Naskah Khutbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat 30 Agustus 2024: Meneladani Sosok dan Kepribadian Rasulullah SAW

Berikut Ini Dia Naskah Khutbah Jumat 30 Agustus 2024: Meneladani Sosok dan Kepribadian Rasulullah SAW

Tribun Jogja/Koleksigambar.site
Naskah Khutbah Jumat 30 Agustus 2024: Meneladani Sosok dan Kepribadian Rasulullah SAW 

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.”

Ayat ini ditujukan kepada seluruh manusia. Ayah, suami, anak, negarawan, pemimpin masyarakat atau militer, semuanya dapat menimba keteladanan dari sumber yang tidak pernah kering. Itu berarti bahwa semua orang dapat menemukan pada diri Nabi Muhammad SAW keteladanan yang dapat mengantar kita memperoleh rahmat Ilahi serta kebahagiaan dunia dan akhirat.

Baca juga: Naskah Khutbah Jumat 30 Agustus 2024: Nasihat untuk Pemuda agar Terhindar dari Seks Bebas

Jamaah Jumat rahimakumullah

Keteladanan beliau tercermin pada segala aspek, baik sikap, tutur kata, perbuatan, kebijakan, dakwah, dan semua aspek kehidupan lainnya. Berikut ini 10 gambaran sosok dan kepribadian Rasulullah SAW.

1. Jika berbicara santun, jelas didengar, tiada yang tak bermanfaat. Pilihan kata-katanya sangat tepat. Lantaran ini, bahkan beliau dianugerahi al-kalim, yakni kemampuan menyusun kalimat sarat makna. Beliau juga tidak pernah berkata keji atau kotor:

لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشَاوَلاَ مُتَفَحِّشَا

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan orang yang perkataannya keji ataupun orang yang berusaha berkata keji.”

Beliau juga begitu lembut dan bersahabat, lapang dada serta terbuka, sehingga rela mengulang-ulang kata-katanya supaya orang lain mengerti. Seperti hadits yang diriwayatkan melalui Anas bin Malik r.a., “Rasulullah sering mengulang perkataannya sampai tiga kali supaya dimengerti dan dipahami.” (HR. Bukhari)

 

2. Tertawa beliau umumnya hanya senyum. Kalaupun melebihi senyum, itu tidak sampai terbahak. Paling-paling antara gigi taring dan gerahamnya saja yang terlihat. 

”Aku tidak pernah melihat Rasulullah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata.” (HR. Al-Bukhari kitab al-Aadab bab at-Tabassum wadh Dhahik (no. 6092), al-Fat-h (X/617)).

 

3. Tangis dan keprihatinannya lebih banyak daripada tertawanya. Ketika putranya Ibrahim wafat, beliau menangis. Air mata berlinang, hati duka, tetapi kita tidak berucap kecuali yang diridhai Allah. 

 

4. Cara Rasulullah SAW berjalan dalam mengayunkan kedua kakinya. Beliau memiliki langkah yang mantap, postur yang tegap, kuat, layaknya orang yang berjalan menuruni perbukitan dari arah ketinggian. Sebagaimana yang digambarkan oleh Sahabat ‘Ali bin Abi Thâlib radhiyallahu anhu:

Sumber: Tribun Priangan
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved