Keracunan Massal di KBB

BREAKING NEWS - Pesta Kenaikan Kelas SD di Bandung Barat Membawa Petaka, Ratusan Siswa Keracunan

Berdasarkan data Dinas Kesehatan KBB hingga Rabu (26/6/2024), pukul 07.00 WIB, jumlah korban mencapai 118 orang

Editor: Dedy Herdiana
Kompas.com
Ilustrasi keracunan - Pesta Kenaikan Kelas SD di Bandung Barat Membawa Petaka, Ratusan Siswa Keracunan 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNPRIANGAN.COM, BANDUNG BARAT - Ratusan siswa SDN Gandasari di Kampung Bojongmareme, Desa/Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB) keracunan makanan setelah menghadiri samen atau pesta kenaikan kelas.

Pesta kenaikan kelas tersebut digelar pada 24 Juni 2024, kemudian ratusan siswa itu merasakan gejala keracunan seperti sakit perut, mual, dan diare pada 25 Juni 2024 dini hari tepatnya usai korban mengonsumsi nasi dan ayam goreng.

Baca juga: Warga Lembang Bandung Barat Keracunan Massal Setelah Santap Hidangan Hajatan

Berdasarkan data Dinas Kesehatan KBB hingga Rabu (26/6/2024), pukul 07.00 WIB, jumlah korban mencapai 118 orang dengan rincian 99 dirawat di Puskesmas Sindangkerta, 8 Klinik dr Yoga, 6 Klinik Sikembar, 1 BPM Hj Eneng, 1 Klinik Permata, dan 3 Klinik dr Taufik.

"Awalnya kita gelar acara samenan pada hari Senin, kemudian siswa dan orang tua diberi nasi ayam tepung," ujar Kepala SDN Gandasari, Nia Sumiati saat dihubungi, Rabu (26/6/2024).

Ia mengatakan, pada acara itu belum ada orang tua atau siswa yang mengeluhkan keracunan, namun pada 25 Juni 2024 pukul 01.00-03.00 WIB dini hari, siswa mulai merasakan gejala seperti sakit perut, mual dan diare.

"Kemarin makan di sekolah jam 12.00 WIB, kemudian diarenya terasa pukul 03.00 WIB. Kalau pengakuan ibu yang di sini (sekolah) katanya dari ayam goreng tepung, tapi kita masih menunggu hasil cek laboratorium," kata Nia.

Plt Kepala Dinas Kesehatan KBB, Eriska Hendrayana mengatakan, rata-rata gejala keracunan yang dialami siswa masih kategori ringan karena setelah mengalami keluhan langsung dibawa ke pusat kesehatan sehingga bisa cepat ditangani.

"Jadi tidak ada pasien yang sampai mengalami gejala dehidrasi parah, sehingga proses pemulihan bisa cepat," ucap Eriska.

Kendati demikian, pihaknya meminta nakes di Puskesmas Sindangkerta bersiaga selama 24 jam untuk menangani ratusan korban yang mengalami keracunan tersebut meskipun fasilitas kesehatan ini bukan puskesmas rawat inap.

"Kita tetap siagakan khawatir ada pasien lagi datang, apalagi gejala keracunan ini berupa diare dan mual. Jadi kita tangani supaya bisa infus," katanya.

Baca juga: Makanan Ini Diduga Penyebab Keracunan Massal di Sukabumi, Seorang Meninggal

Sumber: Tribun Priangan
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved