kelahiran Nabi Muhammad, Sayyid Abdul Muthalib menyembelih kambing untuknya dan mengundang orang Quraisy. Ketika mereka menikmati hidangan, mereka bertanya; wahai Abdul Muthalib beritahukan kepada kami tentang si jabang bayi yang engkau muliakan kami di depannya, siapa namanya? Abdul Muthalib menjawab; aku menamakannya "Muhammad". Mereka berkata; mengapa engkau lebih suka nama itu dari pada nama-nama keluarganya?. Abdul Muthalib menjawab; aku berharap Allah memujinya di langit dan makhluk-Nya di bumi."
Riwayat senada juga disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab al-Sirah al-Nabawiyyah. Setelah menyampaikan riwayat sebagaimana di atas, Ibnu Katsir mengatakan:
قَالَ أَهْلُ اللُّغَةِ كُلُّ جَامِعٍ لِصِفَاتِ الْخَيْرِ يُسَمَّى مُحَمَّدًا
Artinya: "Berkata para pakar Bahasa; setiap orang yang mengumpulkan sifat-sifat kebaikan disebut Muhammad (orang yang banyak dipuji)."
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 Septeber 2024, Berbagai Peristiwa Pengiring di Bulan Lahir Rasulullah
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Muslim disebutkan:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Artinya: "Rasulullah SAW ditanya tentang puasa di hari Senin. Lalu beliau menjawab, "Itu adalah hari di mana aku dilahirkan, hari di mana aku diutus atau diturunkannya wahyu kepadaku" (HR. Muslim).
Selain anjuran berpuasa di hari Senin, ada beberapa petunjuk yang dapat diambil di dalam Hadits tersebut.
Pertama, menunjukkan keagungan hari dan bulan kelahiran Rasulullah SAW.
Anjuran ibadah dengan mengaitkan sebuah peristiwa besar merupakan salah satu metode dakwah Rasulullah SAW. Anjuran memperbanyak ibadah di hari Jumat dikaitkan dengan peristiwa yang menimpa Nabi Adam As. Beliau diciptakan, dimasukkan dan dikeluarkan dari surga pada hari Jumat. Anjuran puasa hari Asyura' (tanggal 10 Muharram) dikaitkan dengan peristiwa Nabi Musa As beserta kaumnya. Begitu juga anjuran berpuasa hari Senin. Dikaitkan dengan sejarah besar berupa hari kelahiran Sang Manusia terbaik sepanjang masa, Rasulullah Muhammad SAW. Anjuran mengaitkan ibadah dengan sebuah peristiwa tersebut menunjukkan keagungan waktu dan hari terjadinya peristiwa itu.
Syaikh Yusuf Khattar Muhammad, seorang tokoh sufi, dalam kitab al-Mausu'ah al-Yusufiyah mengatakan:
Artinya: "Sesungguhnya Rasulullah SAW memperhatikan keterkaitan antara sejarah besar di masa lampau dengan persoalan-persoalan keagamaan. Jika telah datang masa itu, maka hal tersebut menjadi kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya. Rasulullah SAW sendiri yang mendasari prinsip ini. Sebagaimana disebutkan dalam Hadits shahih bahwa ketika Rasul sampai di Madinah dan melihat orang Yahudi berpuasa di hari Asyura', lalu beliau bertanya atas latar belakang ritual orang Yahudi tersebut. Maka disampaikan kepada Rasul bahwa mereka berpuasa sebab pada hari itu Allah SWT telah menyelamatkan nabi mereka dan menenggelamkan musuh mereka. Mereka berpuasa sebagai wujud syukur atas nikmat Allah SWT ini. Kemudian Rasulullah SAW bersabda kepada sekelompok Yahudi tersebut: "Kami lebih pantas mengikuti Musa dari pada kalian." Selanjutnya Rasul berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari Asyura' tersebut".
Maka dari itu, hari kelahiran Rasulullah SAW merupakan peristiwa besar yang memiliki nilai lebih dibandingkan hari-hari yang lain. Begitu juga bulan Rabiul Awal, memiliki sisi kemuliaan dengan dilahirkannya Rasulullah SAW pada waktu itu.
Syekh Ibnu al-Haj, seorang ulama besar mazhab Maliki mengatakan:
أَشَارَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ إلَى فَضِيلَةِ هَذَا الشَّهْرِ الْعَظِيمِ بِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لِلسَّائِلِ الَّذِي سَأَلَهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ لَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ فَتَشْرِيفُ هَذَا الْيَوْمِ مُتَضَمِّنٌ لِتَشْرِيفِ هَذَا الشَّهْرِ الَّذِي وُلِدَ فِيهِ .فَيَنْبَغِي أَنْ نَحْتَرِمَهُ حَقَّ الِاحْتِرَامِ وَنُفَضِّلَهُ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ الْأَشْهُرَ الْفَاضِلَةَ وَهَذَا مِنْهَا
Artinya: "Rasulullah SAW memberi isyarat atas keutamaan bulan Rabiul Awal ini dengan sabda beliau saat ditanya tentang puasa di hari Senin, beliau menjawab: "Itu adalah hari kelahiranku". Maka, memuliakan hari Senin tersebut secara tidak langsung juga memuliakan bulan Rabiul Awal ini, bulan di mana Rasulullah SAW dilahirkan. Sudah seharusnya bagi kita untuk memuliakannya dengan sebaik-baiknya memuliakan seperti kita memuliakan bulan-bulan utama lainnya. Dan bulan Rabiul Awal ini salah satu di antara bulan-bulan mulia itu".
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 September 2024, Kepemimpinan Nabi Muhammad Teladan bagi Pemimpin Negara
Kedua, Rasulullah SAW memperingati hari kelahirannya,
Memperingati hari kelahiran Rasul adalah sebuah ungkapan dari suka cita dan luapan kegembiraan atas kehadiran Rasulullah SAW di muka bumi. Dari situ dapat dipahami bahwa rutinitas puasa yang dilakukan Rasulullah SAW di hari Senin, hakikatnya merupakan wujud dari peringatan hari kelahiran beliau sendiri. Rasulullah SAW melakukannya sebagai wujud mengagungkan dan rasa syukur beliau telah dijadikan Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Seorang ulama besar ahli hadits kesohor, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengatakan:
إِنَّ أَوَّلَ الْمُحْتَفِلِيْنَ بِالْمَوْلِدِ هُوَ صَاحِبُ الْمَوْلِدِ وَهُوَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ الَّذِيْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ لَمَّا سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ الْإِثْنَيْنِ قَالَ صلى الله عليه وسلم ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ فَهَذَا أَصَحُّ وَأَصْرَحُ نَصًّ فِي مَشْرُوْعِيَّةِ الْإِحْتِفَالِ بِالْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ وَلَا يُلْتَفَتُ اِلَى قَوْلِ مَنْ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ مَنِ احْتَفَلَ بِهِ الْفَاطِمِيُّوْنَ لِأَنَّ هَذَا إِمَّا جَهْلٌ أَوْ تَعَامٍ عَنِ الْحَقِّ
Artinya: Sesungguhnya pertama kali yang merayakan maulid adalah sang empunya maulid itu sendiri, yaitu Rasulullah SAW. Sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih riwayat imam Muslim ketika Rasul ditanya tentang anjuran puasa di hari Senin, beliau menjawab: "Itu adalah hari di mana aku dilahirkan". Ini adalah sekuat dan sejelas-jelasnya nash dalil yang menjelaskan anjuran maulid Nabi yang mulia. Tidak dapat dijadikan pijakan pendapat yang mengatakan bahwa pertama kali yang merayakan maulid adalah dari dinasti Fathimiyyah. Sebab pendapat tersebut tidak lepas dari ketidaktahuan atau berpura-pura tidak tahu akan fakta yang sebenarnya.
Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 13 September 2024: Maulid Nabi jadi Momentum Pengingat Kebaikan dan Moral
Ketiga, Anjuran memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW.
Allah SWT memerintahkan kita untuk bersyukur dan bahagia atas setiap rahmat-Nya yang diberikan kepada kita. Di dalam surat Yunus ayat 58 dikatakan :
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا
Artinya: "Katakanlah, atas anugerah dan RahmatNya hendaknya mereka berbahagia" (QS. Yunus: 58).
Tidak diragukan lagi jika Rasulullah SAW adalah lebih agung-agungnya rahmat Allah SWT kepada umat manusia, bahkan seluruh alam semesta. Anjuran bersyukur-bahagia pada ayat tersebut tidak dibatasi waktu dan tempat. Kapanpun, kita dianjurkan mensyukuri wujudnya Rasulullah SAW di dunia. Setiap saat kita dianjurkan untuk melakukannya. Rahmat wujudnya Rasulullah SAW dapat dirasakan sampai kapanpun dan tidak akan terputus habis dimakan zaman.
Jika di hari-hari biasa saja kita dianjurkan bersyukur atas wujudnya Rasulullah SAW, lebih-lebih di hari atau bulan kelahiran beliau. Anjuran tersebut menjadi sangat dikukuhkan. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menegaskan:
فَالْفَرَحُ بِهِ صَلَّى اللهُُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَطْلُوْبٌ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَفِي كُلِّ نِعْمَةٍ وَعِنْدَ كُلِّ فَضْلٍ وَلَكِنَّهُ يَتَأَكَّدُ فِي كُلِّ يَوْمِ اثْنَيْنِ وَفِي كُلِّ شَهْرِ رَبِيْعْ لِقُوَّةِ الْمُنَاسَبَةِ وَمُلَاحَظَةِ الْوَقْتِ وَمَعْلُوْمٌ أَنَّهُ لَا يَغْفَلُ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ وَيُعْرِضُ عَنْهَا عَنْ وَقْتِهَا اِلَّا مُغَفَّلٌ أَحْمَقُ
Artinya: "Berbahagia dengan kehadiran Rasulullah SAW di dunia dianjurkan pada setiap waktu. Setiap mendapat kenikmatan dan karunia-Nya. Akan tetapi, anjuran tersebut menjadi sangat dikukuhkan pada setiap hari Senin dan bulan Rabiul Awal karena korelasi yang kuat dan momen waktu yang selayaknya diperhatikan. Sudah menjadi kemakluman bersama tidak akan melupakan dan berpaling dari sebuah momen peristiwa besar kecuali orang yang lalai dan bodoh."
Memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalkan membaca maulid (sejarah hidup Rasul), berkumpul berdzikir, membaca shalawat bersama, bersedekah, mengadakan walimah, menyantuni anak yatim, memberi makan fakir miskin dan lain sebagainya. Semoga kita senantiasa dapat meningkatkan rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW sehingga diakui sebagai umatnya dan dapat berkumpul bersamanya kelak di hari kiamat. Amin.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتِلَاوَتِهِ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah 2
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Simak berita update TribunPriangan.com lainnya di: Google News
Naskah Khutbah Jumat
khutbah Jumat
Salat Jumat
Rasulullah Orang Pertama yang Memperingati Maulidn
Sayyidul Ayyam
Teks Khutbah Jumat
Naskah Khutbah Jumat 13 September 2024: Bulan Maulid, Momentum Hidupkan Sunnah Nabi |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 13 Septeber 2024, Berbagai Peristiwa Pengiring di Bulan Lahir Rasulullah |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 13 September 2024, Kepemimpinan Nabi Muhammad Teladan bagi Pemimpin Negara |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 13 September 2024: Maulid Nabi jadi Momentum Pengingat Kebaikan dan Moral |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.